Tes Genetik Ini Diagnosis Penyakit Aneh pada Anak

Reporter

Editor

Yuliawati

Senin, 20 Oktober 2014 16:56 WIB

Wu Lunjiao, menggendong putrinya Yuanyuan, seorang penderita penyakit langka yang belum diketahui penyebabnya, di Shenzhen, Guangdong, Cina, 30 Agustus 2014. Pihak keluarga telah mengeluarkan biaya lebih dari 100.000 yuan atau sekitar Rp. 147 juta untuk pemeriksaan medis. Reuters/Chen Wencai

TEMPO.CO, San Francisco - Audrey Lapidus terlihat bangga dengan senyum dan lesung pipit bayinya. Tapi, ternyata dia pernah sangat khawatir saat sang bayi, Calvin, belum bisa berguling dan merangkak pada umur 10 bulan. Calvin menderita masalah pencernaan kronis, namun empat ahli saraf tak menemukan penyakit apa pun di tubuh Calvin.

Putus asa dengan jawaban tersebut, Audrey dan suaminya sepakat menjadikan anak mereka pasien pertama tes baru yang disebut exome sequencing di University of Californa, San Francisco. Tes ini berbasis DNA milik Calvin dan orang tuanya. Mesin sequencing—untuk memindai DNA—dengan cepat menganalisis genom anak tersebut lalu membandingkan genom itu dengan milik orang tuanya.

Calvin didiagnosis mengidap Pitt-Hopkins Syndrome, gangguan genetik langka yang mempengaruhi tumbuh-kembang anak. Sindrom ini hanya menjangkiti sekitar 250 anak di seluruh dunia. Diagnosis ini pun membantu Lapidus dan suaminya untuk menentukan langkah terapi yang cocok untuk Calvin.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pekan lalu ini menunjukkan bahwa metode exome sequencing dapat mendiagnosis 40 persen kasus kompleks. “Teknik ini dapat meningkatkan diagnosis pada gangguan langka,” ujar pemimpin penelitian, Stan Nelson, yang juga Wakil Ketua Bidang Genetika Manusia dan profesor patologi kedokteran di David Geffen School of Medicine University of California, Los Angeles (UCLA) (Baca: 697 Varian Gen Pengaruhi Tinggi Badan Manusia)

UCLA Clinical Genomics Center didirikan pada 2011 sebagai salah satu dari tiga otoritas di dunia (dua lainnya Baylor dan Harvard) untuk meneliti DNA dalam penggunaan klinis. Tak seperti diagnosis sebelumnya yang hanya mempelajari satu gen pada satu waktu, tes ini menyaring 37 juta pasang basa di 20 ribu gen seseorang untuk melihat gangguan genetika langka. Metode ini berfokus pada exome, protein-coding yang dapat mengetahui penyebab penyakit manusia.

Nelson bekerja sama dengan Hane Lee, seorang pakar patologi, dalam studi yang dilakukan selama dua tahun ini. Lee menganalisis exome dari 814 anak yang gejalanya telah membingungkan dunia kedokteran meski telah menjalani tes genetik dan biokimia secara lengkap.

Metodenya, data mentah sequencing genom masing-masing anak dan orang tua diidentifikasi dengan varian standar. Exome rata-rata orang mengandung lebih dari 20 ribu varian dan hampir semuanya jinak.

Selanjutnya, tim menerapkan serangkaian filter pada data berdasarkan keluarga pasien dan aspek terkait lainnya. Para peneliti memutasi gen dengan literatur medis. Akhirnya, tim meninjau temuan tersebut untuk didiagnosis. Tim menghabiskan waktu delapan pekan untuk melakukan serangkaian kegiatan tersebut.

AMRI MAHBUB




Berita Lain :
ITS Juara Umum Lomba Mobil Irit
Bertransaksi dengan Dompet Virtual
Gencar Perkenalkan Mobile Money













Advertising
Advertising

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya