Twitter Akui Jual Data ke Peneliti Cambridge

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Selasa, 1 Mei 2018 12:56 WIB

Aleksandr Kogan bersikeras tidak melanggar kebijakan Twitter di depan parlemen. Kredit: Daily Mail

TEMPO.CO, London - Twitter menjual data ke peneliti Cambridge University yang memanen jutaan informasi pribadi pengguna Facebook tanpa persetujuan mereka, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 30 April 2018.

Baca: Selain Curi Data Facebook, Kogan Juga Jual Data Twitter

Situs media sosial itu mengkonfirmasi minggu ini bahwa mereka menjual data publik kepada Dr Aleksandr Kogan, yang menciptakan alat yang memungkinkan perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica untuk memprofil dan menargetkan pemilih secara psikologis menggunakan data pengguna Facebook.

Perusahaan Dr Kogan, GSR, mengumpulkan sampel acak dari tweet publik setelah membayar untuk satu hari akses pada tahun 2015, kata Twitter. Hal itu terjadi beberapa tahun sebelum skandal yang muncul baru-baru ini.

Akademisi ini bersikeras bahwa dirinya tidak melanggar kebijakan Twitter dan informasi itu hanya digunakan untuk membangun 'laporan merek' dan 'alat pemantau survei'.

Advertising
Advertising

Namun, ada kekhawatiran bahwa GSR secara teoritis dapat menghubungkan data Facebook dan Twitter untuk membangun profil digital pengguna yang lebih lengkap.

Pengakuan terbaru ini berasal dari laporan oleh Sunday Telegraph yang mencatat bahwa penjualan data mencapai 13 persen dari total pendapatan Twitter. Sebagian besar tweet adalah publik tetapi Twitter menarik bayaran perusahaan dengan mengumpulkannya secara massal untuk tujuan penelitian.

Sejumlah besar tweet itu dapat membantu perusahaan untuk mengukur opini atau penerimaan publik terhadap produk atau ide tertentu. Namun Twitter melarang perusahaan menggunakan data itu untuk mengumpulkan informasi sensitif tentang pandangan atau ras politik.

Twitter juga melarang menghubungkan tweet publik Anda dengan informasi pribadi yang berasal dari sumber lain, seperti data profil Facebook Anda.

Dalam sebuah pernyataan, Twitter mengatakan tweet yang diakses oleh GSR mencakup periode lima bulan dari Desember 2014 hingga April 2015. Perusahaan bersikeras GSR tidak mengakses data pribadi tentang orang-orang yang menggunakan Twitter.

Twitter mengatakan sekarang telah menghapus Cambridge Analytica dan pihak terkait sebagai pengiklan.

DAILY MAIL | SUNDAY TELEGRAPH

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

13 jam lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

17 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

6 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa ITPLN yang Diduga Plagiarisme Minta Maaf, Dosen Cambridge Tak Akan Perpanjang Kasusnya

8 hari lalu

Mahasiswa ITPLN yang Diduga Plagiarisme Minta Maaf, Dosen Cambridge Tak Akan Perpanjang Kasusnya

Dalam email permintaan maaf kepada Ilias Alami, dosen ITPLN terkesan seperti menyalahkan mahasiswa.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

10 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

10 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya