TEMPO.CO, Cleveland - Tiga tahun setelah penemuan pertama katak penyamar dari Andes (Pistimantis mutabilis), baru terungkap bahwa katak ini ternyata mengubah tekstur tubuh mereka dalam lima menit. Tapi para ilmuwan belum tahu bagaimana katak itu bisa mengubah tekstur kulitnya dari berduri menjadi licin, lalu kembali berduri.
Juan M. Guayasamin, pakar biologi katak dari Universidad Tecnológica Indoamérica, Ekuador, yang memimpin penelitian ini, melakukan analisis morfologi dan genetik katak yang dapat bermimikri tersebut. “Katak ini merupakan spesies unik dan baru,” ujarnya, seperti diberitakan Science Daily.
Untuk mengidentifikasi katak unik tersebut, sejumlah peneliti bergabung guna memeriksanya dari berbagai aspek. Carl R. Hutter, dari University of Kansas, misalnya, mendokumentasikan suara katak itu. Dia menemukan tiga suara P. mutabilis yang berbeda dengan spesies lain.
Jamie Culebras, anggota Tropical Herping, yang mempelajari reptil dan amfibi, menemukan populasi spesies lain yang juga mampu melakukan penyamaran. Dari hasil penelusuran, katak punk rocker itu ternyata berkerabat dengan Prismates sobetes. Meski berukuran dua kali lebih besar, P. sobetes juga mampu mengubah warna dan tekstur tubuhnya sesuai dengan lingkungan sekitar.
Kemampuan berubah bentuk yang dimiliki kedua katak itu dilaporkan dalam Zoological Journal of the Linnean Society edisi 24 Maret lalu. Kedua katak yang sanggup berubah bentuk itu berasal dari kelompok berbeda. Hal itu mengindikasikan bahwa kemampuan tersebut berkembang secara independen atau muncul pada lebih banyak spesies daripada apa yang diketahui saat ini.
Katak penyamar dari Andes ditemukan oleh Katherine Krynak, mahasiswa doktoral di Case Western Reserve University, dan suaminya, Tim Krynak, yang menjadi manajer proyek di Divisi Sumber Daya Alam Cleveland Metroparks. Katherine percaya kemampuan mimikri tersebut mencerminkan kondisi lingkungan tempat binatang itu hidup. “Kemampuan penyamaran tingkat tinggi itu melindungi katak hujan kecil ini dari burung dan predator lain,” katanya.
Suami-istri ini menemukan P. mutabilis pada 2006, tapi hanya sempat memotretnya. Mereka baru menyadari katak itu mungkin merupakan spesies baru setelah mereka memperbesar foto katak tersebut. Pasangan Krynak menjuluki katak ini punk rocker karena duri yang tumbuh di tubuhnya. "Kami baru sadar ketika melihat tekstur menakjubkan di kulitnya, ‘Wow, ini sangat berbeda’,” kata Katherine.
Ketika ditemukan, P. mutabilis betina berukuran 20-23 milimeter itu sedang duduk di atas daun berlumut di Reserva Las Gralarias—cagar alam biodiversitas yang juga rumah sejumlah kupu-kupu dan burung langka. Ukuran katak jantan malah lebih kecil lagi. Katak ini termasuk kelompok katak hujan. Seluruh anggota kelompok ini langsung berkembang dari telur menjadi katak tanpa melalui fase kecebong.
Suami-istri Krynaks berencana kembali melanjutkan survei siklus hidup, perubahan tekstur, dan populasi katak punk rocker itu. “Semua demi upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengungkap evolusi spesies,” ujar Tim.
Dia tak memungkiri proses tersebut akan memakan waktu cukup lama. Tapi Tim percaya temuan mereka akan berdampak luas bagi ilmu pengetahuan.
SCIENCE DAILY | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya