COP 24, Sektor Industri Diminta Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Reporter

Anton Septian

Editor

Erwin Prima

Selasa, 4 Desember 2018 05:02 WIB

Menteri LHK Siti Nurbaya

TEMPO.CO, Katowice - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya angkat suara seputar NDC Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim COP 24. Dia mengatakan kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) Indonesia pada tahun ini adalah penurunan gas rumah kaca hingga 0,8 giga ton karbondioksida. Penurunan ini lebih cepat dari yang ditargetkan, yakni 2,8 giga ton karbondioksida pada 2030.

Baca: Tekan Emisi, Pemerintah Indonesia Diminta Jalin Kerja Sama

“Ini baru dua tahun berjalan. Saya yakin kita bisa mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030,” kata Siti Nurbaya di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP 24 di Katowice, Polandia, 3 Desember 2018.

Menurut Siti, penurunan produksi karbondioksida hingga 0,8 giga ton tersebut salah satunya berkat laju deforestasi yang menurun. Pembukaan lahan sawit, misalnya, dimoratorium selama tiga tahun atas perintah Presiden Joko Widodo. “Ada perpresnya,” ujar Siti,

Kesepakatan Paris pada 2015 mengamanatkan, antara lain, setiap negara peserta konferensi berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca. Indonesia memasang target bisa menurunkan emisi hingga 29 persen pada 2030 atau hingga 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun itu. Target penurunan ini merupakan ikhtiar untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius dan bahkan 1,5 derajat Celcius.

Dalam strategi implementasi NDC yang ditetapkan pemerintah, target penurunan 29 persen itu diharapkan datang dari lima sektor, yakni kehutanan (17,2 persen), energi (11 persen), pertanian (0,32 persen), industri (0,1 persen), dan limbah (0,38 persen).

Advertising
Advertising

Direktur Pelaksana Yayasan EcoNusa, Melda Wita Sitompul, mengatakan pemerintah semestinya tidak hanya bertumpu pada sektor kehutanan, energi, dan pertanian saja untuk menurunkan emisi secara signifikan. Pemerintah juga perlu merangkul industri atau perusahaan dalam strategi penurunan emisi.

Melda menilai kontribusi sektor industri dalam peta jalan yang ditetapkan pemerintah masih terlalu kecil. “Mestinya bisa lebih besar. Misalnya, pemerintah membuat regulasi agar sektor industri juga beralih ke energi terbarukan,” kata Melda. “Mungkin investasi awalnya mahal, tapi dalam jangka panjang bisa menyelamatkan bumi.”

Simak artikel tentang emisi gas rumah kaca lainnya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

19 jam lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

4 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

5 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

5 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Bos Transjakarta Sebut 9 dari 10 Orang Jakarta Bisa Akses Transjakarta dengan Jalan Kaki Maksimal 10 Menit

51 hari lalu

Bos Transjakarta Sebut 9 dari 10 Orang Jakarta Bisa Akses Transjakarta dengan Jalan Kaki Maksimal 10 Menit

Bos PT Transjakarta mengklaim 9 dari 10 orang di Jakarta bisa mengakses layanan Transjakarta hanya dengan berjalan kaki 5 hingga 10 menit.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa ITS Gagas Aspal Ramah Lingkungan, Hasil Modifikasi Lumpur Panas dan Serat Kelapa Sawit

55 hari lalu

Mahasiswa ITS Gagas Aspal Ramah Lingkungan, Hasil Modifikasi Lumpur Panas dan Serat Kelapa Sawit

Tim mahasiswa dari ITS menggagas pemakaian limbah lumpur Lapindo dan serat kepala sawit untuk membuat aspal ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Trend Asia: Jejak Emisi Jet Pribadi Capres-Cawapres 2024 Setara Penerbangan Raja Ampat

13 Februari 2024

Trend Asia: Jejak Emisi Jet Pribadi Capres-Cawapres 2024 Setara Penerbangan Raja Ampat

Emisi sektor penerbangan sipil merupakan salah satu masalah serius, khususnya dalam penggunaan jet pribadi.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

13 Februari 2024

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin membahas capaian emisi.

Baca Selengkapnya

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.

Baca Selengkapnya

BMKG Tegaskan Ancaman Nyata Perubahan Iklim Akibat Deforestasi dan Gas Rumah Kaca

11 Februari 2024

BMKG Tegaskan Ancaman Nyata Perubahan Iklim Akibat Deforestasi dan Gas Rumah Kaca

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim yang mengancam hampir seluruh dunia berada dalam taraf peningkatan yang begitu cepat.

Baca Selengkapnya