Dongkrak Riset, Yohanes Surya Dirikan Universitas
Editor
Mahardika Satria hadi
Kamis, 7 Maret 2013 19:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan Yohanes Surya memajukan dunia sains dan teknologi nasional tidak hanya diwujudkan dengan membentuk Surya Institute. Profesor bidang fisika ini juga mendirikan Universitas Surya, yang akan diresmikan pada Sabtu, 9 Maret 2013 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat.
Yohanes bertekad menjadikan Universitas Surya sebagai universitas murni berbasis riset yang akan mampu bersaing dengan universitas terkemuka di dunia, seperti Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat.
Ia optimistis, tidak sampai tahun 2030 universitas ini sudah sekelas dengan Harvard dan MIT. "Ini bukan mimpi kosong," kata Yohanes dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 7 Maret 2013. Menurut dia, ada tiga hal untuk mewujudkan universitas kelas dunia, yaitu dosen yang hebat, mahasiswa yang hebat, dan fasilitas yang hebat.
Saat ini Universitas Surya telah memiliki 200 dosen bergelar doktor. Dalam lima tahun ke depan, jumlahnya bertambah menjadi seribu doktor. Dengan dosen bergelar doktor sebanyak itu, kata Yohanes, Universitas Surya sudah bisa menyamai universitas-universitas top di dunia.
Tidak hanya dosen hebat, Universitas Surya juga akan sering menghadirkan banyak ilmuwan peraih Hadiah Nobel di bidang sains dan teknologi sebagai dosen tamu. "Mereka akan membagikan ilmu dan pengalamannya dengan universitas ini," ujarnya.
Mahasiswa yang hebat akan diperoleh dengan cara menjaring lewat olimpiade fisika, kimia, matematika, dan biologi. Para mahasiswa itu akan diberi beasiswa, bahkan sampai 100 persen sehingga memperbanyak peluang masuknya mahasiswa dari berbagai negara.
Soal fasilitas yang hebat, Yohanes mengatakan, Universitas Surya akan ditopang puluhan lembaga riset nasional dan internasional. Saat ini sudah ada 40 pusat riset yang menyatakan dukungan. Jumlahnya akan bertambah menjadi 80 pusat riset dalam beberapa tahun mendatang.
Universitas Surya menyuguhkan berbagai program studi revolusioner, antara lain yang diajarkan di Fakultas Green Economy and Digital Communication, Fakultas Clean Energy and Climate Change, serta Fakultas Life Sciences.
Yohanes mengatakan, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia unggulan yang menguasai sains dan teknologi. Lewat penguasaan sains dan teknologi, bangsa ini dapat menjadi trendsetter dan pelaku utama yang mampu bertahan dalam persaingan global.
"Sumber daya manusia yang canggih seperti itu hanya bisa dihasilkan oleh universitas yang benar-benar berbasis riset," kata pendiri Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini.
Indonesia sebenarnya sudah memiliki banyak universitas riset. Namun, menurut Yohanes, hampir tidak ada satu pun di antara banyak universitas itu yang seluruh program studinya merupakan hasil riset para dosennya yang diajarkan di ruang kelas.
MAHARDIKA SATRIA HADI