Mungkinkah Manusia Dikloning?

Reporter

Editor

Alia fathiyah

Senin, 20 Mei 2013 09:38 WIB

Domba-domba kloning keturunan Dolly yang hidup tujuh tahun lalu. (Daily Mail)

TEMPO.CO, California - Selama ini para peneliti telah menggunakan teknik kloning embrio manusia untuk tujuan memproduksi sel induk. Tetapi mungkinkah teknik serupa bisa mengkloning tubuh manusia?

Meskipun tindakan ini dinilai tidak etis, para ahli mengatakan kemungkinan biologis bisa saja melakukannya. Namun sumber daya yang dibutuhkan untuk proses ini menjadi hambatan cukup signifikan.

Sejak tahun 1950-an, para peneliti berhasil mengkloning binatang seperti katak, tikus, kucing, domba, babi maupun sapi. "Tiap kasus, para peneliti menemukan permasalahan yang perlu diatasi dengan trial and error," kata Dr Robert Lanza, kepala petugas ilmiah di perusahaan Advanced Cell Technology yang bekerja pada terapi sel untuk penyakit manusia dan telah berhasil mengkloning hewan.

Mengkloning tikus, para peneliti dapat menggunakan ribuan telur dan melakukan banyak percobaan. "Ini adalah permainan angka," kata Lanza. Tetapi dengan primata, telur merupakan sumber daya yang sangat berharga dan tidak mudah mendapatkan mereka untuk mengulangi percobaan-percobaan.

Selain itu, peneliti tak bisa hanya menerapkan proses yang sama ketika mereka mengkloning tikus ataupun sapi ke proses kloning manusia. Misalnya, kloning binatang mengharuskan peneliti harus menghapus inti dari sel telur. Ketika peneliti melakukan ini, mereka juga harus membuang protein yang penting untuk membantu sel-sel membagi.

Pada tikus, ini bukan masalah karena embrio kloning yang telah diciptakan mampu membuat protein ini lagi. Tetapi tidak dengan primata yang tidak bisa melakukan ini. Itu mungkin salah satu alasan yang menjelaskan mengapa selalu saja gagal mengkloning monyet.

Terlebih lagi, hewan hasil kloning sering memiliki berbagai kelainan genetik yang dapat mencegah implantasi embrio dalam rahim. Atau bisa juga menyebabkan janin akan gagal hidup bahkan hewan segera mati setelah lahir.

Ini proses abnormal yang umum karena embrio kloning hanya berasal dari satu individu induk, bukan hasil perkawinan dua individu. "Ini berarti bahwa proses molekuler tidak terjadi dengan baik dalam embrio kloning," kata Lanza.

Proses kloning ini dapat mengakibatkan ukuran plasenta sangat besar yang pada akhirnya mengarah pada masalah aliran darah bagi janin. Pernah dalam satu percobaan, bayi banteng yang lahir berukuran dua kali lebih besar dibandingkan ukuran normal. Tingkat kematian yang sangat tinggi dan resiko perkembangan abnormal dari proses kloning inilah yang menjadikan alasan bahwa mengkloning manusia sangatlah tidak etis.

LIVE SCIENCE | ISMI WAHID

Topik Terhangat:
PKS Vs KPK E-KTP Vitalia Sesha Ahmad Fathanah Perbudakan Buruh


Berita Lain:
Di Prancis Ada Masjid Gay

Wanita Arab Pertama Pendaki Everest

Freeport: Tiga Pekerja Meninggal Ditemukan

Arsenal ke Champions, Wenger Janjikan Pemain Baru

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya