TEMPO.CO, Bandung - Produk pelenyap noda di pakaian karya tim mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung menarik minat beberapa investor dalam dan luar negeri. Penanam modal berniat memberi dana untuk riset dan pengembangan produk bernama StainNo tersebut. Saat ini tempat pengolahan produk yang dibuat dari kulit pisang itu masih menempati sebuah rumah kos di Bandung.
Winda Devina, mahasiswa ITB yang juga anggota Tim Senyum Indonesia Mandiri, mengatakan para investor itu berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Inggris. "Kami belum bisa menanggapi karena penawaran dan kontraknya seperti apa kami belum tahu," ujarnya seusai timnya dinobatkan sebagai juara ketiga di final Youth Eco Preneur Competition di Bandung, 13 Mei 2015.
Tim yang beranggotakan enam orang mahasiswa Teknik Kimia tingkat empat ITB itu meracik formula pelenyap noda dari hasil fermentasi kulit pisang dan mikroba. Bau noda pun ikut dihilangkan dengan pewangi. Satu kilogram kulit pisang bisa diolah menjadi sekitar setengah liter cairan pelenyap noda.
Seorang awak tim, Christian Chandra, mengatakan jenis bercak yang bisa dilenyapkan antara lain noda saus sambal, kecap, air teh, kopi, es krim, dan kuah soto berkunyit. Noda-noda itu bisa hilang jika segera digosok dengan cairan pembersih yang mereka buat.
Cairan pelenyap noda itu dikemas dalam botol kecil berukuran delapan mililiter yang biasa dipakai untuk wadah parfum. Pada ujung botol berpenutup itu dipasangi bola kecil yang bisa berputar agar cairan pelenyap noda bisa keluar. "Kami masih mau riset untuk bisa menghilangkan noda darah dan tinta," ujar Christian.
Tim berkomitmen mengembangkan inovasi ramah lingkungan ini sekaligus menjadi pebisnis setelah lulus kuliah. Selain tengah mengurus hak paten dan izin kesehatan, mereka sedang membuat izin bentuk usaha CV. "Pembuatannya masih di rumah kos salah satu anggota tim," kata Christian.
ANWAR SISWADI
