Perubahan Iklim Pudarkan Warna Terumbu Karang di 3 Samudra

Reporter

Jumat, 9 Oktober 2015 11:46 WIB

Salah satu jenis coral atau terumbu karang yang menjadi pemandangan bagi para penyelam di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 7 Agustus 2015. Wakatobi sangat kaya dengan beragam jenis coral, 750 dari 850 spesies koral di dunia, ada di Wakatobi. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Iklim dunia yang tengah mengalami perubahan ternyata tak hanya mengancam mereka yang hidup di daratan. Terumbu karang yang hidup di dasar laut pun ikut terkena dampak.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyatakan saat ini koloni terumbu karang di tiga samudra dunia tengah mengalami pemudaran warna masif. Fenomena yang terjadi tahun ini serupa dengan tahun 1997 dan 2010, yakni suhu bawah laut melonjak drastis karena El Nino tinggi.

"Temperatur dasar laut sudah demikian panas hingga karang-karang tak bisa lagi bertahan. Ini jauh berbeda dengan kondisi tahun-tahun El Nino normal," kata Richard Vevers, Direktur XL Catlin Seaview Survey, seperti dilansir dari Live Science, Kamis waktu setempat, 8 Oktober 2015. Koloni terumbu karang seluas 4.600 mil persegi di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia pun terkena dampaknya.

Pemudaran warna ini terjadi karena terumbu karang tak dapat lagi bertahan dengan panas, sehingga akhirnya melepaskan alga yang hidup bersimbiosis dengan mereka. Padahal alga merupakan unsur yang memberikan warna-warni pada tubuh koral. Setelah pelepasan, yang tertinggal hanyalah gugusan koral-koral mati tak berwarna.

Mark Eakin, koordinator dari NOAA, memperkirakan fenomena ini akan terus bertambah parah ke depan. Peningkatan suhu dasar laut bermula sejak tahun 2014, dan terus meningkat hingga 2015 ini. Menurut prediksi yang dikeluarkan NOAA, dengan kondisi El Nino seperti ini, tahun 2016 pun tak akan menjadi baik bagi terumbu karang.

"Terutama di daerah Samudra Hindia, tingkat stress thermal-nya akan jauh memburuk," ujarnya.

Saat ini, NOAA dan Caitlin Seaview Survey terus bekerja sama untuk menghitung dampak nyata dari fenomena tersebut. Dengan memanfaatkan teknologi foto panorama beresolusi tinggi, mereka terus mengamati dan memetakan kehidupan bawah laut. Pengamatan ini juga melihat sejauh mana organisme bawah laut bertahan menghadapi peningkatan suhu dan spesies mana yang memiliki daya tahan tinggi.

LIVE SCIENCE | CNN | URSULA FLORENE


Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

4 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

12 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

16 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

16 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

16 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

21 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya