Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS saat mengorbit di ketinggian 354 Km di atas Bumi pada 2011 lalu. (AP Photo/NASA, Paolo Nespoli)
TEMPO.CO, Jakarta - Astronot ternyata bukan satu-satunya yang bisa bertahan hidup di Stasiun Internasional Luar Angkasa (ISS) yang berjarak 320 kilometer dari permukaan bumi. Baru-baru ini ditemukan makhluk hidup lain yang "hinggap" di jendela ISS, yaitu plankton yang semestinya berada di laut.
Mikroorganisme seperti bakteri memang bisa bertahan di luar angkasa. Namun, ditemukannya plankton di ISS adalah hal baru. "Temuan ini benar-benar unik. Kami menemukan jejak plankton laut dan partikel mikroskopik di jendela luar. Temuan ini perlu dikaji lebih jauh," kata Kepala ISS misi orbital dari Rusia, Vladamir Solovyev, seperti dilaporkan Cnet, Rabu, 20 Agustus 2014.
Bagaimana cara plankton laut sampai di ruang nol gravitasi dan hampa udara masih tanda tanya. Kemungkinan yang paling dekat adalah karena terjadi arus udara naik dari bumi. (Baca: Gempuran Gaza Terlihat dari Stasiun Luar Angkasa)
"Bagian pertama ISS diluncurkan di Kosmodrom Baykonur, Kazakhstan, pada 1998. Tidak mungkin juga plankton telah tinggal di sana dengan rentang waktu sejauh itu," kata Solovyev.
Solovyev melaporkan pula bahwa permukaan ISS mulai tercemar karena berbagai aktivitas yang terjadi di sekitarnya. Saat ini Solovyev dan rekan lainnya sedang melakulan "pekerjaan khusus" untuk memoles ISS dan memasangkan illuminator. "Hal ini perlu dilakukan dalam perjalanan panjang di luar angkasa," kata Solovyeyv.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.