AS Akan Buat Pasukan Serangga Penyebar Virus, Ini Kata Ilmuwan

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Senin, 8 Oktober 2018 17:37 WIB

Hama wereng coklat (Nilaparvata lugens). ANTARA/Andreas Fitri Atmoko

TEMPO.CO, Washington - Proyek penelitian Pentagon baru yang kontroversial, disebut Sekutu Serangga, telah mengundang berdebatan dan kekhawatiran ilmuwan, bahwa pasukan serangga itu bisa menjadi senjata biologis yang tak terkendali, sebagaimana dilaporkan Live Science, akhir pekan lalu.

Baca: Serangga Mengerikan Ini Telah Membuat Heboh di Facebook

Didanai oleh Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA), proyek ini melibatkan penggunaan teknik pengeditan gen seperti CRISPR untuk menginfeksi serangga dengan virus yang dimodifikasi yang dapat membantu membuat hasil tanaman Amerika lebih tangguh.

Jika ladang jagung dilanda kekeringan yang tidak terduga atau tiba-tiba terkena patogen, misalnya, Sekutu Serangga akan menyebarkan pasukan kutu daun yang membawa virus rekayasa genetika untuk memperlambat laju pertumbuhan tanaman jagung.

Menurut situs DARPA, "terapi bertarget" ini dapat berlaku dalam satu musim tanam, dan berpotensi melindungi sistem tanaman Amerika dari ancaman keamanan pangan seperti penyakit, banjir, es dan bahkan "ancaman yang diperkenalkan oleh negara atau aktor non-negara."

Namun, anggota komunitas ilmiah skeptis. Dalam sebuah surat yang diterbitkan 5 Oktober di jurnal Science, sebuah tim yang beranggotakan lima ilmuwan menyuarakan kekhawatiran bahwa proyek itu dapat dengan mudah dieksploitasi sebagai senjata biologis - atau setidaknya dianggap seperti itu oleh komunitas internasional.

Advertising
Advertising

"Menurut pendapat kami pembenarannya tidak cukup jelas. Misalnya, mengapa mereka menggunakan serangga? Mereka bisa menggunakan sistem penyemprotan," Silja Voeneky, salah satu penulis surat dan profesor hukum internasional di Universitas Freiburg, Jerman, mengatakan kepada The Washington Post. "Menggunakan serangga sebagai vektor untuk menyebarkan penyakit adalah senjata biologis klasik."

Blake Bextine, manajer program untuk Sekutu Serangga, tidak terlalu khawatir. "Setiap kali Anda mengembangkan teknologi baru dan revolusioner, ada potensi untuk kemampuan [baik ofensif dan defensif]," kata Bextine kepada The Washington Post.

"Tapi bukan itu yang kami lakukan. Kami memberikan sifat positif pada tanaman ... Kami ingin memastikan kami menjamin keamanan pangan, karena keamanan pangan adalah keamanan nasional di mata kami."

Sekutu Serangga masih dalam tahap awal pengembangan, dan setidaknya empat perguruan tinggi AS (Institut Boyce Thompson, Penn State University, Ohio State University dan University of Texas di Austin) telah menerima dana untuk melakukan penelitian tersebut.

The Washington Post menyebut program tersebut saat ini merencanakan tiga jenis serangga pengganggu sebagai pasukan, yaitu kutu daun, wereng dan lalat putih. Di alam, serangga ini secara rutin menyebarkan virus di antara tumbuhan.

LIVE SCIENCE | WASHINGTON POST

Berita terkait

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

1 jam lalu

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

Makanan yang bisa bikin Anda bergidik seperti serangga justru diklaim sehat dan bergizi tinggi. Berikut makanan bergizi yang disarankan ahli diet.

Baca Selengkapnya

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

4 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

6 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

7 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

8 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

13 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

26 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

27 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

27 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

31 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya