COP 24, Masyarakat Adat Berperan Penting dalam Tekan Emisi

Reporter

Anton Septian

Editor

Amri Mahbub

Rabu, 5 Desember 2018 10:51 WIB

Alfa Ahoren saat berbicara dalam diskusi "Inisiatif Lokal dalam Aksi Perubahan Iklim dan SDGs di Indonesia" di Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018.

TEMPO.CO, Katowice - Isu masyarakat adat diangkat dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 24. Pengakuan terhadap masyarakat adat oleh pemerintah diyakini akan bekontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca juga: Jokowi Terima Kunjungan Masyarakat Adat Melayu Riau

Menurut Direktur Pelaksana Yayasan EcoNusa Melda Wita Sitompul, dengan adanya pengakuan tersebut, masyarakat adat bisa leluasa menjaga kelestarian hutan tempat mereka tinggal. "Jika tak ada ada dukungan dari pemerintah atas masyarakat adat, sulit bagi mereka menjaga hutannya," kata Melda dalam diskusi di Paviliun Indonesia di sela-sela COP 24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018.

Berdasarkan studi, keberadaan hutan tropis menyumbang satu per tiga usaha mengerem kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius. Sejumlah usaha untuk menjaga kelestarian hutan di antaranya dengan menahan laju deforestasi dan degradasi hutan, merestorasi hutan dan lahan gambut yang rusak, serta memberikan pengakuan terhadap masyarakat adat.

Baca juga: Aktivis Lingkungan di COP 24: Hutan Tropis Bisa Rem Suhu Bumi

Advertising
Advertising

Melda mencontohkan "Deklarasi Manokwari" yang dicetuskan Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Provinsi Papua Barat pada 10 Oktober lalu. Pemerintah kedua provinsi menyepakati 70 persen wilayahnya sebagai kawasan lindung.

Kedua provinsi juga menyatakan akan melindungi hak dan memperkuat peran masyarakat adat dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan. Isi deklarasi akan dituangkan dalam peraturan daerah. "Ini merupakan contoh penting pengakuan pemerintah terhadap masyarakat adat," kata Melda. "Jika tak ada regulasi, sulit mengatakan bahwa kita memiliki komitmen."

Baca juga: Siti Nurbaya Optimistis COP 24 Hasilkan Panduan Persetujuan Paris

Alfa Ahoren, warga Manokwari yang juga menjadi pembicara diskusi, mengatakan bahwa pelibatan masyarakat adat dalam melestarikan hutan adalah keniscayaan. "Masyarakat adat punya konsep konservasi warisan dari leluhur," katanya. "Hutan adalah ibu orang Papua." Papua memiliki hutan tropis ketiga terbesar di dunia. Lebih dari sembilan puluh persennya adalah hutan primer.

Dia adalah salah seorang peserta Eco Diplomacy, pelatihan yang diselenggarakan Yayasan EcoNusa. Bersama 29 orang lain, yang sebagian besarnya dari Papua, Alfa mengikuti pelatihan selama empat bulan di Jakarta dan Papua. Setelah selesai, mereka kembali ke daerahnya dan menjadi juru kampanye pelestarian hutan.

Baca juga: Sekjen PBB di COP 24: Tak Ada Waktu Menunda Persetujuan Paris

Simak kabar terbaru seputar pembahasan masyrakat adat di COP 24 hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

1 hari lalu

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

Bank Dunia menggelar Konferensi Lahan 2024 yang mengangkat topik perhutanan sosial sebagai penopang manajemen lahan dan ketahanan iklim.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

2 hari lalu

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

Greenpeace mengkritik Pemerintah Indonesia yang masih menolerir proyek PLTU. Pemenuhan Paris Agreement 2015 masih jauh panggang dari api.

Baca Selengkapnya

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

9 hari lalu

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

AMAN Kaltim meminta pemerintah Belanda memastikan komitmen pemerintah Indonesia melindungi masyarakat adat sebelum berinvestasi di proyek IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

10 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

12 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

14 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

15 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

16 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

17 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

18 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya