Pemakan Semut, Tampak Lemah tapi Mematikan  

Reporter

Kamis, 31 Juli 2014 20:00 WIB

Giant Anteater. (deviantart)

TEMPO.CO, Sao Paulo - Rupa mamalia pemakan semut sekilas tampak seperti hewan lemah. Moncongnya lancip, penglihatannya buruk, nyaris tuli, dan tak punya gigi. Makanannya pun cuma semut dan rayap yang dipancing dengan menggunakan lidah serupa cacing. Jelas dia bukan karakter hewan predator. Namun binatang itu ternyata bisa berbahaya saat terdesak dan sanggup membunuh manusia.

Pemakan semut sebenarnya bukan hewan agresif. Hewan itu pun biasanya menghindari kontak dengan manusia. Kasus serangan pemakan semut jarang sekali terjadi. Namun kasus yang tak kerap terjadi itu bisa berakhir fatal. Di Brasil, ada dua pemburu yang tewas setelah diserang pemakan semut raksasa.

Laporan yang dimuat dalam jurnal Wilderness and Environmental Medicine, 14 Juli 2014, menyebutkan kasus serangan mematikan di Brasil seharusnya menjadi peringatan bagi manusia untuk tidak mendekati pemakan semut atau area sarangnya. Laporan itu merupakan studi tentang serangan fatal pemakan semut yang membunuh dua orang. "Mereka itu sebetulnya petani yang tengah berburu, lalu diserang pemakan semut yang terluka atau terpojok," kata Vidal Haddad, pemimpin studi dari Botucatu School of Medicine, Sao Paulo State University.

Hewan yang terdiri atas empat spesies ini masuk dalam kategori rentan di daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN). Spesies terbesar pemakan semut raksasa (Myrmecophaga tridactyla) panjangnya bisa mencapai dua meter. Biasanya habitat seekor pemakan semut mencakup wilayah seluas tiga kilometer persegi. Namun habitat yang terus menyusut menjadi ancaman terbesar bagi hewan ini.

Hewan itu rentan tertabrak kendaraan saat menyeberangi jalan yang membelah habitat mereka karena rabun dan nyaris tuli. Mereka kerap menjadi korban pembukaan lahan untuk perkebunan tebu. Pembukaan lahan sering dilakukan lewat pembakaran. Ujungnya, banyak pemakan semut ditemukan mati terbakar atau menderita luka bakar parah. Hewan ini juga kerap diburu untuk dimakan atau jadi komoditas perdagangan ilegal.

Kasus pertama yang dipelajari dalam studi Haddad dan koleganya itu terjadi pada 2010. Saat itu pemakan semut menyerang pria berusia 75 tahun yang tengah berburu di hutan di wilayah Mato Grosso, Brasil. Pada tubuh pria nahas itu ditemukan luka parah yang membuatnya mati kehabisan darah.

Kasus berikutnya, terjadi pada Agustus 2012, menimpa seorang petani yang berburu bersama dua putranya. Anjing yang mereka bawa mengepung pemakan semut. Terdesak, hewan itu lalu berdiri dengan dua kaki belakangnya seperti pose seseorang yang meminta pelukan. Alih-alih menembak, petani itu mendekati pemakan semut sambil menggenggam pisau. Efeknya fatal. Hewan itu merengkuh si petani dan sempat mencabik tubuhnya sebelum direbut oleh putranya yang akhirnya juga menderita luka.

Meski rabun dan nyaris tuli, pemakan semut punya senjata mematikan, yaitu kuku tajam yang panjangnya mencapai 10 sentimeter. Kuku itu sejatinya digunakan untuk membongkar sarang semut atau rayap. Namun, seperti pada kasus dua pemburu Brasil, kuku itu jadi senjata efektif bagi hewan soliter itu untuk melindungi diri.

Dari hasil investigasi terhadap korban, dokter menemukan memar di leher, luka tusukan, dan sobekan parah di beberapa bagian tubuh. "Luka yang mereka alami sangat serius dan kami tak tahu apakah itu betul-betul mekanisme pertahanan diri yang dilakukan binatang," kata Haddad.

Pemakan semut hidup di alam liar di benua Amerika, namun jumlahnya terus menyusut. Hewan yang masih berkerabat dengan kukang dan armadilo itu bahkan dipercaya sudah punah di Belize, El Salvador, Guatemala, dan Uruguay. Sementara itu, sekitar 5.000 ekor diperkirakan hidup di alam liar Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Rebbeca Lohse, penjaga hewan di Reid Park Zoo, Arizona, mengatakan alpukat dan jeruk juga ada dalam menu pemakan semut. Lohse menambahkan, hewan itu mudah sekali kaget. "Suara pesawat, gergaji kayu, atau peniup daun bisa mengejutkan mereka," katanya.

Penjaga hewan biasanya berusaha tidak berada di tempat yang sama dengan pemakan semut. Saat tersudut, menurut Lohse, pemakan semut membela diri dengan posisi berdiri pada kaki belakangnya dan mengayunkan kaki depannya dari sisi ke sisi. "Mereka punya otot kaki yang kuat dan kuku-kuku itu panjang," katanya.

LIVESCIENCE | PHYS.ORG | GABRIEL WAHYU TITIYOGA




Terpopuler:
Ini Teknik Mengetahui Dalang di Balik Situs Palsu
Bersalaman Sebarkan Bakteri Lebih Banyak
Ini Baterai Isi Ulang Tercepat di Dunia
Apple Segera Pecat 200 Karyawan Beats
Pemburu Badak Afrika Divonis 77 Tahun Penjara

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya