Hampir Punah, Ini 5 Masalah Utama Konservasi Orangutan

Rabu, 15 November 2017 18:28 WIB

Aktivitas Orangutan (Pongo pygmaeus) di selter Tanjung Harapan Taman Nasional Tanjung Puting, Kalteng, 14 Januari 2015. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Samarinda - Ahli orangutan dari Universitas Mulawarman, Yaya Rayadin, mengungkapkan ada lima persoalan yang menjadi ancaman bagi primata berambut merah itu. Lima persoalan itu yang dihadapi primata bernama latin Pongo pygmaeus ini ialah, masalah kebijakan, kapasitas sumber daya manusia, kegiatan pembukaan kawasan habitat, adanya perburuan, dan kebakaran hutan.

"Strategi Rencana Aksi Konservasi (SRAK) orangutan Indonesia periode 2007-2017 sudah berakhir. Banyak catatan dan perkembangan yang terjadi selama satu dekade," kata Yaya, dalam konferensi pers SRAK Orangutan Indonesia Regional Kalimantan Timur 2017-2027 di Hotel Grand Victoria Samarinda, Selasa, 14 November 2017.

Baca: Lebih Banyak Jantan, Orangutan Kalimatan Hampir Punah

Dampak yang tidak terduga karena masifnya ancaman adalah terganggunya struktur populasi. Menurut Yaya, orangutan sekarang banyak ditemukan berkelamin jantan dan usia dewasa. "Kondisi tersebut lantaran mayoritas mereka (jantan dan dewasa) yang mampu bertahan hidup," kata dia. Adapun yang induk betina,bayi serta anak-anak, banyak yang tidak bisa bertahan lantaran desakan dari lima isu tersebut.

Perubahan anatomi juga terlihat di wilayah temuan orangutan. Orangutan yang ditemui di wilayah hutan alam atau kawasan bernilai konservasi tinggi masih memiliki berat normal sekitar 40-60 kilogram untuk induk dewasa. Sementara untuk yang ditemukan di wilayah terdegradasi, beratnya bisa mencapai 25 kilogram induk dewasa. "Kurus sekali," ujar dia. Pada kondisi ini diduga dapat menyebabkan penurunan populasi.

Advertising
Advertising

Baca: 12 Orangutan Dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya

Berikut lima masalah tersebut:

1. Kebijakan
Menurut Yaya, masih ada tantangan pertanggungjawaban atas konflik orangutan dan manusia. Ia mencontohkan ketika ada kasus konflik orangutan-manusia, persepsi pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun kotamadya/kabupaten, tanggung jawab penyelesaiannya ada di Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem atau Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Padahal, menurut Yaya, konflik terjadi salah satunya lantaran keluarnya izin konversi kawasan hutan yang statusnya APL (Areal Penggunaan Lain) untuk konsesi perkebunan sawit, perkebunan, pertambangan maupun pengelolaan hutan.

2. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Konflik orangutan dan manusia bisa tertangani dengan baik, menurut dia, bila tahu cara penanganannya. Kini, mayoritas perusahaan pemegang konsesi (sawit, tambang, hutan) sudah memiliki satuan tugas (satgas) orangutan. Keberadaan satgas pengelolaan dan pemantauan jenis-jenis satwa yang dilindungi, khusunya orangutan di unit manajemen menjadi satu prasyarat dalam sertifikasi produk mereka baik untuk sawit berkelanjutan (ISPO/RSPO), maupun pengelolaan hutan lestari (FSC/PHPL). Sehingga, kata Yaya, laju konflik di kawasan perusahaan di kaltim sudah menurun. Namun, konflik justru masih ditemukan di perkebunan masyarakat.

"Untuk konflik di tingkat masyarakat ini memang harus dicari solusinya," kata Yaya. Alternatif termudah adalah memberdayakan satgas perusahaan yang lokasinya berdekatan dengan kebun masyarakat dan sosialisasi yang intensif. Sejumlah satgas-satgas terlatih yang berada didalam perusahaan, terbukti mampu membantu mengendalikan konflik orangutan yang masuk di wilayah masyarakat. Namun, di masa depan, memang diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat dalam meredam konflik dengan orangutan.

3. Pembukaan Kawasan Hutan
Banyaknya pembukaan kawasan habitat orangutan membuat primata besar ini ditemukan di tempat-tempat yang dulu takpernah terpikirkan. Ia mencontohkan kawasan Delta Mahakam yang notabene didominasi mangrove dengan satwa kunci Bekantan, pernah ditemukan orangutan. Begitupun jalan-jalan di sepanjang Berau menuju Kecamatan Kelay, Kutai Timur, kanan-kirinya sudah terlihat sarang orangutan. Pemandangan serupa juga ditemukan di kawasan Sebulu yang jalanannya sudah bisa terlihat sarang orangutan.

4. Perburuan
Menurut Yaya, perburuan di sini bukan bermaksud memburu orangutan, melainkan alat jerat berburu babi atau rusa yang juga menyebabkan orangutan terperangkap, kemudian cedera.

5. Kebakaran Hutan
Kebakaran jelas menggangu kawasan hewan penjelajah ini, karena semakin sedikit area tempat pergerakan orangutan. Akibat dari lima ancaman tersebut, populasi orangutan kini tersebar di mana mana baik didalam maupun diluar habitat. "Mereka menyebar ke tempat-tempat yang menyediakan tanaman pakan bagi orangutan, termasuk kawasan perkebunan buah milik masayarakat," kata Yaya.

Baca: Kenalkan, Pongo tapanuliensis: Spesies Baru Orangutan

Simak artikel menarik lainnya tentang orangutan hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

PON Papua: Kalahkan Jatim, Tim Voli Putra DKI Jakarta Lolos ke Babak 4 Besar

4 Oktober 2021

PON Papua: Kalahkan Jatim, Tim Voli Putra DKI Jakarta Lolos ke Babak 4 Besar

Tim bola voli putra DKI Jakarta lolos dari fase Grup B PON Papua usai mengalahkan juara bertahan Jawa Timur dengan skor 3-2.

Baca Selengkapnya

Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

19 Agustus 2020

Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

Orangutan dimanapun berada dicemaskan terdampak pandemi Covid-19 pada manusia.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

14 Juli 2020

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

Darth Vader Isopod ini ditemukan dalam survei pengambilan sampel laut dalam Ekspedisi Biodiversitas Laut Dalam Selatan Jawa.

Baca Selengkapnya

Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

14 Juli 2020

Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

Bayi orangutan berjenis kelamin jantan, usianya diperkirakan sekitar dua bulan. Kondisinya sehat.

Baca Selengkapnya

BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

7 Juli 2020

BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

Orangutan ini diselamatkan BBKSDA pada 18 Juni 2020 di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Baca Selengkapnya

Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

1 Juli 2020

Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

Pancaran merupakan bayi orangutan pertama yang lahir di Suaka Margasatwa Lamandau pada tahun 2020.

Baca Selengkapnya

Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

30 Mei 2020

Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

Orangutan itu diadukan setelah memanfaatkan kebun sebagai lokasi mencari sumber makanan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

30 Mei 2020

Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

Anies Baswedan mengajak warga tonton orangutan secara live di Instagram Ragunan

Baca Selengkapnya

COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

11 April 2020

COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

Darurat kesehatan global COVID-19 juga mengancam kehidupan kerabat terdekat manusia yaitu kera besar.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

17 Maret 2020

Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

Hingga saat ini belum ada kasus penularan virus corona COVID-19 dari manusia ke kera.

Baca Selengkapnya