60 Mumi Prajurit Mesir Kuno Korban Perang, Kematian Berdarah
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Yudono Yanuar
Sabtu, 6 April 2019 08:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 4.000 tahun yang lalu di Mesir, lusinan orang yang meninggal karena luka mengerikan, dimumikan dan dimakamkan bersama di tebing dekat Luxor, di tepi Sungai Nil. Pemakaman massal sangat jarang terjadi di Mesir kuno - sehingga menjadi pertanyaan mengapa semua mumi ini berakhir di tempat yang sama.
Ini Rupa Mumi Wanita Mesir Berusia 3.000 Tahun
Baru-baru ini, para arkeolog mengunjungi Makam Prajurit misterius itu di Deir el Bahari, Mesir. Makam itu telah dimeteraikan atau diberi tanda setelah penemuannya pada 1923.
Setelah menganalisis bukti dari makam dan situs lain di Mesir, temuan itu menyatukan sebuah kisah berdarah yang menyedihkan dalam sejarah Mesir di akhir sebuah kerajaan, sekitar tahun 2150 SM.
Laman livescience, Kamis, 4 April 2019, menyebutkan, temuan mereka, kemudian disajikan dalam film dokumenter Public Broadcasting Service (PBS) berjudul 'Secrets of the Dead: Egypt's Darkest Hour', melukiskan gambaran suram tentang kerusuhan sipil yang memicu pertempuran berdarah antar-pimpinan regional sekitar 4.200 tahun yang lalu.
Salah satu dari pertempuran kecil itu mungkin telah mengakhiri nyawa 60 pria yang tubuhnya dimumikan dalam pemakaman massal, kata perwakilan PBS dalam sebuah pernyataan.
Arkeolog Salima Ikram, seorang profesor Egyptology di American University di Kairo, menyelidiki mumi dengan kru kamera pada akhir September 2018.
Ikram bekerja sama dengan Kementerian Purbakala Mesir dan para ahli lokal, serta produser dan sutradara dokumenter Davina Bristow.
"Saya menemukan, dari pintu masuk makam, labirin terowongan bercabang sekitar 200 kaki (61 meter) ke tebing; kamar-kamar dipenuhi dengan bagian tubuh mumi dan tumpukan perban yang pernah melilit mayat tetapi telah terurai," ujar Ikram.
Semua mayat itu tampaknya berjenis kelamin pria, dan banyak yang menunjukkan tanda-tanda trauma parah. Tengkorak patah atau tertusuk - seperti terkena senjata - dan panah tertanam di banyak tubuh, menunjukkan orang-orang itu adalah prajurit yang tewas dalam pertempuran. Salah satu mumi bahkan mengenakan sarung tangan pelindung di lengannya, seperti yang dikenakan oleh pemanah.
"Orang-orang ini telah mati berdarah, kematian yang menakutkan," kata Ikram.
Dan bukti dari tempat lain di Mesir menunjukkan bahwa mereka mati selama periode pergolakan sosial yang ekstrem. Beberapa petunjuk itu berada di makam Firaun Pepi II, yang pemerintahannya selama 90 tahun berakhir tragis.
Philippe Collombert, seorang ahli Mesir Kuno di Universitas Jenewa di Swiss, mengatakan makam Pepi II di Saqqara, Mesir, penuh hiasan dan spektakuler.
"Itu dibangun selama masa mudanya, yang menunjukkan bahwa kerajaan pada waktu itu aman tanpa tanda-tanda keruntuhan," kata Collombert. "Namun, makam Pepi II dijarah segera setelah dimakamkan. Tindakan yang sangat haram seperti itu hanya bisa terjadi jika orang Mesir sudah mulai menolak sosok Firaun yang seperti dewa, dan jika pemerintah pusat tidak lagi memegang kendali".
Ketika pengaruh Pepi II berkurang menjelang akhir kekuasaannya dan pemimpin lokal menjadi semakin kuat, itu terlihat dari kamar pemakaman mereka yang lebih besar dan mewah.
Satu makam pemimpin lokal, yang dibangun di Nubropolis Qubbet el Hawa setelah kematian Pepi II, berisi prasasti mengisyaratkan konflik yang muncul di antara faksi-faksi politik.
Menurut ahli Mesir di Universitas Alcala di Madrid, Spanyol, Antonio Morales dalam film dokumenter itu menjelaskan bahwa makam mewah menggambarkan gangguan sosial, perang saudara dan kurangnya kontrol oleh satu pemerintahan.
Juga kelaparan yang disebabkan oleh kekeringan mungkin telah mempercepat keruntuhan sosial itu.
Film dokumenter Secrets of the Dead: Egypt's Darkest Hour ditayangkan Rabu malam, 3 April 2019 di PBS dan sekarang tersedia untuk streaming di situs PBS dan di aplikasi PBS.
Simak kabar terbaru tentang mumi Mesir kuno yang meninggal mengerikan hanya di kanal Tekno Tempo.co
LIVESCIENCE | PBS