Uang Virtual di Dunia Maya Bernama Bitcoin  

Reporter

Editor

Budi Riza

Minggu, 7 April 2013 13:35 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang virtual bernama Bitcoin menarik perhatian penggemar dunia digital akhir-akhir ini. Penyebabnya, nilai mata uang ini sempat melejit dari US$ 34 (Rp 33 ribu) pada bulan lalu menjadi US$ 147 (Rp 1,4 juta) pada awal pekan ini. Namun, Rabu lalu, nilainya merosot menjadi US$ 108 per unit lantaran diserang hacker.

Analis Nicholas Colas menduga lonjakan ini terkait dengan krisis ekonomi yang terjadi di Siprus. Menurut dia, sebagian orang kaya di sana memborong uang digital ini untuk menyembunyikan uang haramnya alias money laundering.

Bitcoin—sering disingkat menjadi BTC—diluncurkan pada 2009 oleh hacker atau peretas dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Tujuannya adalah menyediakan uang alternatif dari mata uang resmi, yang dikelola dan dipantau secara ketat oleh pemerintah tiap negara.

Uang digital ini menggunakan algoritma rahasia, yang hanya diketahui oleh segelintir peretas. Uang ini bisa digunakan lewat komputer ataupun gadget, seperti ponsel, untuk transaksi jual-beli. Sebagian kalangan menuding mata uang ini kerap digunakan untuk transaksi kegiatan ilegal, seperti narkoba.

Jumlah Bitcoin telah ditetapkan sebanyak 21 juta unit. Jumlah tersebut baru akan tercapai pada 2140. Tiap 10 menit, ada 25 unit Bitcoin yang diluncurkan. Jumlah yang diluncurkan akan berkurang pada periode yang telah ditentukan.

Menurut Arwa Mahdawi, pengamat dunia digital, mata uang ini bisa dibeli dari situs tertentu. "Datang saja ke layanan online penukaran Bitcoin, seperti BitInstant, lalu tukar mata uang lokal Anda dengan uang virtual itu," kata dia.

Uang Bitcoin akan tersimpan dalam bentuk dompet digital, yang berfungsi sebagai akun bank online. “Anda bisa membeli barang, dari kaus kaki hingga obat-obatan, menggunakan Bitcoin,” ujar Arwa.

Di situs resmi BitInstant tertulis bahwa layanan ini memproses pertukaran Bitcoin. Rabu lalu, Bitwallet terkena serangan hacker. Hal itu membuat nilai mata uang merosot menjadi US$ 108 (sekitar Rp 1 juta).

Penggunaan mata uang digital ini diperkirakan masih terus berlanjut. Toko obat online, seperti Silk Road, yang diduga menjual obat legal ataupun ilegal, masih menerima pembayaran mata uang ini. Pendapatannya diperkirakan cukup tinggi, sekitar US$ 1,7 juta (Rp 16,3 miliar) per bulan.

BUDI RIZA

Berita terkait

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

3 hari lalu

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.

Baca Selengkapnya

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

9 hari lalu

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.

Baca Selengkapnya

10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist

10 hari lalu

10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist

Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Bisnis Digital, di antaranya digital marketing, data analyst, product manager, hingga SEO specialist.

Baca Selengkapnya

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

10 hari lalu

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

Di era digital penting untuk melindungi data pribadi sebagai hak privasi. Siapa saja pihak-pihak yang berperan besar melindungi data diri?

Baca Selengkapnya

PANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet

22 hari lalu

PANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet

PANDI tengah merancang Identitas digital berbasis Blockchain bekerja sama dengan instansi pemerintahan terkait.

Baca Selengkapnya

Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

26 hari lalu

Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

Otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital

27 hari lalu

Bamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital

Jika tidak segera beradaptasi dengan AI, generasi muda akan kesulitan masuk dunia kerja di masa depan

Baca Selengkapnya

Workshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech

30 hari lalu

Workshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech

Workshop Politeknik Tempo Jakarta, Shopee, dan Mandiri Sekuritas bertajuk "Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech".

Baca Selengkapnya

Jokowi Instruksikan Seluruh Kementerian Terintegrasi dengan INA Digital per Mei 2024

34 hari lalu

Jokowi Instruksikan Seluruh Kementerian Terintegrasi dengan INA Digital per Mei 2024

Presiden Jokowi meminta layanan yang mengintegrasikan administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, kepolisian, bantuan sosial, dan keimigrasian - segera selesai.

Baca Selengkapnya

Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

44 hari lalu

Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

Kementerian Kominfo dan PT Microsoft Indonesia bekerja sama untuk transformasi digital.

Baca Selengkapnya