Misteri Antariksa: Air di Bumi dan Bulan dari Satu Sumber?

Reporter

Tempo.co

Editor

Amri Mahbub

Senin, 22 Januari 2018 07:05 WIB

Puncak gerhana bulan sebagian sekitar pukul 02:20 Wita yang terpantau dari Kota Gianyar, Bali, 8 Agustus 2017. Gerhana bulan yang berlangsung sekitar 1 jam 55 menit tersebut dapat dilihat dari seluruh kepulauan di Indonesia. ANTARA/Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, Rhode Island - Misteri antariksa seakan tak ada habisnya, termasuk soal keberadaan air di bumi dan bulan. Pertanyaannya, dari mana sumber air planet biru dan satelit alaminya? Pertanyaan yang memusingkan, memang. Beruntungnya, tim ilmuwan dari Brown University sudah berhasil membongkar misteri tersebut. Dan ternyata, air di bumi dan bulan berasal dari sumber yang sama.

"Air yang datang ke bulan dan bumi berasal dari meteorit primitif yang sekarang terletak di bagian luar sabuk asteroid," kata Alberto Saal, ahli geokimia yang memimpin penelitian.

Temuan ini mengindikasikan air mungkin telah ada di bumi sebelum tumbukan raksasa menimpa planet ini dan menciptakan bulan. Tabrakan protoplanet raksasa seukuran Mars terhadap bumi ini terjadi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Panas yang dihasilkan memanggang semua bahan air dari bulan. Banyak ahli menyebut permukaan planet ini kering kerontang.

Baca: Misteri Antariksa: Ada Planet Berair Kembaran Jupiter

Namun, delapan tahun lalu bukti pertama adanya hidrogen ditemukan dalam sampel bulan dari misi Apollo. Hidrogen adalah bahan utama air, bersama dengan oksigen. Untuk menemukan asal usul air ini para ilmuwan menganalisis kristal dan manik-manik kaca dari batu bulan yang dibawa Apollo 15 dan 17. Kristal dan manik-manik ini memiliki potongan-potongan kecil dari kaca yang berfungsi sebagai catatan sejarah geologi bulan.

Advertising
Advertising

Para peneliti berfokus pada isotop hidrogen yang ditemukan dalam magma lunar. Semua isotop unsur memiliki jumlah proton yang sama, tapi masing-masing memiliki jumlah neutron yang berbeda. Misalnya, hidrogen biasanya tidak memiliki neutron, sedangkan isotop hidrogen yang dikenal sebagai deuterium memiliki satu neutron.

Secara umum, benda yang terbentuk lebih dekat dengan matahari memiliki deuterium kurang dari bobotnya. Rasio deuterium hidrogen terlihat pada meteorit chondrite karbon yang mirip dan terlihat di dalam air di bumi. Ini menunjukkan bahwa 98 persen air bumi mungkin berasal dari bebatuan ruang angkasa bukan komet.

Baca: Misteri Antariksa: Benarkah Manusia Berasal dari Galaksi Lain?

Sekarang, peneliti menemukan rasio deuterium untuk hidrogen dalam batuan bulan yang sama dengan yang terlihat di bumi juga. Secara keseluruhan temuan ini menunjukkan bahwa air di bulan dan bumi asal mulanya sama dalam chondrite karbon. Ini adalah meteorit yang ditemukan di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, yang dianggap salah satu obyek tertua di tata surya.

Menurut Saal, masih ada pertanyaan lanjutan. Jika air di bumi dan bulan memang ada sebelum tumbukan raksasa, mengapa panas yang diakibatkan tidak membuat semua air mengering. Salah satu kemungkinan adalah penguapan itu menjebak gas di dalamnya, seperti soda. Faktor ini, bersamaan dengan gravitasi bumi, mungkin telah membantu planet tetap kaya hidrogen dan air.

Masalahnya, bulan memiliki massa jauh lebih rendah, begitu juga gravitasinya. Ilmuwan lain berpendapat bahwa air bumi mungkin berasal dari komet. Di Institut Max Planck untuk Solar System Research, Paul Hartogh dan rekan-rekannya telah menemukan rasio deuterium hidrogen yang terlihat pada komet sangat cocok dengan yang ditemukan dalam air bumi. Jika komet membawa air ke bumi, mereka mungkin juga melakukannya di kemudian waktu.

Baca: Misteri Antariksa: Apa yang Terjadi Jika Bulan Terbuat Dari Emas?

Simak artikel menarik lainnya tentang misteri antariksa hanya di kanal Tekno Tempo.co.

SPACE.COM | BROWN UNIVERSITY

Berita terkait

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

12 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

26 hari lalu

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

Walaupun Indonesia tidak alami gerhana matahari total yang terjadi hari ini, tetapi ini merupakan fenomena menarik di dunia.

Baca Selengkapnya

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

27 hari lalu

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

Gerhana matahari total 8 April akan membuat ledakan-ledakan di matahari terlihat.

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

30 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

36 hari lalu

Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

Ahli Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan informasi yang menybut Bumi akan mengalami kegelapan pada 8 April 2024 tidak benar.

Baca Selengkapnya

Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

44 hari lalu

Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

Umat Islam yang tinggal di negara-negara belahan bumi bagian utara harus berpuasa relatif lebih lama daripada bumi bagian selatan.

Baca Selengkapnya

Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

46 hari lalu

Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.

Baca Selengkapnya

SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

47 hari lalu

SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

Bukan hanya perjalanan ke ruang angkasa yang spesial, makanan yang disajikan pun istimewa hasil kolaborasi dengan chef restoran Bintang Michelin.

Baca Selengkapnya

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

48 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

54 hari lalu

Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Baca Selengkapnya