Hasil Riset Ini Ungkap Misteri Kekuatan Sutra Laba-laba

Reporter

Tempo.co

Editor

Amri Mahbub

Senin, 18 Desember 2017 16:18 WIB

Jutaan laba-laba jatuh dari langit bersamaan dengan petak benang sutra mereka, sehingga mengakibatkan kota Goulburn, Australia dipenuhi dengan benang-benang jaring laba-laba yang terlihat di berbagai tempat. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Arizona - Hasil riset dari para peneliti Arizona State University, Amerika Serikat, berhasil membongkar rahasia kekuatan sutra laba-laba. Serat yang dipintal laba-laba memang tipis dan halus, namun sutra laba-laba sangat kuat, sedikitnya lima kali lebih kuat dibanding kawat piano.

Tim peneliti itu menemukan cara memperoleh berbagai sifat elastis serat sutra jaring laba-laba utuh menggunakan teknik hamburan cahaya laser yang canggih tanpa harus memotongnya. Mereka mempelajari empat jenis jaring laba-laba, dari laba-laba jenis Nephila clavipes, A. aurantia, L. hesperus janda hitam barat, dan P. viridans.

"Serat laba-laba memiliki kombinasi kekuatan mekanis dan elastis unik yang membuatnya sebagai salah satu material terkuat," kata Jeffery Yarger, peneliti di Department of Chemistry and Biochemistry di Arizona State University yang terlibat dalam penelitian, seperti dikutip dari laman Science Daily. "Riset ini memberikan pemahaman terlengkap soal hal yang membuat serat memiliki sifat mekanis tersebut."

Baca: Ganja Bikin IQ Remaja Jongkok? Simak Hasil Riset Ini

Jaring laba-laba adalah polimer biologis yang luar biasa, menyerupai kolagen, materi pada kulit dan tulang, tapi strukturnya jauh lebih rumit. Tim mempelajari struktur molekuler serat itu guna menghasilkan berbagai material, dari rompi antipeluru hingga tendon artifisial.

Advertising
Advertising

Luasnya susunan sifat elastis dan mekanis sutra laba-laba yang diperoleh Yarger dan tim sangat memudahkan upaya pemodelan guna memahami interaksi sifat mekanis dan struktur molekul sutra penghasil jaring laba-laba. Hasil penelitian ini dipublikasi dalam jurnal Nature.

"Informasi ini akan menjadi cetak biru rekayasa struktural material yang terinspirasi dari alam, seperti teknik bahan dari serat sintetis yang tepat untuk membuat material yang lebih kuat, elastis, dan mulur," kata Yarger.

Yarger dan timnya menggunakan teknik hamburan cahaya Brillouin dengan laser berdaya sangat rendah, kurang dari 3,5 miliwatt, bahkan lebih rendah daripada laser pointer. Dengan merekam apa yang terjadi ketika laser menembus jaring laba-laba, ilmuwan dapat membuat peta spasial tingkat elastisitas setiap jaring tanpa merusaknya. Teknik ini menunjukkan variasi antara tiap serat, persimpangan, dan titik perekatan.

Baca: Kecoak Doyan Mandi Kucing, Tak Percaya? Simak Hasil Riset Ini

Simak hasil riset menarik lainnya tentang sutra laba-laba hanya di kanal Tekno Tempo.co.

NATURE | SCIENCE DAILY

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

42 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

42 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

42 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.

Baca Selengkapnya