Riset: Perusahaan Teknologi Mendominasi Asia Tenggara pada 2030
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Amri Mahbub
Sabtu, 15 September 2018 17:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Riset terbaru dari perusahaan layanan profesional manajemen investasi dan real estat, JLL menjelaskan bahwa, perusahaan teknologi akan menempati seperempat ruang perkantoran di Asia Tenggara pada 2030.
"Perusahaan-perusahaan teknologi akan menjadi sumber utama hunian kantor, ini adalah kesempatan bagi para investor dan pengembang real estate untuk menciptakan ruang yang untuk memenuhi kebutuhan ini," ujar Head of Capital Market Southeast Asia Research JLL Regina Lim, dalam keterangan tertulis, Kamis, 13 September 2018.
Baca juga: Riset: 92 Persen Orangtua Indonesia Khawatir Cyber Bullying
Pertumbuhan ekonomi online di Asia Tenggara semakin cepat. JLL memprediksi bahwa perusahaan teknologi akan mendorong angka hunian perkantoran di tengah pesatnya perkembangan tersebut. Potensinya mencapai 15 hingga 25 persen dari volume bruto tahunan sewa perkantoran dalam 10 tahun kedepan, dibandingkan dengan tiga tahun lalu yaitu sekitar 5 hingga 10 persen.
Menurut laporan JLL berjudul "Perusahaan-perusahaan teknologi mengubah Asia Tenggara", perusahaan teknologi telah menjadi kelompok utama penghuni perkantoran di kawasan tersebut. Dan sering menjadi penyewa paling awal untuk melakukan pra-komitmen terhadap bangunan baru.
"Tahun lalu, sektor teknologi menarik lebih dari US$ 6 miliar dalam pendanaan. Pertumbuhan industri ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap volume sewa kantor di masa depan," tambah Lim. "Dan kami perkirakan meningkat sebesar 6 persen setiap tahunnya di tengah tingkat pertumbuhan PDB sekitar lima persen."
Baca juga: Riset: Perempuan Lebih Jorok Ketimbang Laki-laki
Perekonomian Asia Tenggara diperkirakan akan meningkat 5 persen setiap tahun hingga 2020, melebihi tingkat global yaitu 3,5 persen. Perekonomian internet di kawasan Asia Tenggara bernilai lebih dari US$ 200 miliar pada tahun 2025, dengan e-commerce dilihat sebagai segmen yang mengalami pertumbuhan paling cepat.
Ditambah dengan kelas menengah yang terus berkembang, segmen ini diprediksi akan meningkat sebesar 30 persen dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Selanjutnya untuk mencapai US$ 88 miliar pada tahun 2025, berdasarkan penelitian Google-Temasek.
"Menurut kami dalam satu dekade mendatang, e-commerce akan terus tumbuh, dengan ruang kerja fleksibel dan co-working space," kata Lim. "Ketika perusahaan e-commerce menyebarkan jejaknya, kami memperkirakan bahwa game dan e-sports platform dapat menjadi penggerak berikutnya untuk hunian perkantoran di Asia Tenggara."
Perusahaan e-commerce telah berkembang dalam dua tahun terakhir. Perusahaan teknologi global terbesar, termasuk Alibaba, Facebook, Google, dan Sea, saat ini masing-masing menempati total 20.000 hingga 50.000 meter persegi yang tersebar di tiga hingga lima kota.
Baca juga: Bagaimana Cara Bikin Air Paling Murni di Dunia? Simak Riset Ini
Banyak dari perusahaan tersebut telah meningkatkan jumlah pegawainya sebanyak 30 hingga 50 persen setiap tahunnya selama lima hingga 10 tahun terakhir. Selain itu, co-working space dan ruang kerja fleksibel juga berkontribusi pada permintaan kantor di wilayah tersebut.
Ruang kerja fleksibel telah naik sekitar 40 persen per tahun dalam tiga tahun terakhir dan sekarang mengambil dua persen dari stok perkantoran di wilayah tersebut, dibandingkan pada tahun 2015 yaitu 0,5 hingga satu persen.
"Secara regional, preferensi lokasi dipengaruhi oleh akses terhadap orang-orang berbakat, kebijakan pemerintah yang mendukung dan akses kepada para pelanggan. Ini memberikan ekosistem inovatif yang kondusif untuk memiliki kolaborasi dan kewirausahaan,” lanjut Lim.
Menurut JLL, peningkatan secara cepat penempatan perkantoran yang didominasi oleh perusahaan teknologi dalam tiga tahun terakhir banyak terjadi terutama di Jakarta, Bangkok, Manila dan Ho Chi Minh City. Lim menjelaskan bahwa pertumbuhan berkelanjutan dari perusahaan-perusahaan ini telah didorong oleh tren sosio-ekonomi yang kuat.
Berkaitan dengan lokasi, perusahaan teknologi di Singapura, Jakarta dan Manila cenderung untuk memiliki kantor di daerah utama CBD. Di Kuala Lumpur, Malaysia, permintaan perkantoran untuk perusahaan teknologi baru-baru ini bergeser ke arah daerah pinggiran dikarenakan adanya pengenalan infrastruktur transportasi massal.
Baca juga: Apa yang Dicari di Internet Selama Liburan? Simak Riset Ini
Simak riset menarik lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.