TEMPO.CO, Jakarta - Populasi ubur-ubur di berbagai lokasi di perairan dunia ternyata meningkat drastis. Lonjakan populasi ubur-ubur mulai terlihat 13 tahun lalu ketiika perairan Australia dipenuhi makhluk lunak berwarna merah yang terentang lebih dari seribu kilometer dari utara ke selatan. Saking panjangnya, gerombolan ubur-ubur itu bisa diamati dari luar angkasa.
Meski kebanyakan lonjakan populasi ubur-ubur tidak sebesar itu, peneliti Australia, Lisa-ann Gershwin mengindikasikan jumlah onrganisme itu terus bertambah. Lonjakan populasi ubur-ubur ini diduga terjadi karena adanya pencemaran laut, penangkapan ikan yang berlebihan, hujan asam, polusi dari pestisida, dan perubahan iklim global.
Dalam penelitiannya, Gershwin menyimpulkan bahwa ubur-ubur bisa menguasai lautan dunia. "Di area dengan tingkat kerusakan parah dari berbagai macam gangguan, lonjakan ubur-ubur selalu menjadi masalah besar," kata peneliti dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation, Rabu, 6 November 2013.
Di Laut Jepang, gerombolan ubur-ubur muncul dalam jumlah besar dan bergerak dari Cina. Cina menghadapi masalah lingkungan seperti penangkapan ikan berlebihan (overfishing) dan polusi dari pembangunan pesisir mereka. Kondisi itu menjadi habitat yang tepat bagi ubur-ubur muda. Penangkapan ikan secara berlebihan mengurangi jumlah pesaing ubur-ubur dalam mencari makanan sehingga mereka mudah berkembang biak.
Ubur-ubur diketahui menyukai perairan hangat dan berkembang pesat dalam kondisi lingkungan perairan yang mengandung asam. "Ubur-ubur jadi satu-satunya makhluk yang bisa berkembang dalam kondisi ekstrim sementara yang lain menderita," kata Gershwin seperti dikutip LiveScience.
<!--more-->
Selain menjadi indikator kerusakan lingkungan, populasi ubur-ubur dalam jumlah besar juga pernah merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Oskarshamn, Swedia, awal Oktober lalu. Ubur-ubur menyumbat saluran pendingin yang terhubung ke laut sehingga operator terpaksa mematikan turbin. Insiden serupa pernah terjadi pula pada 2005. Pada 2012, satu reaktor nuklir di Diablo Canyon di California, Amerika Serikat, juga terpaksa dimatikan setelah rombongan ubur-ubur menyumbat pipa penyalur air.
Meski populasi ubur-ubur meningkat, sulit untuk memperkirakan berapa jumlah pastinya. Makhluk itu sulit diamati dan hanya sedikit catatan resmi tentang mereka karena habitatnya yang luas hingga ke perairan dalam. Pada 2012 terbit analisis dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences tentang laporan ubur-ubur dari abad ke-19 yang menunjukkan adanya siklus ledakan populasi per 20 tahun.
Sementara laporan dalam jurnal Hydrobiologia menyebutkan lonjakan ubur-ubur terdeteksi sejak 1950. "Langkanya data tentang ubur-ubur menyulitkan kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi," kata peneliti ubur-ubur Steven Haddock dari Monterey Bay Aquarium Research Institute di California.
Peneliti kelautan Rob Condon dari Dauphin Island Sea Laboratory di Alabama mengatakan perlu satu dekade lagi untuk mengetahui jumlah pasti populasi ubur-ubur di lautan termasuk penyebab lonjakan populasi mereka.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA
Berita terkait
Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya
3 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan takjub melihat kapal OceanX.
Baca SelengkapnyaSuhu Laut Naik Pulau Pling Thailand Ditutup
8 hari lalu
Sebelum penutupan Pulau Pling, Teluk Maya di Thailand sempat ditutup selama enam bulan pada tahun 2018
Baca SelengkapnyaPasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza
21 hari lalu
Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat
Baca SelengkapnyaSiprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK
22 hari lalu
Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam
Baca SelengkapnyaProfesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika
24 hari lalu
Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.
Baca SelengkapnyaBareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh
30 hari lalu
Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.
Baca SelengkapnyaItalia Selamatkan 1100 Migran di Lepas Pantai Italia dalam 24 Jam
42 hari lalu
Lebih dari 1.100 migran dan pengungsi termasuk 121 anak-anak tanpa pendamping diselamatkan di lepas pantai selatan Italia dalam waktu 24 jam
Baca Selengkapnya18 Warga Gaza Tewas Akibat Bantuan Via Udara, 12 Diantaranya Tenggelam di Laut
54 hari lalu
Setidaknya 12 warga Palestina tenggelam setelah mereka berenang ke Laut Gaza saat mencoba mendapatkan bantuan yang diterjunkan dari udara
Baca SelengkapnyaBantuan Kemanusiaan yang Dikirim lewat Laut Tiba di Utara Gaza
19 Maret 2024
World Central Kitchen mengkonfirmasi 200 ton bantuan kemanusiaan sudah tiba di utara Gaza pada Jumat, 15 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaKKP Umumkan Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut
15 Maret 2024
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumumkan lokasi pembersihan hasil sedimentasi di laut.
Baca Selengkapnya