Ini Kiat Aman dari Sambaran Petir Menurut Pakar ITB
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Yudono Yanuar
Kamis, 19 April 2018 11:35 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Saat ini, wilayah Jakarta dan sekitarnya sedang diguyur hujan disertai petir. Sambaran petir juga kerap muncul di wilayah antara lereng pegunungan hingga laut. Di tempat terbuka, seperti lokasi wisata, lapangan golf, pertambangan, pertanian, sambaran petir bisa menyasar ke orang.
“Petir paling kecil berarus listrik 2,5 kilo ampere, cukup untuk menyengat orang dan menimbulkan kematian. Petir yang lebih besar bisa menyebabkan kematian massal,” kata peneliti petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat.
Baca juga: Bogor Kota Berpetir Terbanyak di Indonesia, Apa Sebabnya?
Menurut pengajar di Kelompok Keahlian Teknik Kelistrikan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu, sambaran petir bisa membuat orang terbakar. “Paling bahaya bukan hangusnya tapi jantung berhenti mendadak sehingga meninggal,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 16 April 2018.
Penangkal petir, menurutdia, tidak selalu ampuh melindungi. Sebab sebagian besar arus petir menyambar bagian yang menonjol dan ada pula yang menyambar bagian tidak menonjol, yakni petir-petir yang kecil. “Makin kecil petirnya makin lincah, ini yang bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Petir biasanya mendahului hujan sekitar 10-15 menit berpola acak. Biasanya, petir akan menyambar benda tertinggi di bumi, seperti pepohonan, tiang listrik atau lampu jalan, dan gedung di suatu lokasi. Di tempat terbuka, orang bisa dianggap petir menjadi benda tertinggi. “Kalau berada sendirian di padang luas dan ada petir, disarankan untuk berposisi jongkok,” ucapnya.
Jika ingin berlindung ke bangunan, seperti dangau di sawah atau semacam halte di tempat rekreasi, area pertambangan, atau lapangan golf, pastikan dulu keamanan tempatnya. Menurut Syarif, posisi bangunan seperti itu harus berjarak minimal sekitar 2-3 meter dari benda tertinggi di dekatnya, seperti pohon, tiang, atau penangkal petir. “Kalau bangunannya menempel, orang yang berlindung bisa kena imbas sambaran petir,” tuturnya.
Di Indonesia, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jumlah petir di Bogor dan Depok tertinggi se-Indonesia. Pada 2016 misalnya, di kedua daerah itu terjadi sekitar 700 ribu sambaran petir per tahun.
Menurut Syarif, kepadatan petir di Bogor maksimal 24 kali per kilometer persegi per tahun. Selain Bogor dan Depok, daerah lain seperti Jawa Barat ke timur, antara lain Jatiwangi dan Majalengka, juga rawan sambaran petir.
Selain disebabkan aktivitas di awan cumulonimbus, kondisi kedua yang menyebabkan awan petir di daerah tropis, kata Syarif, yaitu gejala selat. Misalnya daerah Riau, Batam, Semenanjung Malaysia, Balikpapan, Bukit Suharto, Sulawesi Selatan, serta Sulawesi Barat.