BMKG: Kemarau Diperkirakan Mulai Awal April

Jumat, 8 Maret 2019 10:27 WIB

Petugas tengah memebersihkan layar pemantau cuaca di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kemayoran, Jakarta, Rabu (31/10). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau 2019 pada April. Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, kemarau tidak berlangsung serempak.

Baca: BMKG Prediksi Hujan Lebat, Petir dan Angin Kencang di Lampung

Sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali dan Jawa sebanyak 79 ZOM (23,1 persen) diprediksi BMKG mulai kemarau pada April. Sedangkan wilayah-wilayah yang diprediksi awal musim kemaraunya pada Mei 2019 sebanyak 99 ZOM (28,9 persen). "Meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi," kata Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, Jumat, 8 Maret 2019.

Kemudian sebanyak 96 ZOM (28,1 persen) akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni. Wilayahnya meliputi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Jika dibandingkan dengan rata-rataklimatologis periode 1981-2010, awal musim kemarau 2019 di Indonesia umumnya sama dengan rata-ratanya 127 ZOM (37,1 persen). Waktu awal kemarau yang mundur sebanyak 128 ZOM (37,4 persen), dan yang maju sebanyak 97 ZOM (25,5 persen).

Advertising
Advertising

Perlu diwaspadai wilayah-wilayah yang awal musim kemaraunya maju atau lebih awal. "Yaitu di sebagian wilayah NTT, NTB, Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan selatan," kata Agie. Juga di sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Riau Serta Kalimantan Timur dan Selatan.

Adapun wilayah yang periode kemaraunya akan lebih kering dari normalnya seperti di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian selatan dan utara, sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke.

Saat ini kondisi atmosfer terkini, menurut catatan BMKG, sedang terjadi El Nino kategori lemah. Tandanya berupa kenaikan suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah sekitar 0,5 – 1 derajat Celcius di atas normalnya sejak Oktober 2018.

Kondisi El Nino lemah ini diprediksi bertahan hingga pertengahan tahun 2019. Pada Agustus 2019, diperkirakan probabilitas kejadian El Nino lemah telah turun peluangnya hanya 50 persen. Sementara itu, saat ini fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) dalam status netral dan diprediksi akan tetap dalam status netral hingga pertengahan 2019.

Aktifnya El nino dengan skala lemah diperkirakan BMKG tidak akan berdampak secara signifikan terhadap sirkulasi angin monsun. Kajian data historis juga menunjukkan bahwa El Nino lemah tidak berdampak secara nyata atau jelas terhadap sebaran curah hujan di Indonesia. Apalagi pada saat Bulan Maret-April-Mei, umumnya dampak El Nino tidak seragam di Indonesia.

Peralihan angin timuran ke angin baratan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya aktif pada bulan Juni hingga Agustus 2019. Angin monsun itu yang mengakibatkan musim kemarau di Indonesia.

Simak artikel lainnya tentang BMKG di kanal Tekno Tempo.co

Berita terkait

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

10 jam lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

12 jam lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

15 jam lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

19 jam lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

20 jam lalu

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.

Baca Selengkapnya

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

21 jam lalu

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

21 jam lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

1 hari lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya