TEMPO.CO, Jakarta - Kejahatan cyber saat ini tidak hanya mengancam perusahaan besar. Menurut Country Manager Trend Micro Indonesia Andreas Kagawa, kriminalitas cyber juga menyerang industri retail.
"Sekarang ini varian malware baru bertambah banyak karena saat ini seseorang dapat dengan mudah membuat malware," katanya dalam temu media di Jakarta, Rabu.
Andreas mengambil contoh perusahaan retail asal Amerika Serikat, Target, yang disusupi malware melalui pegawainya. "Sekarang semua perusahaan sudah punya sistem keamanan. Karena itu, saat ini malware dimasukkan dengan cara yang lebih modern lewat jejaring sosial pegawainya," ujarnya.
Menurut Andreas, malware kini dikirim dalam bentuk e-mail yang disesuaikan dengan interest pegawai yang dapat diketahui, misalnya melalui akun Facebook-nya. "Sebelumnya, hacker sudah memata-matai dulu, melihat pegawainya itu suka apa dari posting-an atau laman yang dia like, share, atau komen, misalnya," tutur Andreas. "Setelah itu, malware akan menyamar, masuk, dan bisa tidak terdeteksi lama sekali."
Malware yang masuk ke PC pegawai akan "tinggal" di RAM, lalu mengambil data konsumen melalui gesekan setiap kartu kredit, seperti yang terjadi pada toko retail Target yang tidak sadar 11 juta data konsumennya dicuri.
Andreas menilai perlu ada mekanisme yang dapat mendeteksi traffic, bukan hanya dari signature maupun pattern, tapi juga behavior. "Deep Discovery bisa mendeteksi gerak-gerik file yang mencurigakan. Solusi tersebut juga dapat mendeteksi alamat IP markas besar malware, bahkan mengetahui sejarah dari malware tersebut," tutur Andreas.
ANTARA
Berita terkait
McAfee Deteksi Modus Baru Hacker Tipu Gamer Lewat Cheat Lab
7 hari lalu
Perusahaan keamanan siber McAfee berhasil mengidentifikasi penipuan model baru oleh hacker yang menarget para gamer.
Baca Selengkapnya6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya
12 hari lalu
Ada beberapa cara mengetahui WhatsApp disadap. Salah satunya adalah adanya perangkat asing yang tersambung. Berikut ciri dan tips mencegahnya.
Baca SelengkapnyaPeretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan
34 hari lalu
Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Inflasi Pangan Sudah Lebih Tinggi dari Kenaikan Gaji ASN, Kata Faisal Basri Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis
57 hari lalu
Kepala Departemen Regional Bank Indonesia (BI) Arief Hartawan menyatakan perlunya menjaga inflasi pangan agar kenaikannya tidak melebihi 5 persen.
Baca SelengkapnyaSitus Kemenko Perekonomian Diduga Diretas
58 hari lalu
Situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atau Kemenko Perekonomian diduga mengalami peretasan pada Minggu, 3 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaTren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan
22 Februari 2024
Data IBM menunjukkan bahwa phising mendominasi kejahatan atau serangan siber di tingkat global, setara sampai 36 persen.
Baca SelengkapnyaPembaruan Fitur Keamanan Google Chrome, Mampu Deteksi Web Ilegal dan Sediakan Opsi Blokir
21 Februari 2024
Google meningkatkan fitur keamanan Chrome yang sudah dipakai mayoritas pengguna internet.
Baca SelengkapnyaDosen ITB Menilai Kesalahan Data Sirekap Tak Wajar, Ini Analisisnya
17 Februari 2024
KPU mengakui ada perbedaan hasil antara penghitungan suara sementara dari Formulir C dengan yang ditampilkan Sirekap dari ribuan TPS.
Baca SelengkapnyaData PT KAI Diduga Dibobol Hacker, Pengamat Ingatkan Keamanan Siber Tak Hanya Infrastruktur
19 Januari 2024
Pengamat menyebutkan dalam melihat kasus data PT KAI yang diduga dibobol hacker, tidak bisa hanya menyoroti satu sisi yakni infrastruktur.
Baca SelengkapnyaPengamat Siber Temukan Data Kredensial PT KAI yang Dibobol Hacker Stormous
18 Januari 2024
82 kredensial karyawan PT KAI yang bocor, hampir 22,5 ribu kredensial pelanggan, dan 50 kredensial dari karyawan perusahaan lain yang bermitra dengan PT KAI.
Baca Selengkapnya