Peneliti UI Temukan Metode Deteksi Dini Kanker Paru

Jumat, 12 Januari 2018 10:08 WIB

Peneliti Biomedik Universitas Indonesia Achmad Hudoyo menemukan metode deteksi dini kanker paru-paru dengan hembusam napas 10 Januari 2018. TEMPO/Irsyan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Achmad Hudoyo, menciptakan sebuah inovasi deteksi dini kanker paru menggunakan balon karet. Ia mendapatkan inspirasi dari penelitian tentang kemampuan anjing dalam melacak keberadaan kanker paru di dalam tubuh seseorang.

Menurut Achmad, anjing pelacak yang sudah terlatih dapat membedakan napas pasien yang menderita kanker paru dan yang tidak dengan keakuratan mencapai 93 persen. "Ini mengindikasikan bahwa ada suatu zat tertentu yang hanya terdapat pada napas para penderita kanker paru," ujarnya dalam presentasi disertasinya, Rabu, 10 Januari 2018, di Auditorium IMERI FKUI, Salemba.

Achmad mengembangkan sebuah deteksi dini dengan cara "memerangkap" napas dan embusan pasien terduga kanker paru ke dalam sebuah balon karet. Balon ini kemudian didinginkan dalam lemari es atau direndam dalam air es agar napas dan embusan di dalam balon karet mengalami pendinginan.

Baca: Imunoterapi, Alternatif Pengobatan Kanker Paru-paru

Tahap berikutnya, napas dan embusan disemprotkan ke media kertas saring khusus untuk menyimpan DNA. Media inilah yang akan dikirim ke laboratorium biomolekular untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan vonis kanker paru.

Advertising
Advertising

Metode ini, tutur Achmad, memiliki keunggulan karena menggunakan alat yang sederhana dan murah, yaitu balon karet, yang dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. "Tingkat keakuratan metode ini juga di atas 70 persen," tuturnya.

Baca: Kanker Paru? Ini Mitos dan Faktanya

Menurut laporan Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, pada 2015, dari 668 kasus keganasan rongga torak yang tercatat, 75 persen di antaranya kasus kanker paru. Selain itu, angka kelangsungan hidup kanker paru rendah.

Tercatat, hanya 15 persen penderita pasien kanker paru yang bisa bertahan hidup sampai lima tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibanding angka tahan hidup kanker kolon (kanker usus besar) sebesar 61 persen, kanker payudara (86 persen), dan kanker prostat (96 persen).

Achmad berharap metode yang ia temukan ini dapat meningkatkan harapan hidup para penderita kanker paru dengan cara mendeteksi dini kanker paru sedini mungkin. "Saya juga ingin membantu para penderita pasien paru di daerah-daerah yang belum terjangkau pelayanan kesehatan," tuturnya.

Baca: Ini Syarat Terhindar dari Kanker Paru

Simak artikel menarik lain tentang kanker paru hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

3 jam lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya

5 Kampus Negeri yang Mengalami Kenaikan Biaya Kuliah di 2024

5 jam lalu

5 Kampus Negeri yang Mengalami Kenaikan Biaya Kuliah di 2024

Kenaikan biaya kuliah itu menuai protes dari kalangan mahasiswa, seperti UGM, Unsoed, dan ITB.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

4 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

5 hari lalu

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

Rocky Gerung dinyatakan tidak bersalah dalam gugatan penghinaan presiden yang diajukan David Tobing. Bagaimana kilas baliknya?

Baca Selengkapnya

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

5 hari lalu

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

Mahasiswa FTUI kembali memenangkan kompetisi proyek konstruksi inovatif yang diadakan CIOB. Tim UI mencetuskan shelter ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Pusat UTBK UI Siapkan 57 Ruang dan 2.111 Komputer untuk 52.148 Peserta Ujian

7 hari lalu

Pusat UTBK UI Siapkan 57 Ruang dan 2.111 Komputer untuk 52.148 Peserta Ujian

Terdapat 52.148 peserta UTBK 2024 yang akan melaksanakan ujian di Pusat UTBK UI.

Baca Selengkapnya

UI Cetak Sejarah dalam Kompetisi Pemrograman ICPC 2023, Peringkat Setara Stanford dan KAIST

7 hari lalu

UI Cetak Sejarah dalam Kompetisi Pemrograman ICPC 2023, Peringkat Setara Stanford dan KAIST

Peringkat UI menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara bersama Nanyang Technological University (NTU).

Baca Selengkapnya

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

7 hari lalu

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

UI berupaya memberikan penguatan dalam perjalanan para siswa SMA/SMK/sederajat untuk menyongsong masa depan.

Baca Selengkapnya

Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

7 hari lalu

Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

Universitas Indonesia (UI) menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SNBT 2024

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

14 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya