BMKG Pastikan Tsunami Selat Sunda Terkait Gunung Anak Krakatau

Senin, 24 Desember 2018 13:48 WIB

Anggota militer menggunakan kendaraan berat saat melakukan proses evakuasi Kampung Sumur usai diterjang Tsunami Selat Sunda di Pandeglang, Banten, Senin 24 Desember 2018. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono telah memastikan penyebab tsunami tanpa gempa di Selat Sunda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018.

Baca: Tsunami Selat Sunda Terjadi Saat Puncak Hujan Meteor Ursid

"Dipicu pada 21 Desember gunung itu meletus, mungkin buat retakan atau guncangan akhirnya longsor. Itu yang menimbulkan tsunami," kata Rahmat, Senin, 24 Desember 2018.

Menurutnya, ada citra satelit yang menangkap longsoran di lereng Gunung Anak Krakatau itu. "Ada 64 hektare lereng gunung yang hilang, itu tentunya membuat guncangan," ujarnya.

Sensor gempa BMKG di Banten dan Lampung mencatat adanya getaran. Namun, kata Rahmat, guncangan itu tidak diartikan sebagai gempa melainkan longsoran. Setelah dikonversi, besaran guncangan itu setara dengan gempa magnitude 3,4.

Berdasarkan data BMKG pusat sumber guncangan atau episenter itu berada di kaki lereng Gunung Anak Krakatau. "Apakah langsung ambles hilang (64 hektare) itu perlu riset. Tapi kalau sedikit-sedikit nggak mungkin juga," ujar Rahmat.

Sejumlah pakar dan peneliti gempa menyampaikan beragam faktor yang bisa membuat kejadian tsunami tanpa gempa di Selat Sunda terkait dengan letusan Gunung Anak Krakatau.

Pakar tsunami dari ITB, Hamzah Latief, mengatakan gelombang tinggi di Selat Sunda dipastikan tsunami. Soal penyebab pastinya, kata dia, ada beberapa faktor, khususnya yang terkait dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Kalau pembentukan tsunami akibat gunung api banyak sekali penyebabnya, ada 12,” kata Hamzah pada Minggu, 23 Desember 2018.

Faktornya seperti guguran lava, longsoran bawah gunung, runtuhan kaldera, perbedaan temperatur panas. Juga ada sebab tsunami lainnya seperti blasting atau ledakan. “Seperti menggoreng ikan ada minyak panas ketemu yang dingin lalu meledak,” ujarnya.

Sementara itu Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung dalam siaran pers menyebutkan kaitan tsunami dengan aktivitas letusan masih harus didalami. Untuk menimbulkan tsunami Selat Sunda seperti yang terjadi Sabtu malam, 22 Desember 2018, misalnya juga perlu ada runtuhan besar yang masuk ke dalam kolom air laut.

Untuk merontokkan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut itu diperlukan energi yang cukup besar, dan ini tidak terdeksi oleh seismograph di pos pengamatan gunungapi. PVMBG menyatakan masih memerlukan data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunung api dengan tsunami.

Berita terkait

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

4 jam lalu

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

BMKG mencatat gempa terkini yang guncangannya bisa dirasakan terjadi di Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Minggu pagi ini, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

6 jam lalu

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

Prediksi cuaca Jakarta hari ini, Minggu 5 Mei 2024, diawali dengan cerah berawan merata di seluruh wilayahnya pada pagi ini.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

21 jam lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

1 hari lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

1 hari lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

1 hari lalu

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.

Baca Selengkapnya

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

1 hari lalu

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

1 hari lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya