Renyahnya Es Krim dari Biji Karet

Reporter

Jumat, 31 Mei 2013 13:07 WIB

Seorang buruh karet melintas diareal dengan membawa getah hasil sadapan dikawasan perkebunan karet PTPN XII desa Mumbulsari, Jember, Selasa (19/7). Ratusan buruh karet yang menyadap dan mengumpulkan getah karet ini mendapatkan upah harian sebesar 17 ribu hingga 21 ribu. Masa rontok daun pohon karet membuat jumlah produksi karet diperkebunan ini mengalami penurunan. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jember - Kudapan berupa es krim itu diberi nama Mellorine Bika. Saat dicicipi terasa sedikit rasa sepat. Namun tetap nikmat dengan rasa mirip kacang tanah. Warnanya hijau muda dengan teksturnya terasa lembut di mulut. "Itu rasa khasnya dan warna aslinya," kata Rizka Yusraa, salah seorang pembuatnya.

Rasa yang khas itu muncul dari bahan baku yang yang digunakan, yakni biji karet. Nama Bika adalah singkatan dari Biji Karet. Rizka membuatnya bersama empat orang temannya, Ernawati, Frida Maslikhah, Rika Tafrikhah, dan Alfiana.

Lima mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP-Unej) itu menghasilkan es krim rasa baru setelah melakukan riset dan uji coba sejak enam bulan lalu. "Idenya muncul saat kami jalan-jalan di desa dekat kebun karet," ujar Ernawati.

Mereka terusik melihat biji karet berserakan di kebun di desa-desa di wilayah timur Kota Jember. Tak ada yang memanfaatkannya. Bahkan hanya dijadikan mainan anak-anak kampung untuk diadu atau perang-perangan. "Yang dijadikan bibit pun sedikit sekali,” ujar Ernawati.

Dari beberapa bungkus biji karet yang dikumpulkan, kelima mahasiswi itu mulai berdiskusi dan melakukan riset di tempat kos dan di laboratorium kampus. Mereka pun sepakat menyulap biji berwarna coklat loreng-loreng itu menjadi makanan.

Daging biji karet ternyata memiliki kandungan karbohidrat 15,9 persen, protein 27 persen, dan lemak 32,3 persen. Dari temuan itu, pilihan makanan yang akan dibikin adalah mellorine, kudapan lembut dan beku semacam es krim. Namun, lemak susu yang ada diganti dengan lemak nabati. ”Supaya lebih disukai, terutama oleh anak-anak," ucap Alfiana.

Di laboratorium kampus, lima mahasiswi itu berkonsentrasi mengolah benda lonjong sebesar biji salak itu. Tugas pertama dan utama, kata Alfiana, adalah menghilangkan racun dalam biji karet.

Hasil riset menunjukkan, zat Linamarin yang terkandung dalam biji karet adalah racun yang terhidrolisis dan menghasilkan Asam Sianida (HCN) yang sangat berbahaya bila dikonsumsi. Manusia yang keracunan Asam Sianida akan mengalami penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan dapat menimbulkan kematian. "Kadar Sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 miligram per kilogram berat badan per hari," kata Alfiana.

Alfiana menjelaskan, melalui proses perendaman dan perebusan ternyata bisa menghilangkan racun Sianida dalam biji karet. Daging biji karet yang sudah dilepas dari cangkangnya direndam dengan air selama 24 jam dan setiap dua jam diganti airnya. Lalu direbus minimal selama dua jam.

Proses selanjutnya, daging biji karet digiling hingga halus dan disaring untuk menghasilkan cairan kental yang disebut susu biji karet. Cairan itu yang lantas diolah layaknya membuat es krim.

Menurut Rizka, komposisi Mellorine Bika terdiri dari campuran susu biji karet, air, gula, cairan emulsi, vanili, garam dan kuning telur.

Hampir empat bulan mereka melakukan uji coba hingga menemukan komposisi yang pas. Upaya trial and error itu beberapa kali mengalami kegagalan atau kurang pas. "Mulai dari tekstur yang terlalu kasar, kelebihan unsur campuran tertentu, sampai harus membandingkan dengan bermacam es krim yang di jual di pasaran," ucap Rizka seraya tertawa.

Kerja keras itu bisa menemukan formula yang dianggap pas dan layak dilempar ke pasar. Dalam uji labrotaorium terakhir, setiap 100 gram takaran saji es krim buatan mereka, mengandung energi sebanyak 99,44 kilo kalori, lemak nabati 2,46 gram, protein 1,96 gram, karbohidrat 14,23 gram, kalsium 16,67 gram, fosfor 40,67 gram, dan 18 miligram natrium. "Selain kandungan gizi tinggi itu, es krim ini cocok untuk anak yang alergi pada susu sapi atau lactose intolerance," tutur Rizka pula.

Dalam acara "FTP Fair 2013" yang digelar pekan ini, es krim hasil karya lima mahasiswi tersebut ternyata diserbu banyak pembeli. Es krim dalam mangkok plastik kecil yang dihiasi butiran cokelat dan mieses warna warni dijual dengan harga Rp 3.000. "Kami memang berencana menjualnya ke pasaran,” kata Rizka bersemangat.

Dosen dan peneliti dari FTP Unej Ahmad Nafi mengatakan, hasil kerja keras lima mahasiswinya itu bisa meningkatkan nilai ekonomis biji karet. Apalagi di Jember banyak kebun karet yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta perusahaan swasta. "Temuan mereka bisa menjadi produk inovasi pangan yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.

MAHBUB DJUNAIDY


Topik Terhangat:

Tarif Baru KRL
| Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah


Berita terkait

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.

Baca Selengkapnya

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.

Baca Selengkapnya

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .

Baca Selengkapnya