Siswa Taruna Temukan Detektor Telur Busuk

Reporter

Editor

Alia fathiyah

Minggu, 7 Juli 2013 11:13 WIB

TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Magelang - Berawal dari rasa kasihan pada ibundanya saat gagal membuat kue karena telur busuk, Wisnu, alumni siswa kelas 12 SMA Taruna Nusantara berhasil membuat detektor telur busuk.

Keberhasilan ini mengantarkannya pada "The Best Invention Food and Agriculture" dalam International Exhibition For Young Inventor di Kuala Lumpur 9-11 Mei 2013. Sebelumnya alat ini pun sudah mendapatkan juara kedua dalam LIPI National Young Inventor Award pada September 2012.

Wisnu merupakan salah satu siswa yang menjadi wakil Indonesia dalam ajang tersebut. Ia tak menyangka alat yang dibuatnya sejak SMP bisa mendapatkan apresiasi dari dunia internasional.

"Waktu SMP, alat ini pernah saya ikutkan dalam kejuaran namun tidak juara," kata remaja kelahiran Soroako, 18 Juni 1995, Kamis 27 Juni 2013.

Karena tidak mendapatkan juara, alat ini dibiarkannya begitu saja hingga tiga tahun. Ketika ia diberi kesempatan untuk mewakili sekolahnya dalam perlombaan yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ia pun mengajukan kembali alat ini.

Wisnu menceritakan ide awal pembuatan alat ini berdasar ketertarikan di bidang elektronika sejak kelas 5 SD. Saat itu, ia sering melihat ayahnya, Sarno, yang juga guru matematika sekaligus pembimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR) di sebuah SMA di Soroako.

Ia pun makin tertarik membuat sebuah alat ketika ibunya, Theresia Wuryasih, gagal membuat kue gara-gara ada telur busuk masuk. Sebelum ia membuat alat, ia mencari metode yang cocok untuk mendeteksi telur busuk .

Untuk melihat telur busuk ada tiga cara yakni menerawang, merendam di air, dan mendeteksi dengan Hidrogen Sulfida.Wisnu pun memilih metode paling praktis yakni dengan menerawang.

"Untuk menerawang telurnya, saya memilih cahaya senter karena mudah didapat dan murah," katanya.

Dengan merakit sendiri, ia menambahkan alat lain seperti sirkuit listrik untuk sensor cahaya, lengan besi, dan casing plastik. Bahan-bahan tersebut diambil dari alat eletronika bekas milik ayahnya.

Untuk membuat detektor tersebut, ia berpuluh-puluh kali mengalami kegagalan. Berkat bantuan ayahnya yang bertindak sebagai konsultan, ia pun berhasil merancang alat detektor telur busuk yang berukuran 30cm x 10 cm x 10 cm. Alat ini lalu diujicobakan pada telur ayam dan bebek dan berhasil mendeteksinya. Hanya saja telur ini tidak mampu mendeteksi telur puyuh.

"Jika tanda merah berarti telurnya busuk, bila tanda hijau telurnya normal,"katanya.

Menurut Wisnu kesulitan utama membuat detektor telur busuk ini adalah mengatur ketepatan cahaya. Soal bahan baku sendiri, juga tidak sulit. Lebih lagi soal biaya, ia mengatakan murah. Untuk membuat alat ini, ia hanya mengeluarkan uang sebesar Rp5 ribu. " Kalau uangnya masih disubsidi orang tua," katanya.

Untuk pengembangan alat ini, Wisnu bercerita sudah membuat satu prototype yang berukuran lebih besar yakni 50cm x 20 cm x 20 cm. Alat ini diperuntukkan khusus untuk skala industri. Dana yang dikeluarkan mencapai Rp 150 ribu. Untuk prototype ini belum pernah diujicobakan hingga saat ini.

"Saya juga bercita-cita untuk membuat detektor minyak goreng. Prinsipnya sama seperti detektor telur busuk yakni untuk dengan cahaya untuk menerawang kadar bagus tidaknya," katanya.

Wisnu mengatakan belum berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan alat ini. Sebab, saat ini ia masih berkonsentrasi mencari perguruan tinggi. "Saya ingin kuliah di Institut Teknologi Bandung. Saya ingin menjadi menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi," katanya.

Soal hak paten alat, Wisnu mengatakan telah ditawari oleh LIPI. Hanya saja saat ini, Wisnu belum bisa meluangkan waktunya untuk hal tersebut. "Untuk mematenkan, saya masih harus mempublikasikan ke masyarakat terlebih dahulu. Prosesnya cukup lama. Mungkin setelah saya kuliah, saya baru akan mengurusnya," kata lulusan SMP Yayasan Pendidikan Soroako Singkole.

Alat detektor telur busuk ini juga mendapatkan apresiasi positif Kementerian Pendidikan Thailand Special Award from The Office Commision. Menurut Wisnu, penghargaan dari Thailand ini hanya diberikan pada dua penemu muda dari Indonesia, salah satunya dia. "Mereka tertarik karena alat ini cukup inovatif," katanya.

OLIVIA LEWI PRAMESTI

Berita Terkait:
Begini Bra Penampung ASI Dibuat

Kini, Bra Bisa Menampung ASI

Peneliti Kulit Kacang Ingin Menggratiskan Karyanya

Meneliti Kulit Kacang, Nisrina Ciptakan 3 Produk

Siswi SMA Temukan Manfaat Kulit Kacang

Berita terkait

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.

Baca Selengkapnya

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.

Baca Selengkapnya

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .

Baca Selengkapnya