Biopiracy Jadi Isu Panas di Konvensi Keanekaragaman Hayati

Kamis, 22 November 2018 10:44 WIB

Suasana Konvensi Keanekaragaman Hayati di Sharm El-Sheikh, Mesir. TEMPO/Shinta Maharani

TEMPO.CO, Sharm el Sheikh - Ratusan negara yang terlibat dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati atau Convention on Biological Diversity di Sharm El Sheikh, Mesir, 13-29 November 2018 berdebat keras ihwal pencurian sumber daya genetik (biopiracy). Forum multilateral ini membahas biopiracy yang merugikan negara-negara berkembang. Biopiracy terjadi ketika para peneliti atau organisasi penelitian mengambil sumber daya biologis tanpa izin dan sanksi.

Baca juga: WWF: Begini Kondisi Terbaru Keanekaragaman Hayati Dunia

Biopiracy misalnya bicara pemanfaatan obat-obatan dari sumber daya alam genetik, pertanian, dan laut. “Pembahasan pemanfaatan sumber daya genetik alot. Ini bicara pembagian keuntungan,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Enny Sudarmonowati kepada Tempo, Rabu, 21 November 2018.

Tempo berkesempatan meliput Konvensi Keanekaragaman Hayati di Mesir atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis muda peliput iklim.

Baca juga: Konvensi Keanekaragaman Hayati Bahas Mikroplastik Laut Indonesia

Advertising
Advertising

Di konferensi tersebut, selain mengirim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia membawa delegasi dari Kementerian Lingkungan Hidup daan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Luar Negeri.

Biopiracy menyangkut pemanfaatan mikroorganisme sumber daya genetik yang kasat mata. Enny mencontohkan orang bisa saja membawa mikroorganisme asal Indonesia melalui koper, sepatu ke negara lain. Lalu mikroorganisme itu dimanfaatkan untuk obat antibiotik.

Indonesia, kata dia kerap kecolongan mikroorganisme penting ketika peneliti mendapat tawaran riset internasional dan mempublikasikannya di jurnal penelitian internasional. Peneliti misalnya mengirim daun yang memiliki mikroorganisme penting untuk antibiotik. Mikroorganisme itu kemudian diproduksi negara lain dan menghasilkan keuntungan yang besar.

Baca juga: Tiga Poin Penting Konvensi Keanekaragaman Hayati Mesir

Contoh lainnya adalah pengembangan kunyit di negara lain. Orang nggak perlu datang ke negara penghasil kunyit karena mereka sudah tahu struktur molekuler.

Asisten Deputi Sumber Daya Hayati Kemenko Maritim, Andri Wahono, mengatakan negara-negara maju pengguna sumber daya genetik seharusnya memberikan pembagian keuntungan yang adil untuk negara-negara berkembang penyedia sumber daya genetik. Protokol Kyoto menjadi instrumen dari Konvensi Keanekaragaman Hayati yang mengatur tentang pembagian keuntungan sumber daya genetik.

Negara-negara maju pengguna sumber daya genetik, kata Andri seharusnya membagi keuntungan misalnya dengan cara alih teknologi maupun peningkatan kapasitas. ”Sayangnya tak ada sanksi yang mengikat sehingga negara-negara yang kaya sumber daya genetik tak dapat keadilan,” kata dia.

Padahal, sumber daya genetik rawan dicuri. Di lautan lepas, misalnya orang sangat mudah mengambil sampling air, kotoran ikan, sisik ikan, untuk mendapatkan genetik mikroba. Dalam sesi khusus pembahasan soal laut (marine), Indonesia mengusulkan pentinganya posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. “Ini menyangkut kedaulatan supaya laut Indonesia tidak gampang diserobot negara lain,” kata Kepala Subdit Konvensi dan Jejaring Konservasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Firdaus Agung.

Baca juga: Kekayaan Hayati dalam Ilustrasi Botani

Simak artikel menarik lainnya seputar keanekaragaman hayati hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

1 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

34 hari lalu

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.

Baca Selengkapnya

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

36 hari lalu

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

Pemerintah menyatakan 177 ribu Ha area IKN berupa kawasan lindung, namun menurit peneliti Auriga hanya 42 ribu Ha yang berupa hutan permanen.

Baca Selengkapnya

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

44 hari lalu

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Platform BRIN ini meliputi keanekaragaman hayati tumbuhan, mikroba dan hewan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

59 hari lalu

Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

Dua foto satelit NASA menggambarkan perubahan lahan dan hutan di lokasi proyek IKN Nusantara. Memantik kekhawatiran dampak deforestasi.

Baca Selengkapnya

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah

Baca Selengkapnya

Ada Bunga Bangkai Amorphophallus Titanum Sedang Berbuah di Sumbar, Bukan Rafflesia Arnoldii

5 Oktober 2023

Ada Bunga Bangkai Amorphophallus Titanum Sedang Berbuah di Sumbar, Bukan Rafflesia Arnoldii

Warga Sumatera Barat menemukan bunga bangkai jenis Amorphophallus Titanum yang sedang berbuah di lahan kebun masyarakat setempat pada akhir September.

Baca Selengkapnya

Revisi UU IKN Disahkan, Greenpeace Anggap Pemerintah Lindungi Investasi Bukan Keanekaragaman Hayati

3 Oktober 2023

Revisi UU IKN Disahkan, Greenpeace Anggap Pemerintah Lindungi Investasi Bukan Keanekaragaman Hayati

Greepeace menilai revisi UU IKN hanya melindungi investasi. Ada pemberian kewenangan berlebihan soal penguasaan tanah di IKN.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Arsitektur Sedunia

2 Oktober 2023

Asal-usul Hari Arsitektur Sedunia

World Architecture Day atau Hari Arsitektur Sedunia diperingati tiap tahun pada Senin pekan awal Oktober

Baca Selengkapnya

Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

21 September 2023

Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif.

Baca Selengkapnya