Bagaimana Cara Berjalan Manusia Purba?  

Reporter

Kamis, 21 Maret 2013 18:24 WIB

Seorang pelajar melintas di depan papan yang menggambarkan proses evolusi manusia dalam pameran Sosialisasi dan Publikasi Museum Manusia Purba Sangiran di pusat perbelanjaan Mall Grand City, Surabaya, Kamis (11/6). Berbagai fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Sangiran ini merupakan ajakan agar masyarakat mencintai museum sebagai ruang edukasi. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Liverpool - Cara berjalan manusia purba diperdebatkan. Sebuah penelitian terbaru oleh tim ilmuwan Universitas Liverpool menyebutkan jejak kaki fosil tidak dapat dijadikan petunjuk pasti tentang bagaimana hewan purba berjalan, termasuk pada nenek moyang manusia purba.

Di masa lalu, para paleontolog dan antropolog mengasumsikan kedalaman jejak berkorelasi dengan tekanan untuk menciptakannya. Namun, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Journal of the Royal Society Interface mengungkapkan bahwa tumit cenderung membuat lekukan yang lebih dalam, bahkan ketika kaki memberikan tekanan yang sama besar.

"Kita seharusnya tidak menjadikan bentuk jejak untuk mencerminkan cara berjalan makhluk hidup yang membuat jejak itu," kata Karl Bates, seorang peneliti biomekanika di Universitas Liverpool di Inggris, Kamis, 21 Maret 2013.

Kesalahan asumsi ini, menurut Bates, mengakibatkan beberapa kesimpulan tentang cara berjalan tegak pada nenek moyang manusia perlu dipertimbangkan ulang.

Jejak kaki fosil selama ini dijadikan salah satu acuan untuk menentukan cara berjalan hewan purba dan manusia purba. Misalnya, jejak kaki berumur 3,6 juta tahun di Laetoli, Tanzania, yang mengungkapkan keberadaan makhluk pejalan kaki bipedal pertama, Australopithecus afarensis, spesies yang sama dengan fosil kerangka perempuan berjuluk Lucy.

Menguraikan jejak purba untuk merekonstruksi keberadaan nenek moyang manusia memang menjadi urusan yang rumit. Untuk membuktikan kaitan jejak kaki dan cara berjalan manusia purba, Bates dan rekan-rekannya menciptakan model komputer untuk mensimulasikan tekanan dari berbagai ukuran kaki di berbagai jenis tanah.

Mereka kemudian meminta 10 orang responden untuk berjalan di sepanjang pantai di Brighton, pantai selatan Inggris. Jejak kaki para responden lantas diukur. Para responden selanjutnya diminta berjalan di treadmill yang dilengkapi alat pengukur tekanan kaki untuk mengetahui korelasi kedalaman jejak dengan tekanan saat berjalan.

Kedua metode--simulasi komputer dan tes nyata--menemukan kecenderungan yang sama. Bates mengatakan bagian yang berbeda pada kaki membuat lekukan dengan ukuran yang berbeda. Bahkan ketika telapak kaki menginjak tanah dengan jumlah tekanan yang sama.

"Tumit adalah penekan yang lebih efektif daripada kaki depan dan jari kaki," kata dia seperti dikutip laman LiveScience. Semakin lunak permukaan tanah yang dilewati, semakin dalam tekanan yang ditimbulkan oleh tumit.

Bates mengatakan penelitian ini masih diterapkan untuk mengetahui cara berjalan manusia purba. Selanjutnya, metode yang sama akan digunakan untuk menganalisis jejak kaki dinosaurus dan hewan lainnya yang sudah punah. Tujuannya adalah untuk mengungkap cara berjalan mereka yang sesungguhnya.

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

Komunitas Pemburu Fosil Purba Bumiayu, Pernah Disoraki Orang Gila

13 Juli 2019

Komunitas Pemburu Fosil Purba Bumiayu, Pernah Disoraki Orang Gila

Setiap kali menemukan fosil, komunitas ini melapor ke Balai Pelestarian Sangiran Situs Manusia Purba Sangiran.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Lantai Masjidil Haram, Fosil Manusia di Brebes

4 Juli 2019

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Lantai Masjidil Haram, Fosil Manusia di Brebes

Top 3 Tekno berita hari ini tentang lantai Masjidil Haram yang selalu dingin, penemuan fosil manusia purba Homo Erectus Bumiayu, dan Huawei P 30 Pro.

Baca Selengkapnya

Fosil Manusia Tertua: Ini Beda Homo Erectus Bumiayu dan Sangiran

4 Juli 2019

Fosil Manusia Tertua: Ini Beda Homo Erectus Bumiayu dan Sangiran

Fosil manusia purba homo erectus Bumiayu menjadi manusia tertua di Indonesia, yang selama ini dipegang homo erectus Sangiran.

Baca Selengkapnya

Temuan Fosil Manusia Purba di Brebes Bisa Mengubah Teori Sejarah

3 Juli 2019

Temuan Fosil Manusia Purba di Brebes Bisa Mengubah Teori Sejarah

Selain fosil manusia purba, para peneliti sebelumnya telah menemukan beberapa fosil lain di wilayah Bumiayu dan sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Fosil Manusia Purba Tertua di Indonesia Ditemukan di Brebes

3 Juli 2019

Fosil Manusia Purba Tertua di Indonesia Ditemukan di Brebes

Temuan fosil manusia purba tersebut berupa tulang bonggol dan rahang serta akar gigi.

Baca Selengkapnya

Fosil Manusia Purba Ini Diyakini Merupakan yang Tertua di Dunia

8 Juni 2017

Fosil Manusia Purba Ini Diyakini Merupakan yang Tertua di Dunia

Asal-usul manusia kembali dipertanyakan, kali ini dengan temuan fosil manusia purba di Maroko.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Manusia dari Afrika Mulai Diragukan, Ini Sebabnya

25 Mei 2017

Asal-usul Manusia dari Afrika Mulai Diragukan, Ini Sebabnya

Fosil dari Yunani dan Bulgaria berupa makhluk mirip kera menimbulkan keraguan soal asal-usul manusia yang selama ini diyakini evolusi dari Afrika.

Baca Selengkapnya

Fosil Bayi Hominin Pertama Kalinya Dipamerkan untuk Publik

24 Mei 2017

Fosil Bayi Hominin Pertama Kalinya Dipamerkan untuk Publik

Fosil bayi hominin, nenek moyang manusia, untuk pertama
kalinya dipamerkan dan terlihat sedikit mirip manusia

Baca Selengkapnya

Dua Kerangka Manusia Purba Bandung Ditemukan di Gua Pawon

23 Maret 2017

Dua Kerangka Manusia Purba Bandung Ditemukan di Gua Pawon

Dua kerangka manusia purba Bandung ditemukan di Gua Pawon, Bandung. Berumur 9.500 tahun.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Teliti Plak Gigi Manusia Neanderthal, Hasilnya...

9 Maret 2017

Ilmuwan Teliti Plak Gigi Manusia Neanderthal, Hasilnya...

DNA kuno dari plak gigi mengungkap informasi menarik baru mengenai Neanderthal, termasuk ihwal bahan makanan spesifik dalam diet mereka.

Baca Selengkapnya