Berapa Cadangan Air di Bawah Greenland?
Editor
Mahardika Satria hadi
Senin, 23 Desember 2013 22:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Greenland, wilayah otonomi khusus Kerajaan Denmark, rupanya menyimpan kejutan besar. Pulau yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik itu menyimpan lebih dari 100 miliar ton air. Jejak air ditemukan di bagian tenggara pulau itu, tersimpan hingga 50 meter di bawah permukaan yang tertutup es dan salju.
Sebuah laporan di jurnal Nature Geoscience edisi 22 Desember 2013, menyebutkan tempat penampungan dan saluran air bawah tanah itu membentang hingga 70 ribu kilometer persegi. (Baca: Kanada Ajukan Klaim Kepemilikan Kutub Utara)
"Kami pikir sudah banyak yang tahu tentang Greenland, tapi seluruh sistem penyimpanan air ini tidak pernah kami sadari sebelumnya," kata Richard Forster, pemimpin tim peneliti dan pakar gletser dari Universitas Utah, seperti dikutip Livescience, Senin, 23 Desember 2013.
Penemuan ini membantu para peneliti menyelidiki fenomena melelehnya es dan gletser di Greenland yang terjadi setiap tahun. Lelehan es Greenland itu berpengaruh terhadap tinggi muka air laut. Ketika musim panas tiba, sebuah danau dengan ukuran luar biasa besar terlihat di antara pecahan es di pulau itu.
Ilmuwan bisa melacak ke mana perginya es yang meleleh setiap tahun itu dengan mengamati permukaan danau. Selama ini, peneliti menduga kebanyakan air hasil lelehan es berpindah ke laut atau kembali membeku. Namun, kini mereka menemukan satu tempat persembunyian air yang sangat besar. "Kondisi ini menambah kompleksitas dalam sistem yang ada," kata Forster.
Forster dan timnya sebenarnya menemukan penampungan air ini pada 2011 ketika alat bor yang mereka operasikan menembus lapisan salju basah. "Air menyembur keluar dari lubang itu," ujar dia. Padahal suhu udara saat itu sekitar minus 15 derajat Celcius.
Para peneliti terlihat senang dengan temuan dadakannya. Air itu tersimpan di dalam firn, lapisan es keras yang merupakan sisa musim salju tahun sebelumnya. Forster menduga lokasi air itu tak pernah ditemukan karena banyaknya salju yang turun di wilayah tersebut.
Menurut laporan yang disampaikan dalam jurnal Geophisical Research Letters, ada cukup air di dalam penampungan raksasa itu untuk meningkatkan level muka air global sebanyak 0,4 milimeter. Setiap tahun, dengan lelehan es dan saljunya, Greenland menyumbang 0,7 milimeter kenaikan muka air laut global.
<!--more-->
Belum diketahui pasti berapa usia air dalam tempat penampungan itu. Tak ada yang tahu pula apakah air itu akan tetap tertahan di sana atau mengalir ke laut. Yang jelas, tinggi permukaan air di sana naik setelah ada peristiwa es meleleh yang sangat banyak pada 2012. Grup peneliti Forster akan kembali ke sana tahun depan untuk melanjutkan penelitian. "Mengetahui berapa tua usia air itu cukup untuk menjawab berbagai pertanyaan," katanya.
Penelitian tentang air di Greenland juga bisa membantu memahami pergerakan es. Biasanya air di bawah lapisan es menjadi semacam pelumas yang menggerakkan gletser. Sebagian air dan es yang meleleh biasanya mengalir ke bawah lapisan es, bergerak di antara retakan-retakan dan semacam pipa vertikal yang disebut moulin. Sebagian air lainnya kembali membeku di permukaan saat musim dingin datang.
Peneliti memperkirakan Greenland kehilangan lebih dari 200 juta ton es dan salju setiap tahun sejak 2003. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change yang dikeluarkan September lalu memperkirakan lapisan es bumi bakal lenyap seluruhnya ketika suhu bumi naik 1-4 derajat celcius. Laporan itu menyebutkan lapisan es yang hilang ada sekitar 34 miliar ton per tahun pada periode 1992-2001. Jumlah ini naik mencapai 215 miliar ton pada periode 2002-2011.
Saat ini, suhu rata-rata permukaan bumi sudah naik 0,7 derajat celcius bila dibandingkan dengan masa sebelum era industri. Di Greenland, kenaikan suhu justru terjadi lebih cepat.
Richard Alley, pakar gletser dari Pennsylvania State University mengatakan penemuan air ini punya implikasi terhadap masa depan lapisan es bumi. "Kita semua tahu terlalu banyak karbon dioksida di udara akan mempercepat melelehnya es di Greenland," kata dia.
Namun, peneliti bisa memprediksi secepat dan sebanyak apa es yang bakal meleleh. "Kita harus memahami betul pengaruhnya sehingga bisa mengurangi dampaknya di masa depan," Alley mengatakan.
LIVESCIENCE | BBC | GABRIEL TITIYOGA
Berita Terpopuler
Ponsel Baru BlackBerry Khusus Dijual di Indonesia
BlackBerry 10, Penyebab BlackBerry Rugi Besar
Yes! Winamp Akan 'Dihidupkan' Kembali
Opini Pengembang Lokal tentang Windows Phone
Apple dan China Mobile Resmi Jalin Kerja Sama
Lelehan Es Ditemukan di Bawah Greenland