Studi: Burung Jantan Ganteng Tak Selalu Punya Gen Terbaik

Reporter

Jumat, 27 Maret 2015 22:00 WIB

Ribuan burung ini terbang berkelompok pada saat matahari hampir tenggelam, sebelum hinggap di pohon untuk tidur di utara padang pasir Negev, Israel, 2 Februari 2015. MENAHEM KAHANA/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, London - Sejumlah peneliti genetika dari University College London berkesimpulan burung jantan yang kawin dengan banyak burung betina ternyata belum tentu memiliki gen terbaik untuk anak-anak mereka. Peneliti menemukan perkawinan bebas yang dilakukan burung jantan menyebabkan adanya genetika negatif dalam genom spesies.

"Walau minor, kelemahan genetik ini dapat membatasi seberapa baik generasi burung ke depan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan," kata anggota tim peneliti Judith Mank dari University College London Genetics, Evolution, and Environment, dalam penelitian yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences pada 23 Maret 2015

Tim Mank telah meneliti kelompok burung berusia 90 juta tahun atau belum punah sampai saat ini, yang disebut Galloanserae. Termasuk dalam kelompok ini adalah bebek mallard, angsa, kalkun hutan, ayam hutan, merak India, dan burung lainnya.

Menurut Mank, seluruh burung berbagi genom yang sama tetapi cara gen diturunkan antara jantan dan betina bervariasi di seluruh kelompok, seperti halnya seleksi seksual mereka. Tim ini menganalisis materi genetik dari limpa dan organ reproduksi burung jantan dan betina. Peneliti juga mengambil informasi yang mendukung tes genetika tersebut.

Penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya kekuatan seleksi seksual membentuk pola yang luas evolusi genom. Seleksi seksual kerap dipahami sebagai upaya lebih baik dalam "mengamankan" pasangan mereka dari direbut pejantan lain.

Judith Mank mengatakan burung yang sembarangan kawin harus berjuang untuk mendapat pasangan lebih cepat dibanding burung yang monogami dan pasangan seumur hidup. "Jadi burung jantan mungkin menarik bagi betina dan berjuang keras untuk kawin dengan dia, tapi dia tidak menurunkan genetik yang positif. Akibatnya, keturunannya akan kurang sehat," kata dia.

Temuan lainnya, kata Mank, ada hubungan yang erat antara perputaran gen bias laki-laki dan bagaimana burung menggunakan ornamen fisik untuk menarik pasangan. Kini setidaknya ada bukti secara statistik bahwa betapa kuatnya seleksi seksual dapat menyebabkan perubahan besar dalam evolusi genetika burung.

SCIENCE DAILY | AHMAD NURHASIM

Berita terkait

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

13 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

13 hari lalu

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

16 hari lalu

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.

Baca Selengkapnya

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.

Baca Selengkapnya

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.

Baca Selengkapnya

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.

Baca Selengkapnya

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.

Baca Selengkapnya

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?

Baca Selengkapnya