Stephen Hawking: Perubahan Iklim Nyata, Lihat Venus

Jumat, 19 Januari 2018 09:02 WIB

Stephen Hawking. (theverge.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Serial terbaru Stephen Hawking, Favorite Places, menggambarkan astrofisikawan terkenal itu sedang melakukan penjelajahan ke antariksa. Hawking digambarkan—dalam bentuk CGI tentunya—sedang mengemudikan sebuah pesawat antariksa.

Setelah berada di orbit bumi, dia melewati tempat liburan masa kecilnya di Dorset, Inggris. Saat kecil, dia berpikir, kenapa bisa manusia ditempatkan di alam semesta yang begitu luas ini. "Inilah misteri dasar yang mendorong saya mencari segala teori," ujar Hawking, seperti dilansir laman Live Science.

Baca: 8 Hal Mengejutkan dari Buku Stephen Hawking

Episode kali ini membawa Hawking ke tempat favoritnya. Pertama, di Dorset, tempat dia mencari fosil pertamanya. Lalu Venus, dengan suasana yang begitu panas, di bawah tekanan di dekat permukaan cairan superkritis.

Menurut Hawking, Venus adalah contoh pemanasan rumah kaca. Hal ini, kata dia, bisa terjadi di bumi jika karbon dioksida dan efek gas rumah kaca lain yang ada di atmosfer terjadi dengan tingkat ekstrem.

Advertising
Advertising

Menurut NASA, sekitar empat miliar tahun lalu, Venus mungkin telah menjadi tempat yang jauh lebih ramah. Para astronom percaya Venus pernah memiliki air, tapi setelahnya mengalami periode pemanasan yang membakar lautan dan mendorong suhu hingga 864 Fahrenheit (462 derajat Celsius). "Anda harus tahu kalau perubahan iklim itu nyata, lihatlah Venus," ucapnya.

Baca: Stephen Hawking Sebut Kiamat Terjadi pada...

Perjalanan fantastis Hawking selanjutnya membawanya ke permukaan matahari. Dia digambarkan bisa mendengar detak jantung matahari atau suara fusi nuklir bintang utama tata surya kita itu.

Dia kemudian mengunjungi ruang angkasa untuk menyaksikan lahirnya sebuah bintang. Berdasarkan citra teleskop Hubble dari 1990, bahan baku untuk menciptakan lahirnya sebuah bintang berasal dari sisa-sisa bintang raksasa purba.

"Agar matahari dan planet dilahirkan seperti kita, seluruh generasi bintang raksasa harus hidup dan mati sebelum mereka," tuturnya. "Dan ini merupakan hal yang luar biasa, karena diperlukan sekitar tujuh miliar tahun agar hal itu bisa terjadi." Matahari, menurut Hawking, sudah berusia lebih dari 4,5 miliar tahun dan alam semesta 13,7 tahun. Jadi, ujar Hawking, kita lahir tepat pada waktunya.

Baca: Stephen Hawking: Surga Itu Tak Ada

Simak artikel menarik lain tentang Stephen Hawking di kanal Tekno Tempo.co.

LIVE SCIENCE | CURIOSITY STREAM

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

3 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

5 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

6 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

14 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

18 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

18 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

18 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

23 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya