Pohon Mati di Chernobyl Lambat Membusuk  

Reporter

Kamis, 27 Maret 2014 18:53 WIB

Pohon-pohon mulai tumbuh di halaman rumah sakit akibat bencana meledaknya reaktor nuklir Chernobyl 27 tahun lalu. Seluruh penduduk kota Chernobyl dan Prypiat diperintahkan meninggalkan kota dan tidak boleh kembali lagi. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, South Carolina - Ledakan reaktor di Kota Chernobyl pada masa pemerintahan Uni Soviet sekitar 28 tahun lalu merupakan salah satu bencana nuklir terparah. Bertahun-tahun kota yang kini masuk wilayah Ukraina itu dinyatakan tertutup untuk manusia karena tingkat radiasinya tinggi.

Belakangan, peneliti menemukan pohon-pohon mati pada area yang terkontaminasi di Chernobyl ternyata lebih lambat membusuk. Tim Mousseau, profesor biologi dari Universitas South Carolina, telah melihat dan berjalan di antara pepohonan yang mati akibat ledakan nuklir itu.

"Bertahun-tahun batang-batang pohon mati itu masih dalam kondisi yang cukup baik," kata Mousseau, seperti ditulis LiveScience, 24 Maret 2014. "Jika ada pohon roboh di halaman belakang rumahku dalam waktu sepuluh tahun saja sudah jadi serpihan."

Mosseau dan rekannya dari Universitas Paris-Sud, Prancis, Anders Moller, melakukan investigasi tentang kondisi biologi pada wilayah yang terkontaminasi zat radioaktif, seperti di Chernobyl dan Fukushima, Jepang.

Mereka mengunjungi Hutan Merah di Chernobyl yang populer karena warna pohon-pohonnya menjadi merah kecokelatan sebelum mati. Dua peneliti itu menyadari kondisi batang pohon mati di sana tidak banyak berubah, bahkan setelah beberapa dekade.

"Selain beberapa semut, tak ada yang menyentuh atau merusak pepohonan itu saat kami pertama kali menemukannya," kata Mosseau, yang juga menjabat Wakil Direktur Chernobyl and Fukushima Research Initiatives di Universitas Carolina.

Mereka meneliti wilayah itu dengan menyebar sampah dedaunan yang tidak terkontaminasi radiasi dan bebas dari serangga. Sembilan bulan kemudian, mereka kembali mengambil sampel tersebut dan hasilnya mengejutkan mereka.

Sampel daun yang berada di wilayah dengan kadar kontaminasi tinggi tingkat pembusukannya 40 persen lebih lambat ketimbang sampel di wilayah yang tidak terkontaminasi. Dalam laporan yang dimuat jurnal Oecologia disebutkan tingkat pembusukan dipengaruhi oleh kadar bahan radioaktif pada wilayah yang terkontaminasi.

Efek radiasi bisa mematikan bagi mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Namun radiasi diduga bisa menyebabkan komplikasi pada pasien kanker karena populasi bakteri baik dalam pencernaan berkurang. Lambatnya pembusukan limbah pohon, menurut Mousseau, disebabkan oleh berkurangnya aktivitas mikroba pembusuk.

"Sampah-sampah ini kering, ringan, dan mudah terbakar," katanya. Timbunan sampah organik yang tak membusuk selama 28 tahun menjadi bahan bakar ideal saat terjadi kebakaran hutan. "Ada kekhawatiran terjadi kebakaran hebat pada masa mendatang," kata Mousseau.


LIVESCIENCE | CBSNEWS | GABRIEL TITIYOGA

Berita terkait

Energy Watch: Indonesia Belum Siap Manfaatkan Nuklir dalam Waktu Dekat

26 Oktober 2022

Energy Watch: Indonesia Belum Siap Manfaatkan Nuklir dalam Waktu Dekat

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai Indonesia belum siap memanfaatkan teknologi nuklir dalam waktu dekat.

Baca Selengkapnya

BRIN Jajaki Kerja Sama dengan Prancis untuk Kembangkan Teknologi Nuklir

4 Juli 2022

BRIN Jajaki Kerja Sama dengan Prancis untuk Kembangkan Teknologi Nuklir

Dua hal penting terkait rencana pengembangan bidang nuklir di Indonesia, yakni perbaikan infrastruktur nuklir dan peningkatan capacity bulding.

Baca Selengkapnya

IAEA Tawarkan Solusi Nuklir untuk Polusi Plastik dan Penghapusan Karbon Dioksida

16 Mei 2022

IAEA Tawarkan Solusi Nuklir untuk Polusi Plastik dan Penghapusan Karbon Dioksida

Para ahli dan mitra IAEA memamerkan beberapa cara sains dan teknologi nuklir berkontribusi pada tujuan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Teknologi Nuklir Ungkap Buaya Makan Bayi Dinosaurus

16 Februari 2022

Teknologi Nuklir Ungkap Buaya Makan Bayi Dinosaurus

Lewat bantuan teknologi nuklir akhirnya ilmuwan dapat mengungkap dan merekonstruksi fosil isi perut buaya.

Baca Selengkapnya

3 Hasil Manis dari Uji Kandidat Vaksin Covid-19 Gunakan Antibodi Ayam

5 November 2021

3 Hasil Manis dari Uji Kandidat Vaksin Covid-19 Gunakan Antibodi Ayam

Akumulasi antibodi IgY yang digunakan dalam vaksin Covid-19 itu tertinggi di organ trakea. "Saya senang karena di situ masuknya virus."

Baca Selengkapnya

Antibodi Ayam Semakin Dekat Jadi Vaksin Covid-19, Ini Hasil Uji Praklinisnya

4 November 2021

Antibodi Ayam Semakin Dekat Jadi Vaksin Covid-19, Ini Hasil Uji Praklinisnya

BRIN rampungkan uji praklinis terhadap antibodi dari kuning telur ayam, IgY, sebagai vaksin pasif Covid-19. Libatkan teknologi nuklir.

Baca Selengkapnya

Insinyur Angkatan Laut AS Didakwa Jual Informasi Rahasia Kapal Selam Nuklir

11 Oktober 2021

Insinyur Angkatan Laut AS Didakwa Jual Informasi Rahasia Kapal Selam Nuklir

Seorang insinyur nuklir Angkatan Laut AS dan istrinya telah didakwa menjual informasi rahasia tentang kapal selam nuklir kepada agen FBI yang menyamar

Baca Selengkapnya

PT Inuki Ingin Lebih Berperan dalam Pengembangan Teknologi Nuklir

19 September 2019

PT Inuki Ingin Lebih Berperan dalam Pengembangan Teknologi Nuklir

PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) menghadiri Sidang International Atomic Energy Agency (IAEA) di Wina, yang membahas pengembangan teknologi nuklir.

Baca Selengkapnya

Amerika Akan Berikan Teknologi Nuklir ke Arab Saudi Asalkan ...

18 September 2019

Amerika Akan Berikan Teknologi Nuklir ke Arab Saudi Asalkan ...

Amerika Serikat mau memberikan teknologi nuklirnya ke Arab Saudi asalkan negara itu mau membuat kesepakatan dengan IAEA.

Baca Selengkapnya

Biaya Operasi Kanker dengan Teknologi Nuklir Hemat 90 Persen

7 September 2019

Biaya Operasi Kanker dengan Teknologi Nuklir Hemat 90 Persen

Teknologi nuklir sudah sejak lama digunakan di dunia medis. Namun orang sakit masih takut dengan kata nuklir.

Baca Selengkapnya