Bahas Karst, Ribuan Pegiat Gua Kumpul di Cibubur

Reporter

Sabtu, 18 Oktober 2014 00:06 WIB

Penambang batu kapur di bukit karst Gombong Selatan. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan karst di Indonesia saat ini berada dalam kondisi genting akibat belum terkelola dengan baik serta terancam oleh industri ekstraktif yang masif. Melihat kondisi itu, para pegiat speleologi yang tergabung dalam forum komunikasi bernama Indonesian Caver Society (ICS) menggelar pertemuan di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, 17-19 Oktober 2014.

Acara tatap muka perdana yang dikemas dalam tema Indonesia Speleo Gathering (ISG) 2014 ini dihadiri oleh kalangan akademisi, peneliti, praktisi, mahasiswa dan masyarakat yang tinggal di kawasan bentang alam karst--tipe ekosistem yang tersusun atas batuan kapur atau gamping. Tak kurang dari 1.243 orang anggota ICS turut meramaikan kegiatan ini.

"Forum ini merupakan media satu-satunya yang menjadi tempat berbagi ilmu, informasi dan bertukar pikiran para pegiat speleologi di Indonesia," kata Koordinator ISG 2014 Cahyo Rahmadi melalui siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 17 Oktober 2014.

Speleologi, cabang pengetahuan yang khusus mempelajari tentang gua dan lingkungannya, memang tidak dapat dilepaskan dari kawasan karst. Sebab, sebagian besar gua banyak terdapat di kawasan karst. (Baca juga: Lukisan Gua Tertua Ditemukan di Sulawesi)


Di Indonesia maupun wilayah belahan bumi lain, kawasan karst terus menghadapi ancaman, khususnya dari industri ekstraktif batu gamping. Batuan utama penyusun karst ini diketahui mengandung unsur karbonat (CaCo3) yang tinggi, tidak kurang dari 80 persen. Bahkan batu gamping di karst Dinaric di wilayah bekas pecahan Yugoslavia, yang berumur 65-145 juta tahun lalu, mengandung karbonat yang mencapai 95–100 persen.

Cahyo mengatakan, unsur karbonat ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat diminati oleh para pelaku industri semen portland. "Karena dianggap menjadi bahan dasar yang belum tergantikan hingga saat ini," kata peneliti fauna gua di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini.

Menurut Cahyo, industri semen sebelumnya banyak berpusat di Cina, negara yang sepertiga wilayah daratannya berupa karst. Namun, industri semen di Negeri Panda itu banyak ditutup karena dianggap sebagai salah satu penyumbang emisi karbon dan sumber terbesar polutan merkuri di udara selain industri baja. "Sejak itu investasi industri semen beralih ke kawasan karst di Indonesia," kata dia.

Industri semen di Tanah Air terkonsentrasi di Pulau Jawa. Beberapa indutri semen juga beroperasi di jantung kawasan karst di pulau Sulawesi dan Sumatera. Di beberapa kawasan, pendirian pabrik semen memicu konflik dengan masyarakat lokal karena kawasan karst merupakan aset penting bagi para petani. "Mata air yang memancar dari perbukitan karst berguna untuk memenuhi kebutuhan air bersih maupun irigasi persawahan," Cahyo mengatakan.

Indonesia memiliki potensi bentang alam karst seluas 154 ribu kilometer persegi atau 0,08 persen dari total wilayah daratan. Semuanya tersebar merata di pulau besar dan kecil, dari Aceh sampai Papua. Karst Indonesia meliputi 0,7 persen dari luas kawasan karst dunia yang mencapai 22 juta kilometer persegi.

Karst sangat berguna bagi kehidupan manusia karena kemampuannya menyerap air hujan, menyimpan, dan mengeluarkannya secara teratur sebagai mata air bersih. Karst menyerap jutaan meter kubik air hujan setiap tahun. Di dunia, 15 persen luas daratan adalah bentang alam karst, yang mencukupi seperempat kebutuhan air bersih penduduk dunia.

Fungsi lain karst adalah sebagai penyerap karbon dioksida (CO2). Dalam satu tahun, kawasan karst di dunia mampu menyerap 0,41 miliar metrik ton CO2 dari atmosfer. Namun, dalam proses karstifikasi akan melepaskan kembali 0,3 miliar metrik ton CO2, sehingga rata-rata CO2 yang terserap sebanyak 0,11 miliar metrik ton. "Kawasan karst menjadi salah satu rantai penting dalam siklus karbon dunia," kata Cahyo.

Lewat pertemuan selama tiga hari, para pegiat speleologi berharap bisa mengupayakan penyelamatan ekosistem karst. Mereka mengawalinya dengan menyusun satu database potensi kawasan karst di seluruh Indonesia. Database ini yang kelak bisa dipakai menjadi rujukan bagi pemangku kebijakan di tingkat daerah hingga pusat dalam mengelola bentang alam karst.

"Para peserta juga berdiskusi tentang teknik-teknik pendataan potensi kawasan, seperti teknik pemetaan gua, aplikasi sistem informasi geografis, dan teknik penyelamatan kecelakaan gua," kata Cahyo.

Gua juga tidak luput dari pembahasan para peserta. Cahyo mengatakan, seperti halnya karst, gua banyak bermanfaat bagi manusia. Gua menjadi rumah bagi berbagai jenis fauna endemik yang berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem. "Salah satu fauna yang berdampak langsung bagi kehidupan manusia adalah kelelawar," ujarnya. Ribuan kelelawar yang tinggal dalam gua diyakini menjadi predator utama serangga yang berpotensi menjadi hama pertanian.

MAHARDIKA SATRIA HADI


Berita Terpopuler:
Prabowo Ditantang Jadi Negarawan di Pelantikan Jokowi
Jokowi Boyong 60 Orang Keluarganya ke Pelantikan
Romy Resmi Jadi Ketua Umum PPP Muktamar Surabaya

Berita terkait

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

14 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

14 hari lalu

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

17 hari lalu

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.

Baca Selengkapnya

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.

Baca Selengkapnya

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.

Baca Selengkapnya

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.

Baca Selengkapnya

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.

Baca Selengkapnya

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?

Baca Selengkapnya