Perubahan Iklim, Jumlah Laki-laki Kalah dengan Perempuan
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Selasa, 13 Oktober 2015 07:00 WIB
TEMPO.CO, Ako - Perubahan iklim dapat mempengaruhi rasio bayi laki-laki dan perempuan yang lahir di sejumlah negara. Janin laki-laki sangat rentan terhadap efek perubahan iklim.
Sejak 1970-an, fluktuasi suhu kerap terjadi di Jepang. Pada saat yang sama, terjadi peningkatan kematian janin laki-laki dibanding janin perempuan di negara itu. Selama periode ini, rasio jumlah bayi laki-laki menurun dibanding bayi perempuan.
Menurut Misao Fukuda dari M&K Health Institute di Ako, Jepang, pemanasan iklim atau iklim ekstrem dapat berpengaruh negatif pada janin laki-laki. Dalam studi tersebut, para peneliti membandingkan data suhu bulanan pada 1968-2012 dari Badan Meteorologi Jepang dengan data kematian janin dan bayi yang lahir sepanjang periode itu.
Simak juga:
Muhaimin Iskandar Minta Kader PKB Belajar dari Mario Teguh
Malaysia Ajari Indonesia Tanggulangi Kebakaran Hutan
Selama beberapa tahun terakhir, hampir 90 ribu bayi lahir dan 1.000 kematian janin terjadi di Jepang. Para peneliti menemukan fakta bahwa kematian janin terjadi secara spontan (keguguran) setelah 12 minggu masa kehamilan.
Penelitian tersebut juga mengamati dua peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini di Jepang, yaitu musim panas ekstrem pada 2010 dan musim dingin ekstrem pada 2011. Pada musim terpanas sejak 1898 itu, terjadi peningkatan kematian janin pada September 2010. Sembilan bulan kemudian, terjadi penurunan rasio bayi laki-laki dibanding perempuan. Fenomena serupa juga terjadi pada musim dingin 2011.
Selanjutnya...
<!--more-->
Temuan ini menunjukkan bahwa fluktuasi suhu di Jepang tampaknya terkait dengan penurunan rasio bayi laki-laki. "Itu terjadi lewat peningkatan kematian janin laki-laki ," tutur para peneliti dalam jurnal Fertility and Sterility.
Baca juga:
Sudirman Said Bantah Ada Perpanjangan Kontrak Freeport
Kasus Salim Kancil, Kepala Desa Akui Beri 'Sogokan' Polisi
Meski demikian, studi ini hanya menemukan asosiasi dan tidak dapat membuktikan bahwa perubahan iklim bertanggung jawab atas perubahan rasio jenis kelamin di Jepang. Ada juga faktor lain, misalnya polusi dan toksin di lingkungan yang mungkin mempengaruhi rasio itu.
Namun peneliti mencatat bahwa studi tersebut menemukan tautan antara temperatur pada bulan tertentu dan rasio jenis kelamin bayi sembilan bulan kemudian. Temuan ini menunjukkan bahwa fluktuasi suhu mungkin berperan dalam penurunan rasio jenis kelamin di negara itu.
Dua studi serupa di Finlandia dan Selandia Baru tidak menemukan hubungan antara negara bersuhu dingin dan rasio bayi yang lahir pada era 1800-an sampai 2000-an. Namun peneliti di Jepang mencatat bahwa kedua negara itu tidak mengalami temperatur yang sangat ekstrem seperti di Jepang.
"Kami ingin tahu apakah ada negara lain yang mengamati penurunan rasio jenis kelamin pada bayi selama cuaca ekstrem terjadi," kata juru bicara tim peneliti.
Selanjutnya...
<!--more-->
Alasan kenapa bayi laki-laki lebih rentan terhadap cuaca ekstrem belum diketahui. Hanya, Fukuda menambahkan, pernah ada laporan bahwa embrio laki-laki mudah terpengaruh hal-hal negatif, seperti stres, gempa bumi, dan bahan beracun.
Sejumlah penelitian menemukan bahwa penurunan jumlah kelahiran bayi laki-laki dipengaruhi oleh peningkatan garis lintang geografis, yang berarti suhu semakin dingin.
Studi lain menyatakan bahwa perubahan rasio itu disebabkan oleh gempa dan tsunami pada Maret 2011, yang menewaskan 18 ribu orang. Namun tim peneliti mengesampingkan dugaan itu karena tak ada pengurangan rasio jenis kelamin yang signifikan.
FERTILITY AND STERILITY | AMRI MAHBUB