Beragam Cerita Tim Indonesia di Shell Eco-Marathon
Editor
Mahardika Satria hadi
Kamis, 6 Februari 2014 21:32 WIB
TEMPO.CO, Manila - Beragam cerita menarik terhampar di balik keikutsertaan 18 tim dari Indonesia di Shell Eco-Marathon 2014 yang digelar di Manila, Filipina, 6-9 Februari 2014. Mulai dari mahalnya ongkos yang harus ditanggung secara mandiri untuk membikin kendaraan hemat bahan bakar, hingga beragam atribut unik yang mereka sematkan di kendaraan yang diciptakan.
Soal mahalnya biaya yang harus ditanggung, salah satunya diutarakan tim Horas asal Universitas Sumatera Utara (USU).
"Sama sekali tidak ada bantuan pemerintah," kata pengawas tim Horas USU, Himsa Ambarita, sembari menggeleng begitu ditanya perihal modal merakit dua unit kendaraan urban concept yang dirancang para mahasiswanya, Kamis, 6 Februari 2014.
Padahal, kata Himsa, untuk menciptakan satu mobil urban concept atau mobil yang menyerupai wujud asli, dibutuhkan dana yang cukup besar untuk kalangan kampus, yaitu sekitar Rp 40 juta.
"Beruntung ada bantuan dari beberapa sponsor dan beberapa petinggi kampus secara pribadi," kata dia.
Adapun tim Rakata dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga terjun di kategori urban concept menghabiskan uang yang lebih besar. "Sejak desain hingga mobil sampai di Manila menghabiskan sekitar Rp 200 juta," kata pengawas tim Hisar Pasaribu.
Mirip dengan tim asal USU, tim Rakata juga mengaku tidak mendapat sokongan dana dari pemerintah. Hal ini tentu patut disayangkan mengingat ajang Shell Eco-Marathon kali ini diikuti 16 negara dari Asia dan Timur Tengah.
"Pada keikutsertaan di Eco-Marathon 2010 kami sempat mendapat bantuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi," kata Hisar.
Tidak hanya cerita terkait mahalnya ongkos, beberapa tim memasang atribut khas Indonesia untuk menunjukkan identitas. Misalnya saja yang dilakukan tim asal Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang mengecat tubuh mobilnya dengan gambar wayang. Semua anggota tim pun tampil nyentrik dengan mengenakan blangkon saat inspeksi mobil.
Adapun tim Sapuangin asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) nyeleneh dengan menuliskan kata "Doa Ibu" di buntut mobil urban concept mereka yang dicat putih.
ITS memang disebut-sebut sebagai salah satu calon juara pada Shell Eco-Marathon 2014. Sebab, mereka selama ini adalah langganan juara. Pada 2010, ITS tim II meraih juara pertama dalam kategori Combustion Grand Prize dan kategori Gasoline Fuel Award untuk kelas urban concept.
Lalu, pada 2011 mereka meraih juara pertama untuk kategori urban concept Internal Combustion Engine serta Alternative Diesel Fuel Award. Begitu juga pada 2012, ketika mereka meraih posisi pertama untuk kategori mobil dengan bahan bakar alternatif terbaik.
ARIE FIRDAUS (MANILA)
Berita Lain:
Microsoft Vs Google, Siapa Lebih Unggul?
Telkom Bangun Data Center Seluas 10 Hektare
Microsoft Investasi Rp 180 Miliar di Foursquare
Langkah Pertama Nadella Sebagai CEO Microsoft
Flappy Bird, Game Terpopuler yang Bikin Stres