Gawat, Tren Hacker Kini Sandera Data demi Tebusan

Reporter

Kamis, 27 Agustus 2015 17:23 WIB

Ilustrasi hacker. Venturebeat.com

TEMPO.CO, Jakarta - Trend Micro, perusahaan perangkat lunak keamanan, merilis laporan analisis keamanan cyber kuartal kedua, April-Mei 2015. Laporan yang mencakup tren global dan Indonesia itu bertajuk A Rising Tide: New Hacks Threaten Public Technologies. "Ternyata kejahatan cyber mulai membidik sektor fasilitas umum, politik, dan perusahaan kecil-menengah," kata Andreas Kagawa, Country Manager Trend Micro Indonesia, Kamis, 27 Agustus 2015.

Menurut Kagawa, banyak celah di sektor tersebut yang bisa disusupi para peretas melalui program berbahaya alias malware. Ini karena kurangnya perhatian terhadap keamanan data. Keamanan, menurut dia, kerap dianggap sebelah mata. Padahal Kagawa menilai malware dapat menjadi ancaman serius. Sebab, kini tak hanya pencurian yang bisa dilakukan, tapi juga penyanderaan data. Sektor transportasi pun bisa bermasalah.

Berita Menarik
Ada Tuhan di Banyuwangi, Kini Heboh Ada Nabi di Mataram!
Datang ke Jakarta, Ini Alasan 'Tuhan' Tak Mau Mengubah Nama

Menurut laporan Trend Micro, para peretas kembali menggunakan metode peretasan lama dengan menyusup melalui penggunaan malware. Salah satu jenis malware itu adalah Angler. Biasanya, peretas menggunakan Angler melalui situs Internet. Caranya, mengalihkan jalur alamat situs tujuan ke alamat yang sudah dibuat peretas sebelumnya. Tujuannya, membenamkan malware secara diam-diam.

Setelah itu, menurut Kagawa, targetnya bergantung pada tujuan para peretas. Dia menjelaskan, ada peretas yang memang ingin mencuri data untuk dijual dan ada pula yang menyandera data untuk meminta uang tebusan. Tujuan yang disebut terakhir, ucap Kagawa, biasanya menggunakan malware bernama Cryptowall atau CryptoLocker. Malware jenis ini akan mengunci data para pengguna yang ada di hard drive.

Jangan Lewatkan

Kisah Pria Kontroversial: Tiba di Jakarta, Tuhan Kaget

Luna Maya Terkejut karena Kado Mesra dari Pria Ini


Sepanjang kuartal kedua 2015, Trend Micro mencatat, setidaknya ada dua kasus pencurian data pribadi terbesar yang pernah ada dengan menggunakan malware. Yakni kasus yang menimpa Internal Revenue Services, kantor pajak Amerika Serikat, yang terjadi pada Mei 2015 dan Office Personnel Management, semacam kantor catatan sipil Amerika, pada Juni 2015. Imbas dari penyusupan ini adalah tercurinya informasi pribadi 21 juta warga Amerika.

Menurut Kagawa, perangkat bergerak seperti telepon seluler pintar dan komputer jinjing juga tak kalah rentan. Peneliti dari Trend Micro berhasil mengungkap malware bernama SwiftKey Vulnerability, yang mampu membaca setiap huruf yang kita tulis.

Di Indonesia, jumlah malware yang tercatat Trend Micro sebanyak 700 ribu file. Jumlah tersebut setara 0,6 persen dari total malware baru yang ada di Asia-Pasifik selama kuartal kedua 2015. Sality masih mendominasi jumlah malware, disusul GAMARUE, Virux, dan Ramnit.

Warga Indonesia, tutur Kagawa, harus mulai peduli terhadap keamanan data mereka. "Negara sekelas Amerika saja bisa ditembus, apalagi hanya personal."

AMRI MAHBUB


Baca Juga
Pria Ini Cangkok Alat Intim Bionik, Begini Cara Kerjanya

Pengemis Naik Haji: Simpan Rp 5000/ Hari, Pernah Makan Bata

Lihat, Di Sini Orang Suka Ria Berenang Bersama Harimau!

Berita terkait

McAfee Deteksi Modus Baru Hacker Tipu Gamer Lewat Cheat Lab

7 hari lalu

McAfee Deteksi Modus Baru Hacker Tipu Gamer Lewat Cheat Lab

Perusahaan keamanan siber McAfee berhasil mengidentifikasi penipuan model baru oleh hacker yang menarget para gamer.

Baca Selengkapnya

6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

13 hari lalu

6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

Ada beberapa cara mengetahui WhatsApp disadap. Salah satunya adalah adanya perangkat asing yang tersambung. Berikut ciri dan tips mencegahnya.

Baca Selengkapnya

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

35 hari lalu

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Inflasi Pangan Sudah Lebih Tinggi dari Kenaikan Gaji ASN, Kata Faisal Basri Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis

58 hari lalu

Terpopuler: Inflasi Pangan Sudah Lebih Tinggi dari Kenaikan Gaji ASN, Kata Faisal Basri Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis

Kepala Departemen Regional Bank Indonesia (BI) Arief Hartawan menyatakan perlunya menjaga inflasi pangan agar kenaikannya tidak melebihi 5 persen.

Baca Selengkapnya

Situs Kemenko Perekonomian Diduga Diretas

58 hari lalu

Situs Kemenko Perekonomian Diduga Diretas

Situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atau Kemenko Perekonomian diduga mengalami peretasan pada Minggu, 3 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

22 Februari 2024

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

Data IBM menunjukkan bahwa phising mendominasi kejahatan atau serangan siber di tingkat global, setara sampai 36 persen.

Baca Selengkapnya

Pembaruan Fitur Keamanan Google Chrome, Mampu Deteksi Web Ilegal dan Sediakan Opsi Blokir

21 Februari 2024

Pembaruan Fitur Keamanan Google Chrome, Mampu Deteksi Web Ilegal dan Sediakan Opsi Blokir

Google meningkatkan fitur keamanan Chrome yang sudah dipakai mayoritas pengguna internet.

Baca Selengkapnya

Dosen ITB Menilai Kesalahan Data Sirekap Tak Wajar, Ini Analisisnya

17 Februari 2024

Dosen ITB Menilai Kesalahan Data Sirekap Tak Wajar, Ini Analisisnya

KPU mengakui ada perbedaan hasil antara penghitungan suara sementara dari Formulir C dengan yang ditampilkan Sirekap dari ribuan TPS.

Baca Selengkapnya

Data PT KAI Diduga Dibobol Hacker, Pengamat Ingatkan Keamanan Siber Tak Hanya Infrastruktur

19 Januari 2024

Data PT KAI Diduga Dibobol Hacker, Pengamat Ingatkan Keamanan Siber Tak Hanya Infrastruktur

Pengamat menyebutkan dalam melihat kasus data PT KAI yang diduga dibobol hacker, tidak bisa hanya menyoroti satu sisi yakni infrastruktur.

Baca Selengkapnya

Pengamat Siber Temukan Data Kredensial PT KAI yang Dibobol Hacker Stormous

18 Januari 2024

Pengamat Siber Temukan Data Kredensial PT KAI yang Dibobol Hacker Stormous

82 kredensial karyawan PT KAI yang bocor, hampir 22,5 ribu kredensial pelanggan, dan 50 kredensial dari karyawan perusahaan lain yang bermitra dengan PT KAI.

Baca Selengkapnya