TEMPO.CO , Jakarta: Desain yang memikat dan berbeda menjadi fitur utama bagi produsen asal Korea Selatan, LG, yang ditawarkan lewat ponsel pintar G4. Ponsel yang bakal mulai dipasarkan pada akhir bulan Mei ini, berlapis kulit sapi yang disamak dengan bahan alami dari tumbuhan.
Proses pembuatan kulit pelapis bagian belakang ponsel premium ini sangat lama, yakni 12 minggu. Bandingkan dengan pembuatan cover biasa, yang cuma perlu empat hari.
Khusus untuk produk premium ini, LG menggunakan pelindung kulit mewah. Padahal sebelumnya LG mengklaim ponsel bercangkang logam sebagai sebuah terobosan.
Lain lagi dengan Samsung, yang mengusung kemewahan lewat layar varian Galaxy S6 dan S6 Edge. Ponsel S6 Edge bahkan hadir dengan layar yang membentang hingga ke tepi.
Baik Samsung maupun LG tentu menyiapkan berbagai fitur lainnya untuk memenangi persaingan di pasar gadget.
Kedua raksasa teknologi yang berasal dari Korea Selatan itu memang berlomba di ceruk konsumen kelas atas dengan ponsel premium tadi, yang menjanjikan margin sekitar 20-40 persen.
Kedua ponsel andalan itu menjadi ajang pembuktian diri sebagai produsen smartphone terbaik. “Semakin banyak perusahaan yang kini memproduksi produk premium,” demikian ditulis situs web International Business Times.
Selain harga selangit—yang ditawarkan dengan harga di atas Rp 8 juta untuk versi termurah—smartphone premium menawarkan fitur tercanggih, dari kamera hingga durasi baterai yang maksimal.
Pemain baru yang ikut meramaikan kompetisi kelas atas tahun ini adalah ZTE. Perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu sebelumnya berkutat membuat ponsel kategori kelas menengah dan pemula.
Di ceruk premium ini, merek iPhone besutan Apple memang masih menjadi smartphone utama. “Apple saat ini masih mendominasi pasar premium,” ujar peneliti lembaga riset Gartner, Roberta Cozza.
Meski begitu, Apple kini tidak sendirian lagi menjadi penyedia gawai mewah. Cozza mengatakan, agar bisa bertahan, perusahaan yang didirikan Steve Jobs ini harus menghadirkan daya tarik tambahan, seperti aplikasi unik untuk memenangi kompetisi.
Cara ini, Cozza mengatakan, bisa efektif untuk mengantisipasi ponsel buatan Cina, yang ditawarkan dengan harga terjangkau, namun memiliki spesifikasi unggulan, seperti Xiaomi.
INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | SATWIKA GEMALA