Survei: Gaya Berjalan Pengaruhi Mood Seseorang  

Reporter

Rabu, 22 Oktober 2014 16:43 WIB

Dengan memegang pinggulnya anak perempuan bergaya saat berjalan di catwalk memperagakan pakaian dari merek Lilica Ripilica dalam acara Sao Paulo Fashion Show di Sao Paulo, Brasil (3/4). AP/Andre Penner

TEMPO.CO, Ontario - Suasana hati seseorang rupanya dapat mempengaruhi cara berjalan. Posisi bahu yang turun saat sedih atau gaya berjalan yang agak melonjak saat sedang senang bisa disebut sebagai contoh. Sekarang peneliti telah menunjukkan fakta sebaliknya. Mood seseorang akan berubah jika gaya berjalannya ikut diganti.

"Kami ingin melihat apakah cara berjalan mempengaruhi mood seseorang," kata anggota penelitian, Nikolas Troje, mahasiswa master dari Queen’s University, Kanada, seperti dikutip dari Sciencedaily, Rabu, 22 Oktober 2014.

Dalam studi ini, subyek penelitian diminta berjalan dalam gaya yang tertekan. Mereka harus menggerakkan lengan dan bahu mereka dengan terpaksa. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatri ini, mereka mengaku mengalami suasana hati yang buruk dibanding saat berjalan dengan gaya yang lebih bahagia. (Baca: Cara Mudah Mengelola Marah)

Troje dan rekan penelitiannya kemudian menunjukkan daftar kata bernuansa positif dan negatif kepada peserta penelitian, seperti "cantik", "takut", dan "cemas". Kemudian, mereka diminta untuk berjalan di atas alat treadmill sambil diukur gaya dan bahasa tubuh mereka. Jarum pada alat pengukur pun menunjukkan tingkat kebahagiaan dan kemurungan para peserta penelitian.

Setelah berjalan di treadmill, para peserta diminta untuk menuliskan kata-kata sebanyak yang mereka ingat dari daftar sebelumnya. Perbedaan tiap peserta menunjukkan bahwa gaya berjalan depresi benar-benar menciptakan suasana hati yang lebih tertekan. (Baca juga: Anda Mudah Depresi jika Kekurangan Zat Ini)

Penelitian ini, menurut Troje, didasari pada pemahaman manusia tentang bagaimana suasana hati dapat mempengaruhi memori. Secara klinis, pasien depresi diketahui dapat mengingat peristiwa negatif lebih banyak daripada positif. "Saat itu terjadi, mereka akan menjadi lebih buruk," ujar dia.

Troje mengklaim penelitian ini berkontribusi dalam membuka misteri bagaimana otak mengubah rangsangan sensoriknya menjadi informasi. Selain itu, juga untuk menambah referensi pembelajaran manusia melalui e-learning antara sesama manusia.

AMRI MAHBUB

Berita Lainnya:
Hari Senin Rasa Sabtu Gara-gara Jokowi
Jokowi Batal Umumkan Kabinet Hari Ini
Pilih Menteri, Gerindra Kritik Jokowi Libatkan KPK


Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

7 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

47 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

47 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

47 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya