TEMPO.CO, London – Hati-hati saat kita memaksakan tertawa atas lelucon yang sebenarnya tidak lucu. Si pembuat lelucon akan menyadari, apakah tawa kita asli atau palsu. Rupanya, otak akan melakukan proses yang berbeda ketika kita mendengar tawa asli dan palsu.
Dilaporkan Daily Mail, Jumat, 21 Maret 2014, dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Royal Holloway London ditemukan bahwa mendengar tawa dipaksakan akan mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan pengartian emosi.
“Ini sangat menarik. Otak kita mampu mendeteksi kebahagiaan yang tulus pada orang lain,” kata Dr Carolyn McGettigan, peneliti utama studi yang dibuat dalam rangka memperingati Hari Kebahagiaan Internasional itu.
Dalam penelitiannya, McGettigan mengukur respons otak terhadap sejumlah relawan dengan memutarkan sejumlah video acara komedi. Memang, di acara komedi, banyak adegan yang sebenarnya tak lucu tapi dianggap lucu, meski tak jarang beberapa komedi memang benar-benar mengundang tawa yang tulus.
Dengan pindai otak, peneliti bisa melihat adanya stimulasi yang berbeda pada otak saat seseorang mendengar tawa asli yang tulus dan tawa palsu yang dipalsukan. McGettigan menuturkan, perbedaan stimulasi otak ini terjadi di bagian otak yang mengontrol gerakan dan mendeteksi sensasi.
ANINGTIAS JATMIKA | DAILY MAIL
Terpopuler
Iklan Samsung Sindir Apple, Microsoft, dan Amazon
TE Connectivity Kembangkan Teknologi Pendidikan
Ulang Tahun, Twitter Ajak Pengguna Bernostalgia
Padam 7 Jam, Jaringan Internet Suriah Diretas?
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya