Warna Papan Selancar Ini Ampuh Halau Hiu  

Reporter

Senin, 28 September 2015 15:05 WIB

Peselancar Mick Flanning terlihat dikejar seekor hiu di teluk Jeffrey's Afrika Selatan, 19 Juli 2015. Mick terjatuh dari papannya setelah diserang hiu dalam final kompetisi surfing dunia. WORLDSURFLEAGUE.COM/AP

TEMPO.CO, Cape Town - Mungkin lebih mudah memburu dan membunuh hiu ketimbang mencari cara mencegah serangan dan menjaga hiu tetap hidup. Tapi, setelah belasan serangan hiu terjadi di perairan sekitar Cape Town, Afrika Selatan, sejak 2004, pemerintah setempat memilih tidak melakukan program pemusnahan. Sebaliknya, mereka melibatkan ilmuwan untuk menemukan cara menghindari hiu tanpa membahayakan spesies yang dilindungi itu.

Sebuah simposium digelar pada 7-9 September lalu. Dalam pertemuan membahas Hiu dan Pari Afrika Selatan, para ilmuwan melaporkan perkembangan sejumlah riset tentang cara-cara penanggulangan yang ramah hiu. Beberapa teknologi dipresentasikan dalam konferensi itu, termasuk papan selancar penghalau dengan motif hitam dan putih seperti paus pembunuh atau Orca dan jaring hiu yang tidak mematikan.

Berbeda dengan pembantaian hiu di Australia Barat untuk mencegah serangan pada manusia, kebijakan pemerintah Cape Town telah menyelamatkan dan menjaga populasi binatang itu. Para ilmuwan mengutuk tindakan pembunuhan hiu karena membahayakan populasi hewan laut langka itu.

"Para saintis telah bekerja sama dengan pemerintah dalam cara yang sangat kolaboratif," kata Alison Kock, Kepala Peneliti Shark Spotters, sebuah program yang memonitor aktivitas hiu di Pantai Cape Town, seperti dipublikasikan dalam Nature edisi 11 September 2015.

Dalam uji coba di Australia, motif garis-garis ular laut beracun terbukti dapat menghalau hiu dan telah digunakan untuk memproduksi pakaian renang dan papan selancar penolak hiu. Tapi Phil Richardson, peneliti dari Human Wildlife Solutions, sebuah perusahaan konsultan di Cape Town, mengatakan bahwa ia telah menemukan metode pencegah hiu yang lebih baik, yakni pola hitam-putih perut paus pembunuh (Orcinus orca).

Richardson, bersama Mike Barron di University of Pretoria, mencoba pakaian selam motif perut Orca itu pada sepasang umpan yang ditarik satu kapal di dua daerah pusat hiu dan memfilmkan respons hiu. Mereka menemukan bahwa hiu lebih sering membatalkan serangan terhadap umpan dengan pola perut Orca daripada umpan hitam atau yang dicat dengan motif garis hitam putih seperti ular laut.

Umpan motif Orca tampaknya juga memberikan perlindungan pada apa pun yang diderek bersamanya. “Hiu yang tadinya hendak menyerang berubah pikiran ketika mereka melihat motif Orca itu dari dekat,” kata Richardson. Kini dia telah mengajukan paten di Afrika Selatan untuk stiker dengan motif Orca yang dapat ditempelkan pada pakaian selam atau di bawah papan selancar.

Peneliti juga mempresentasikan hasil yang sangat menjanjikan dari percobaan jala peringkus yang aman untuk hiu di pantai Fish Hoek. Di tempat ini terjadi dua dari empat serangan hiu yang mematikan di Cape Town pada dekade lalu.

Jala hiu tradisional—seperti yang digunakan di New South Wales dan Queensland di Australia serta lepas pantai Durban di Afrika Selatan—bekerja dengan cara menjerat atau melilit hiu yang mendekati jala dan menenggelamkannya. Tapi jala hiu itu juga menjerat spesies lain, seperti kura-kura, ikan pari, dan lumba-lumba. Kelemahan lain, jala tersebut memiliki celah, sehingga pantai tidak sepenuhnya aman.

Berbeda dengan jala itu, jaring sepanjang 350 meter di pantai Fish Hoek ini dipasang dan dilepas setiap hari. Jaring aman ini terentang hingga ke dasar laut sehingga memagari teluk dan mencegah hiu mengakses perairan tersebut. Jaring ini memiliki lubang lebih kecil yang mencegah makhluk laut lain tertangkap. Hiu, pari, ikan paus, dan lumba-lumba dapat mengunjungi teluk secara reguler, tapi tak ada yang terlilit di jaring atau berenang di dalamnya.

Menurut Direktur Shark Spotters, Sarah Waries, yang mengelola jaring aman ini, biaya jaring aman ini juga murah, sekitar US$ 230 per penyebaran atau pemasangan. Namun penggunaan jala itu terbatas pada area kecil dan hanya melindungi perenang, bukan peselancar. Para peselancar tetap berisiko karena mereka menghabiskan waktu lebih banyak di air dalam.

Para ilmuwan juga telah mencoba alat penghalang elektromagnetik selama enam bulan yang memakan biaya US$ 500 ribu. Secara teori, pagar elektromagnetik ini dapat menggantikan jaring hiu secara keseluruhan. Namun, hingga sejauh ini, uji coba tersebut belum menunjukkan data yang berguna.

NATURE | AHMAD NURHASIM

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

8 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

10 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

16 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

16 hari lalu

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

17 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

19 hari lalu

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.

Baca Selengkapnya

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

27 hari lalu

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.

Baca Selengkapnya

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

36 hari lalu

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

21 Februari 2024

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya