Sebuah alat tangkap ikan ramah lingkungan diciptakan oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB).Komunika Online.
TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang menemukan alat pembunuh bakteri ikan tuna dengan sistem kejut listrik. Alat ini diciptakan oleh empat mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya bernama Dewi Wulandari, Nur Hamidatus Sa'adah, Berliana Restyanova dan Farouq Syahrondhi Mawalid.
Alat yang diberi nama Blue Machine Technology (BMT) ini mampu membunuh 97 persen bakteri ikan sehingga bisa awet dalam jangka waktu lama. Berdasar penelitian Dewi dan kawan-kawan ikan tuna dapat bertahan lama setelah dialiri kejut listrik dengan tegangan 2.500 volt. "BMT ini dipasang di kapal tangkap," ujar dia.
Sumber energi listrik juga mudah karena cukup dengan tegangan 250 volt yang dihasilkan mesin diesel kapal nelayan. Selanjutnya, tegangan ditingkatkan menjadi 2.500 volt. Lama kejut listrik setiap ikan tuna berbeda-beda tergantung besar kecilnya. Namun rata-rata cukup 4,2 detik saja.
Nelayan yang menggunakan BMT juga bisa mengurangi es untuk pengawetan. Jika sebelumnya dibutuhkan 90 balok es, bila memakai BMT tinggal 45 balok untuk sekali melaut. Sehingga, proses pengawetan ikan tuna lebih efisien dan ekonomis.
"Hasilnya ikan lebih segar, tak lembek dan berbau anyir. Mata ikan juga terlihat segar," ujarnya. Alat ini mampu mengawetkan 2.500 kilogram ikan dalam sekali melaut. BMT tengah masuk tahap uji coba, sasarannya nelayan Pantai Sendang Biru, Malang. Pembuatan BMT sendiri membutuhkan anggaran sebesar Rp 6 juta.
Dewi optimistis BMT dapat menjadi jawaban bagi nelayan Sendang Biru yang menggunakan kapal kecil tanpa tempat pendingin ikan. Sehingga dengan hasil tangkapan ikan tuna yang melimpah alat tersebut bisa menjaga kualitasnya agar tidak cepat membusuk.
Menurut Ketua kelompok nelayan Sendang Biru, Umar Hasan, produksi ikan tangkap di Kabupaten Malang masih tergali sekitar dua persen dari potensi yang ada. Artinya, dari perkiraan potensi sekitar 403 ribu ton ikan, kini baru terkelola 10.566 ton.
Minimnya teknologi mencari ikan yang digunakan para nelayan menjadi kendala belum tergalinya potensi produksi itu. Sebab, para nelayan di Malang sebagian besar mencari ikan menggunakan pancil dan jaring tradisional dengan kapasitas kapal yang tak lebih dari 7 GT (grosston).
Selain itu pengelolaan ikan saat di dalam kapal menuju ke pelabuhan dilakukan dengan cara tradisional. Tak ada kapal nelayan yang memiliki ruang pendingin khusus untuk mengawetkan ikan selama perjalanan dari laut menuju pelabuhan.
"Teknologi sangat minim, kapal kecil dan pabrik es tidak mencukupi untuk kebutuhan pengawetan ikan selama perjalanan melaut,” ujarnya.
Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi
5 Maret 2024
Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi
Pertemuan ini menegaskan komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan para guru besar dengan membumikan kepemimpinan akademik. Pimpinan Majelis Dewan Guru Besar PTNBH, Andi Pangerang Moenta mengatakan, dalam pertemuan tersebut disampaikan poin-poin penting untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat).