Astronom: Materi Gelap Ternyata Jauh Lebih Gelap
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Senin, 30 Maret 2015 22:12 WIB
TEMPO.CO, Lausanne - Menggunakan data dari Teleskop Hubble Space NASA-ESA dan Chandra X-ray observatory, para astronom mempelajari bagaimana perilaku materi gelap dalam kelompok galaksi saat dua atau lebih galaksi bertabrakan. Hasilnya, seperti diterbitkan dalam jurnal Science edisi 27 Maret 2015, ternyata materi gelap berinteraksi dengan sesama materi gelap, bahkan sulit untuk menebak apa yang dilakukan materi gelap.
Hingga saat ini, materi gelap masih menjadi misteri alam semesta. Para astronom menduga materi gelap terhampar lebih banyak daripada materi yang terlihat.
Tapi, masih sulit untuk membuktikan anggapan tersebut. Sebab, materi gelap sama sekali tidak mengeluarkan, bahkan menyerap cahaya yang ada sehingga aktivitasnya sulit diamati. Materi gelap hanya bisa dilihat melalui efek gravitasi pada alam semesta.
Untuk menjawab misteri materi gelap tersebut, gabungan peneliti astrofisika mengamati kegiatan alam semesta tersebut. Tabrakan antar galaksi, misalnya, biasanya melibatkan materi gelap dalam jumlah besar. Materi gelap akan terlihat dari efek tabrakan galaksi.
<!--more-->
Galaksi terbuat dari tiga bahan utama, yaitu bintang, gas awan dan materi gelap. Selama tabrakan, gas awan menyebar di semua galaksi yang bertabrakan dan memperlambat atau menghentikan proses tabrakan. Meski melambat, bintang-bintang dalam tata surya suatu galaksi tidak terpengaruh, malah cenderung terus bergerak.
"Tabrakan juga dapat memperlihatkan perilaku materi gelap," ujar David Harvey dari École Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) di Swiss, memimpin penulis studi baru, seperti dikutip dari Science Daily.
Harvey dan timnya mempelajari 72 tabrakan kluster galaksi yang besar. Tabrakan antar galaksi terjadi pada waktu berbeda dan dilihat dari sudut berbeda pula, baik itu dari samping maupun dari depan.
Saat tabrakan galaksi terjadi, mereka menemukan sifat materi gelap persis seperti bintang, yaitu terus masuk ke dalam dua atau lebih galaksi yang bertabrakan tanpa adanya perlambatan.
Tim berteori: materi gelap tersebar merata ke seluruh bagian kluster galaksi, sehingga materi gelap menjadi dekat satu sama lain dan membuatnya lebih gelap.
Kenapa materi gelap tidak melambat?
<!--more-->
Harvey menduga karena bukan hanya karena materi gelap tidak berinteraksi dengan partikel yang terlihat. Melainkan, bahkan materi gelap tidak berinteraksi sama sekali.
Richard Massey, anggota penelitian dari Durham University, Inggris, mengatakan penelitian sebelumnya telah melihat perilaku serupa di Kluster Galaksi Bullet. "Tapi sulit untuk menafsirkan apa yang anda lihat hanya dari satu contoh," ujarnya.
Musababnya, kata dia, setiap tabrakan terjadi pada ratusan juta tahun, sehingga dalam seumur hidup manusia, kita hanya bisa melihat satu sudut bingkai kamera. Namun sekarang, kata Massey, timnya dapat mulai melihat proses tabrakan lebih lengkap dengan memahami banyak proses tabrakan galaksi.
Dengan menemukan fakta materi gelap hanya berinteraksi dengan materi gelap lainnya sehingga membuatnya makin gelap dari yang diperkirakan sebelumnya, tim mampu mempersempit sifat-sifat materi gelap. Meski begitu, teori astrofisika kini masih harus terus mencari sifat satuan yang lebih kecil lagi.
Selain berpotensi lebih gelap, tim menduga partikel materi gelap bisa saja terpental satu sama lain layaknya bola biliar. Terpentalnya materi gelap dapat menyebabkan materi gelap keluar dari kumparan materi gelap dan membentuk materi baru. "Kami ingin menguak tentang itu," ujar Massey. Karena itu, tim akan mencari tabrakan yang melibatkan galaksi individu, yang jauh lebih umum.
SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB