Armada Angkatan Laut berjaga di Pantai ketika melakukan Bantuan Tembakan Kapal dalam Latihan Puncak Armada Jaya di Pantai Sekerat, Sangatta, Kalimantan Timur, Kamis (10/11). Latihan bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia yang merupakan perbatasan dengan negara tetangga, melibatkan 4000 ribu personil AL, 23 kapal Perang, 3 pesawat cassa, 3 Helikopter, 1600 pasukan Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan Tempur. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Kutub Utara - Para ilmuwan dari Arctic Monitoring and Assessment Programme (Program Pemantauan dan Penilaian Arktik) mengatakan bahwa meski kita berhenti mencemari atmosfer, samudera Arktik sudah terlanjur tercemar. Samudera itu sudah berubah menjadi asam dengan cepat karena polusi selama beberapa tahun.
"Kita telah melewati ambang batas. Walaupun kita menghentikan emisi sekarang juga, peningkatan keasaman laut akan berakhir pada puluhan hingga ratusan tahun yang akan datang," kata Richard Bellerby dari Institut Norwegia untuk Penelitian Air, menurut laporan situs BBC News.
Ada ketidakpastian yang besar mengenai perubahan samudera Arktik akan mempengaruhi kehidupan di laut. Meski begitu berubahnya samudera Arktik menjadi asam bukanlah berita buruk bagi semua spesies.
Laporan itu juga menyatakan, "Kemungkinan beberapa organisme laut akan merespon positif perubahan kondiksi Arktik yang menjadi asam, sedangkan organisme lainnya akan dirugikan, hal ini bisa menyebabkan kepunahan."
Peningkatan keasaman laut disebabkan oleh pemanasan global. Manusia, industri perikanan, pariwisata dan penduduk asli akan menderita akibat peningkatan keasaman laut, menurut laporan Phys.org
"Ketidakpastian bukan alasan untuk tidak bertindak," Sam Dupont dari Gothenburg University, Swedia, mengatakan pada Phys.org