Misteri Batu Berjalan di Lembah Kematian Terkuak  

Reporter

Rabu, 3 September 2014 05:44 WIB

Batu bergeser di Death Valley, San Diego, Amerika Serikat. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Misteri yang menggantung sejak 1940 itu mulai terpecahkan. Bukan jin, angin puting beliung atau angin dengan kecepatan sekuat hurikan yang menggerakkan ratusan batu di atas permukaan danau kering atau playa di Death Valley, California, Amerika Serikat.

Ternyata, bergesernya batu-batu yang beberapa di antaranya berbobot hingga 320 kilogram sejauh ratusan meter itu terjadi karena kombinasi dari dorongan angin lemah sekitar 3-5 meter per detik dan lapisan es yang tebalnya tak lebih dari 3-5 milimeter yang terbentuk pada malam hari.

Tim ilmuwan yang dipimpin ahli paleobiologi Richard Norris dari Scripps Institution of Oceanography, University of California di San Diego, yang menguak rahasia selama setengah abad itu. Mereka mempublikasikan risetnya dalam jurnal PLOS ONE pada 27 Agustus 2014. (Baca: Rahasia Sejak 1940 di Lembah Kematian)

Eksperimen dilakukan pada musim dingin 2011 setelah memperoleh izin dari pengelola taman nasional. Ralph Lorenz, salah seorang penulis makalah dari Applied Physics Laboratory di Johns Hopkins University, menduga riset mereka akan menjadi eksperimen yang paling membosankan karena mereka harus menunggu sesuatu yang tak pasti.

Namun, dua tahun berikutnya, pada Desember 2013, Norris dan sepupunya, Jim Norris, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, tiba di Death Valley dan menemukan bahwa playa itu digenangi air sedalam 7 sentimeter. Tak lama kemudian, batu-batu mulai bergerak.

“Sains terkadang memiliki unsur keberuntungan,” kata Richard Norris. “Kami menduga harus menunggu lima hingga sepuluh tahun tanpa ada batu yang bergerak, tapi baru dua tahun proyek ini berjalan, kami kebetulan ada di sana pada saat yang tepat untuk melihat langsung peristiwa itu.”

Pengamatan mereka memperlihatkan bahwa pergerakan batu itu memerlukan sebuah kombinasi atas sejumlah peristiwa langka. Pertama, playa harus terisi air, yang kedalamannya cukup untuk membentuk es mengapung pada malam hari di musim dingin tapi juga cukup dangkal sehingga batu tetap berada di atas permukaan air.

Ketika temperatur turun drastis pada malam hari, kolam membeku dan membentuk lapisan es setipis kaca. Es itu harus cukup tipis agar baru bisa bergerak lancar, tapi juga harus cukup tebal agar tak mudah pecah.

Pada siang hari yang terik, es mulai mencair dan pecah menjadi panel-panel es besar. Angin yang berembus di playa akan mendorong batu di depannya dan meninggalkan jejak di lumpur lunak di bawah permukaan.

“Pada 21 Desember 2013, es pecah pada tengah hari, bunyi es retak dan patah datang dari seluruh permukaan kolam yang beku,” kata Richard Norris. “Saya berkata pada Jim, ‘Ini saatnya!’” Teriakan ini mengakhiri berbagai spekulasi selama lebih dari setengah abad soal batu berjalan atau bergerak di Lembah Kematian.





NATURE | SCRIPPS | LIVESCIENCE | TJANDRA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya