Kepala GSMA Asia Pasifik: Indonesia Butuh Spektrum 700 MHz

Reporter

Tempo.co

Editor

Amri Mahbub

Senin, 10 Desember 2018 12:17 WIB

Head of Asia Pacific GSMA, Julian Gorman. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - GSMA, asosiasi perusahaan telekomunikasi global, baru saja menyelesaikan laporan tentang potensi negara berkembang, termasuk Indonesia. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang mampu menjadi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara.

Baca juga: Dorong Smartphone 5G, Langkah Qualcomm Singkirkan Apple dan Intel

"Kami melihat banyak inovasi dan potensi di Indonesia," ujar Julian Gorman, Head of Asia Pacific GSMA, kepada Amri Mahbub dari Tempo dalam wawancara ekslusif beberapa waktu lalu di Le Meridien Hotel, Jakarta Selatan.

Karena itu, Gorman menyarankan Indonesia untuk segera beralih ke spektrum 700 MHz. Dia menyebutkan banyak negara di kawasan Asia-Pasifik telah menerapkan jaringan ini, seperti Singapura dan Australia.

Baca juga: Mengejutkan, Jaringan 4G di Jakarta Paling Lelet

Advertising
Advertising

Berikut petikan wawancara Tempo bersama Gorman:

Isu 700 MHz sudah berlangsung sejak 2010, tapi sebetulnya apa teknologi yang menarik dari spektrum ini?
Spektrum ini punya besaran pita (band) yang lebih rendah. Artinya, mampu menembus atau merambat lebih jauh. Karena itu, akan menarik jika digunakan di Indonesia sebagai negara kepulauan dan punya batasan geografis yang luas.

Bisa dibilang spektrum ini lebih efisien?
Betul. Ketika Australia baru saja menggunakan spektruk 700MHz, hanya ada lima stasiun televisi digital. Saat ini, 30. Kenapa? Karena spektrum ini mampu membawa lebih banyak data. Di sisi lain, spektrum ini bisa masuk ke jaringan broadband telekomunikasi 4G.

Ketika semua daerah di Indonesia sudah tersambung spektrum ini, semua informasi dari pemerintah bisa disampaikan langsung melalui televisi digital atau smartphone. Pengumuman tsunami, misalnya, atau bencana lain. Komunikasi akan lebih efektif.

Dari segi telekomunikasi seluler apakah akan sama efektifnya?
Tentu. Spektrum ini memungkinkan penyebaran lebih jauh di pelosok tapi lebih ekonomis karena hanya membutuhkan data yang sedikit. Sehingga operator jaringan seluler bisa berinvestasi lebih banyak di pedesaan.

Baca juga: Standar Jaringan 5G Selesai, Siap Gantikan 4G LTE

<!--more-->

Jadi, menurut Anda, apa yang perlu diperbaiki untuk memperbaiki infrastruktur digital di Indonesia?
Tentu, seperti yang saya sebelumnya, jaringan spektrum 700MHz. Ini pondasi untuk bisa memeratakan digital ke seluruh Indonesia. Dari sisi televisi digital, pemerintah Indonesia juga perlu membuat langkah pembangunan infrastruktur, seperti pemancar bergerak.

Saat ini Indonesia masih bertransisi dari 3G ke 4G, tapi dunia sudah mengembangkan isu 5G. Menurut Anda, apakah Indonesia mampu menghadapi transisi teknologi yang sangat cepat ini?
Saya pikir iya. Indonesia punya aset yang besar, yakni kecepatan untuk mengadosi sesuatu dan antusia terhadp teknologi baru. Selain itu, Indonesia merupakan pasar smartphone terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Cina. Ini tentu bisa jadi faktor yang kuat untuk terus mengadopsi teknologi-teknlogi baru, terutama di sektor telekomunikasi. Dalam tiga atau empat tahun tampaknya 3G dan 4G akan menjadi teknologi yang dominan, termasuk di daerah pelosok sekalipun.

Bagi saya, 5G terlalu dini untuk dibicarakan. Teknologinya saja masih diuji, perangkat smartphone yang kompatibel dengan jaringan ini mungkin akan hadir pada 2020 atau 2022. Dan pada 2025 kemungkinkan baru persen perangkat yang terhubung dengan 5G.

Lantas apa yang bisa membuat transformasi digital di Indonesia bisa lebih cepat?
Literasi digital ditingkatkan, sehingga masyarakat mengerti apa kebutuhan mereka. Pemerintah harus ambil peran di sini untuk mengembangkan konten dan layanan. Mendorong perusahaan teknologi lokal, seperti Gojek dan Tokopedia, misalnya.
Semua orang butuh Facebook, tapi berapa persen konten lokal di platform media sosial itu?

Apakah tranformasi digital dan ekonomi digital seiring sejalan?
Sangat terhubung. Namun, harus ditekankan sekali lagi, semua itu tak bisa berjalan kalau tidak ada infrastruktur yang efektif. Juga, pemerintah harus berperan untuk mengkonsolidasikan semua operator agar tak timbul chaos antar-operator. Tanpa konektivitas transformasi digital dan pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan.

Baca juga: Dukung Pariwisata Labuan Bajo, Telkomsel Perkuat Jaringan 4G

<!--more-->

Berapa potensi ekonomi dengan dibangunnya spektrum 700MHz?
Kami menghitung sedikitnya US$ 150 miliar (Rp 2,1 triliun) pada pada 2025. Sebuah kontribusi yang signifikan hanya dari broadband seluler.

Kenapa bisa setinggi itu?
Di Indonesia, orang lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan smartphone ketimbang menonton televisi. Sehingga, ada perubahan kebiasaan mencerna informasi dan konten, baik itu berita maupun hiburan. Artinya, warga Indonesia ke depannya juga akan bergantung pada broadband. Untuk warga di daerah pelosok, informasi dan teknologi terbaru akan membuat mereka bersemangat. Yang perlu digarisbawahi juga, Indonesia harus menggunakan jaringan aktif.

Maksudnya?
Operator Indonesia lebih senang menggunakan antenanya masing-masing. Ini membuat banyak antena dan seringnya sinyalnya bertubrukan. Ini yang saya maksud sebagai jaringan pasif. Bayangkan jika Anda hanya memiliki satu antena dengan spektrum yang sama, tapi bisa mencakup berbagai kepentingan. Berapa yang akan Anda habiskan untuk infrastruktur? Sangat kecil. Konsolidasi antar-operator tersebut sangat penting.

Tak bisa dipungkiri bahwa persaingan sektor di bidang telekomunikasi sangat ketat dan tampaknya konsolidasi bukan ide yang menarik...
Persaingan memang penting untuk industri yang sehat. Contohnya 5G ini. Sudah banyak raksasa teknologi dunia mengembangkannya. Tapi mereka tetap berbagi informasi seputar kegiatan mereka. Contoh konsolidasi antar-operator yang baik terjadi di Australia. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa bekerja sendiri, terutama dalam membangun infrastruktur.

Karena itulah mereka bekerja sama. Di India, Vodafone dan Idea bergabung. Vodafone memiliki jaringan yang sangat besar di perkotaan, sementara Idea memiliki kekuatan di daerah pedesaan. Tujuan konsolidasi adalah untuk mendorong sinergi, sehingga mengurangi biaya atau mungkin hasil yang lebih baik. Di Indonesia juga ada XL dan Axis, yang memiliki segmen berbeda.

Baca juga: Masalah Ketersediaan Jaringan Hambat Migrasi ke Smartphone 4G

Simak kabar terbaru dari GSMA dan tentang teknologi spektrum telekomunikasi hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

5 hari lalu

Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

Agenda prioritas Indonesia dalam APSMC adalah saling berdiskusi soal tantangan dan pengalaman dalam manajemen spektrum frekuensi.

Baca Selengkapnya

Kemenkominfo Buka Konsultasi Publik tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio

28 November 2023

Kemenkominfo Buka Konsultasi Publik tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio

Kemenkominfo membuka konsultasi publik atas Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio (SFR).

Baca Selengkapnya

Vivo V30 dan V30 Pro Tampil di Database IMEI GSMA

23 Oktober 2023

Vivo V30 dan V30 Pro Tampil di Database IMEI GSMA

Database IMEI GSMA menunjukkan Vivo V30 dan V30 Pro dengan nomor model masing-masing, V2318 dan V2319.

Baca Selengkapnya

Kemenkominfo Awasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada MotoGP Mandalika 2023

14 Oktober 2023

Kemenkominfo Awasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada MotoGP Mandalika 2023

Kemenkominfo melakukan pengawasan penggunaan Spektrum Frekuensi Radio (SFR) secara intensif dalam rangka memastikan kelancaran MotoGP Mandalika 2023

Baca Selengkapnya

GSMA: Cakupan 5G Akan Dipercepat di Seluruh Asia Pasifik

7 Juli 2022

GSMA: Cakupan 5G Akan Dipercepat di Seluruh Asia Pasifik

Saat ini jaringan 5G telah tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk di India dan Vietnam.

Baca Selengkapnya

Migrasi TV Analog, Menkominfo: Spektrum Frekuensi Digunakan untuk 4G dan 5G

16 Maret 2022

Migrasi TV Analog, Menkominfo: Spektrum Frekuensi Digunakan untuk 4G dan 5G

Menteri Komunikasi dan Informatika dan Informatika Johnny Gerard Plate menyatakan siaran TV analog tahap pertama akan mati pada 30 April 2022.

Baca Selengkapnya

GSMA: Tertinggi di Dunia, Koneksi 5G di Cina Akan Capai 830 Juta pada 2025

28 September 2021

GSMA: Tertinggi di Dunia, Koneksi 5G di Cina Akan Capai 830 Juta pada 2025

5G akan mencakup lebih dari seperlima dari total koneksi seluler pada akhir 2025, setara dengan hampir 2 miliar koneksi.

Baca Selengkapnya

Menunggak Rp 442 M, Kominfo Kirim Lagi Surat Teguran ke Sampoerna Telekomunikasi

11 Juni 2021

Menunggak Rp 442 M, Kominfo Kirim Lagi Surat Teguran ke Sampoerna Telekomunikasi

Sampoerna Telekomunikasi menunggak pembayaran spektrum frekuensi radio sehingga kembali ditegur oleh Kominfo.

Baca Selengkapnya

GSMA: Indonesia Punya Peluang Besar Menuju Transformasi Digital

6 Februari 2020

GSMA: Indonesia Punya Peluang Besar Menuju Transformasi Digital

Indonesia adalah pasar seluler terbesar ketiga di Asia Pasifik dengan pengguna platform digital yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Belum Putuskan Harga Lelang Frekuensi Jaringan 5G

13 Maret 2019

Pemerintah Belum Putuskan Harga Lelang Frekuensi Jaringan 5G

Pemerintah belum mengetok palu perihal penentuan harga lelang pita frekuensi untuk 5G.

Baca Selengkapnya