TERSINGKAP: Misteri Ikan Berdarah Panas Pertama di Dunia  

Reporter

Selasa, 26 Mei 2015 13:48 WIB

Ikan Opah, ikan pertama yang diketahui berdarah panas seperti mamalia. Mashable.com

TEMPO.CO, California - Penelitian baru program perikanan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengungkap misteri opah atau moonfish, ikan berdarah panas pertama, laiknya mamalia dan burung. Darah panas ini, menurut banyak peneliti, memberi keunggulan tersendiri saat berenang di laut yang dingin.

Ikan dengan warna keperakan ini dapat langsung diketahui melalui ukurannya yang hampir setara dengan ban mobil truk. Dia tinggal di kedalaman ratusan kaki di bawah laut, sedikit cahaya dan sangat dingin. Biasanya, ikan yang tinggal di kedalaman laut dengan kondisi tersebut cenderung lamban.

Untuk menghemat energi, ikan laut menyantap mangsanya dengan menyergap, bukan mengejar. Sebaliknya, opah dapat berenang dengan cepat menggunakan sirip dada berwarna merah.

"Gerakan konsisten ini berguna untuk memanaskan tubuhnya dan mempercepat metabolisme," tulis Nicholas Wegner, peneliti NOAA, dalam jurnal Science edisi 15 Mei 2015. Selain itu, opah memiliki keuntungan lain, yaitu menjadi predator di laut dalam dan dapat bermigrasi jarak jauh.

Wegner dan timnya menyadari opah bukan ikan biasa saat mengumpulkan jaringan insangnya. "Desain badannya tidak biasa," kata Owyn Snodgrass, anggota penelitian, seperti dikutip Science Daily. Di antaranya, pola pembuluh darah yang menghubungkan insang dapat membawa darah hangat sekaligus oksigen saat berada di dalam air.

Sistem pembuluh darah ini membantu opah memanaskan tubuh melalui pernapasan. Lokasi unik dari pertukaran panas dalam insang hampir terjadi di seluruh tubuh untuk menjaga suhu tubuh, yang dikenal dengan proses endotermi. "Ini bentuk dari adaptasi kompetisi di laut dalam."

Para peneliti mengumpulkan data suhu dari opah yang ditangkap selama survei di lepas pantai barat Amerika. Dari situ, mereka menemukan suhu tubuh opah secara teratur lebih hangat daripada suhu air di sekitarnya. Saat berenang di laut dengan kedalaman 45-350 meter, suhu tubuh opah sekitar lima derajat Celcius.

Beberapa jenis ikan lain, seperti tuna dan beberapa spesies hiu, juga dapat menstabilkan suhu tubuh mereka. Hanya, tingkat panas tubuh mereka berasal dari otot dan kinerja tubuh saat berenang. Selain itu, organ dalam, termasuk hati, akan mendingin lebih cepat saat berenang di laut dalam.

Pelacakan satelit menunjukkan opah menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kedalaman 45-350 meter, dengan sesekali berenang ke permukaan. Suhu tubuh yang tinggi membantu meningkatkan kerja otot dan fungsi otak mereka.

Sedangkan jaringan lemak mengelilingi insang, jantung, dan jaringan otot, tempat opah menghasilkan panas dari dalam tubuh. "Mengisolasi mereka dari air dingin," tutur Snodrgrass.

Evolusi opah ini menunjukkan perkembangan mekanisme panas internal di laut dalam menjadikan keunggulan tersendiri. "Alam memiliki cara yang mengejutkan dalam mengubah makhluk hidup," ujar Wegner.

Survei NOAA telah menangkap lebih banyak opah dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini memang sangat mendukung, terlebih ikan ini biasanya bukan target para nelayan. Tapi pemancing lokal kadang-kadang menangkap ikan ini.

SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB


Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

8 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

48 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

48 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

49 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya