Malware Pencuri Cryptocurrency Ditemukan di Google Play Store

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Senin, 11 Februari 2019 16:14 WIB

taranfx.com

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di ESET telah menemukan jenis malware pencuri cryptocurrency yang relatif baru, yang disebut "clipper", di Google Play Store.

Mereka melaporkan temuan itu ke tim keamanan Play Store pada 1 Februari, yang dengan cepat menghapus aplikasi itu, sebagaimana dilaporkan Hot Hardware, 10 Februari 2019.

Baca: 9 Aplikasi Remote Control Berisi Malware dan Kuras Baterai Ponsel

Serangan itu menggunakan trik yang sangat sederhana untuk memisahkan pengguna dengan dana digital mereka. Nilai Cryptocurrency dikaitkan dengan serangkaian karakter unik dan panjang yang dikenal sebagai dompet.

Untuk melakukan transaksi, pengirim biasanya perlu memasukkan alamat dompet penerima di aplikasi mereka. Ini mirip dengan bagaimana Anda akan meletakkan alamat dunia nyata pada sebuah amplop agar dikirim ke lokasi yang benar.

Advertising
Advertising

Namun, alih-alih secara manual memasukkan alamat yang panjang dan rumit ini, sebagian besar pengguna akan menyalin dan menempelkannya. Di sinilah keluarga clipper dari malware ini berjalan.

Setelah terinstal, malware ini memonitor clipboard sistem. Setelah mendeteksi sesuatu yang terlihat seperti alamat target, ia mengubahnya menjadi alamat yang dioperasikan oleh pengontrol malware. Jika pengguna akhir kemudian mengirimkan transaksi tanpa memperhatikan perubahan itu, penyerang akan menerima mata uang itu.

Clipper juga dapat mengambil kredensial dan kunci pribadi pengguna dari clipboard. Setelah penyerang memiliki informasi ini, mereka dapat menyamar sebagai pengguna untuk menyedot dana secara langsung dan tidak dapat dibatalkan.

Ini adalah salah satu alasan mengapa para ahli cryptocurrency telah lama merekomendasikan pengguna untuk menyimpan sebagian besar saldo mereka di cold storage offline, dan hanya menyimpan saldo minimal di dompet mobile untuk penggunaan sehari-hari.

Malware Clipper telah ada setidaknya sejak 2017 yang menargetkan pengguna Windows. Varian aplikasi Android muncul pada pertengahan tahun lalu, tetapi dipindahkan ke toko aplikasi pihak ketiga. Temuan terbaru ini menyelinap melalui pertahanan Google.

Aplikasi yang dicurigai itu disebut MetaMask, layanan untuk mengelola aplikasi terdistribusi berbasis Ethereum atau Dapps. Hanya ada satu masalah; MetaMask tidak mengoperasikan aplikasi seluler. Sebaliknya, ini adalah pihak ketiga yang menyamar sebagai layanan sah yang populer untuk menjangkau korban yang tidak curiga. Perwakilan MetaMask melalui Twitter meminta Google untuk meningkatkan perlindungan mereka.

Simak artikel lainnya tentang malware pencuri cryptocurrency di kanal Tekno Tempo.co.

HOT HARDWARE | CRYPTO GLOBE

Berita terkait

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

3 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Cara Mengganti Akun Pembayaran Google Play yang Mudah

9 hari lalu

Cara Mengganti Akun Pembayaran Google Play yang Mudah

Cara mengganti akun pembayaran Google Play dapat dilakukan dengan praktis dan mudah. Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda ikuti.

Baca Selengkapnya

Jangan Ngecas Ponsel Sembarangan di Bandara, Tiga Risiko Ini Mengintai

23 hari lalu

Jangan Ngecas Ponsel Sembarangan di Bandara, Tiga Risiko Ini Mengintai

Seorang ahli keamanan mengatakan bahwa mengisi daya di bandara memiliki risiko keamanan yang besar, terutama jika melalui port USB.

Baca Selengkapnya

Kaspersky Temukan Malware Versi Linux yang Berfungsi Penuh

24 hari lalu

Kaspersky Temukan Malware Versi Linux yang Berfungsi Penuh

Semua produk Kaspersky mendeteksi varian Linux ini sebagai HEUR:Backdoor.Linux.Dinodas.a.

Baca Selengkapnya

Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

36 hari lalu

Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

Recorded Future mengungkap beberapa modus kejahatan berbasis AI. Pelaku semakin berani memakai deepfake.

Baca Selengkapnya

Serangan ke Ponsel Meningkat 50 Persen, Kaspersky: Dipicu Iklan Otomatis dan Aplikasi Ilegal

57 hari lalu

Serangan ke Ponsel Meningkat 50 Persen, Kaspersky: Dipicu Iklan Otomatis dan Aplikasi Ilegal

Perusahaan keamanan siber Kaspersky mencatat 33 juta serangan siber melalui ponsel pada 2023. Pengguna sering terkecoh oleh iklan otomatis.

Baca Selengkapnya

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

22 Februari 2024

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

Data IBM menunjukkan bahwa phising mendominasi kejahatan atau serangan siber di tingkat global, setara sampai 36 persen.

Baca Selengkapnya

Ditengarai Monopoli Sistem Pembayaran Play Store oleh KPPU, Google Kecewa

6 Februari 2024

Ditengarai Monopoli Sistem Pembayaran Play Store oleh KPPU, Google Kecewa

Google kecewa disebut monopoli sistem pembayaran play store oleh KPPU.

Baca Selengkapnya

Dugaan Kebocoran Data, PT KAI Klaim Gunakan Standar Keamanan Data Canggih

17 Januari 2024

Dugaan Kebocoran Data, PT KAI Klaim Gunakan Standar Keamanan Data Canggih

Keamanan data pelanggan dinilai aman di pusat data PT KAI.

Baca Selengkapnya

Fenomena Tech Winter 2024, Bagaimana Nasib Bisnis Startup Berkelanjutan?

3 Januari 2024

Fenomena Tech Winter 2024, Bagaimana Nasib Bisnis Startup Berkelanjutan?

Peneliti Senior CORE Indonesia Etikah Karyani Suwondo menjelaskan jenis startup yang akan bertahan di tengah fenomena tech winter.

Baca Selengkapnya