Siswa SMA Tarnus Ciptakan Detektor Telur Busuk

Reporter

Editor

Amirullah

Rabu, 15 Mei 2013 18:48 WIB

AP/Xinhua, Lin Jianbing

TEMPO.CO, Magelang - Berawal dari rasa kasihan pada ibundanya saat gagal membuat kue karena telur busuk, Wisnu, siswa kelas 12 SMA Taruna Nusantara, Magelang, berhasil membuat detektor telur busuk. Keberhasilan ini mengantarkannya meraih medali emas kategori "The best Invention Food and Agriculture" dalam ajang International Exhibition For Young Inventor di Kuala Lumpur, Kamis-Sabtu, 9-11 Mei 2013.

Wisnu merupakan salah satu siswa yang mewakili Indonesia dalam ajang tersebut. Ia tak menyangka alat yang dibuatnya sejak SMP bisa mendapatkan apresiasi dari dunia internasional. "Waktu SMP pernah saya ikutkan kejuaran, namun tidak juara," kata pria kelahiran Soroako, 18 Juni 1995.

Wisnu bercerita tentang ide awal pembuatan alat ini. Dia mengaku tertarik pada elektronika sejak kelas 5 SD. Saat itu, ia sering melihat ayahnya, Sarno, yang juga guru matematika sekaligus pembimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR) membimbing siswa membuat alat-alat elektronika.

Ketertarikannya membuat alat semakin menggebu saat dia melihat ibunya gagal membuat kue gara-gara ada telur busuk masuk. Sebelum ia membuat alat, ia mencari metode yang cocok. Dia menjelaskan, untuk melihat telur busuk ada tiga cara yakni menerawang, merendam di air, dan mendeteksi dengan hidrogen sulfida.

"Saya memilih metode yang paling praktis yakni menerawang. Akhirnya saya memilih sumber cahaya senter karena mudah didapat dan murah," katanya.

Alat itu dirakit sendiri. Dia menambahkan alat lain seperti sirkuit listrik untuk sensor cahaya, lengan besi, dan casing plastik. "Bahan-bahan ini saya ambil dari alat bekas milik ayah," ungkap Wisnu.

Kurang lebih satu minggu ia membuatnya. Untuk uji coba alat ini, ia juga mengalami trial and error. Selama berbulan-bulan ia mencoba pada telur ayam dan bebek. Hingga akhirnya berhasil memberi kesimpulan, warna merah menandakan telur busuk, dan hijau menandakan telur normal. "Alat ini tidak bisa diujicobakan dalam telur puyuh," tambahnya.

Dana untuk membuat alat ini sekitar Rp 55 ribu. Alat ini pun lantas disimpan selama tiga tahun sebelum diikutkan dalam ajang internasional tersebut.

Sebelumnya, alat ini sudah mendapatkan juara kedua dalam LIPI National Young Inventor Award pada September 2012. Baru Maret 2013, alat ini harus bersaing dengan belasan negara di dunia. "Kemenangan alat ini kata juri lebih pada ide penemuan. Katanya ide sangat kreatif," tambahnya.

Soal hak paten alat, Wisnu mengatakan telah ditawari oleh LIPI. Hanya saja saat ini, Wisnu belum bisa memproduksi prototype-nya karena akan mempersiapkan kuliah awalnya. "Saya pengin masuk di Institut Teknologi Bandung jurusan elektronika. Saya mau berkonsentrasi sekolah dulu," kata lulusan SMP Yayasan Pendidikan Soroako Singkole.

OLIVIA LEWI PRAMESTI

Berita lainnya:

BlackBerry Messenger Hadir di Android dan IOS
Q5, BlackBerry Baru untuk Anak Muda
Google Tawarkan Penyimpanan Terpadu 15 GB
Astronot Chris Hadfield Kembali ke Bumi

Berita terkait

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.

Baca Selengkapnya

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.

Baca Selengkapnya

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .

Baca Selengkapnya