Studi Baru Ungkap Bulan Memiliki Lebih Banyak Air

Rabu, 24 Juli 2019 07:30 WIB

Fenomena gerhana bulan parsial terlihat di langit Lombok, Mataram, NTB, Rabu 17 Juli 2019. Fenomena bulan parsial ini terjadi karena titik orbit kesejajaran antara matahari, bumi dan bulan agak miring sehingga menampakkan bulan sebagian dengan bayangan umbra. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

TEMPO.CO, Jakarta - Trio peneliti University of California Lior Rubanenko, Jaahnavee Venkatraman, dan David Paige telah menemukan bukti yang menunjukkan ada lebih banyak es di permukaan Bulan daripada yang diperkirakan, demikian dilaporkan laman Phys, Selasa, 23 Juli 2019.

Dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menggambarkan penelitian tentang kesamaan antara es di Merkurius dan daerah gelap di Bulan. Penelitian tersebut mulai dengan mencatat bahwa Bulan dan Merkurius memiliki lingkungan termal yang agak mirip.

Penelitian sebelumnya yang menggunakan data dari Observatorium Arecibo dan juga pesawat ruang angkasa MESSENGER NASA menemukan bahwa ada area kawah di kutub Merkurius yang tampak dibayangi dari Bumi.

Sementara, data penyelidikan LRO yang sengaja menabrak permukaan Merkurius (dirilis dari satelit LCROSS yang mengorbit pada 2009) mengungkap air dan uap es. Temuan itu menjadi bukti adanya endapan es setebal beberapa meter di kawah yang teduh.

Penelitian juga menunjukkan bahwa es mampu bertahan di kawah karena teduh, mencegahnya terurai oleh sinar Matahari. Dalam upaya baru ini, para peneliti menyelidiki kemungkinan bahwa area yang mirip di Bulan mungkin juga memiliki es.

Ketiga peneliti itu juga mencatat bahwa baik Merkurius dan Bulan, membayangi kawah dengan bukti pendangkalan karena penumpukan material. Di Mercury, penelitian sebelumnya menunjukkan penumpukan material itu sebagian terbuat dari es.

Untuk mencari tahu apakah hal yang sama berlaku untuk bulan, peneliti selanjutnya memperoleh data yang menggambarkan 2.000 kawah teduh pada Merkurius dan 12.000 kawah teduh serupa di Bulan. Untuk menentukan kesamaan dengan tanda memiliki es, peneliti membandingkan rasio diameter ke kedalaman mereka satu sama lain.

Dengan melakukan itu, mereka mencatat bahwa pendangkalan kawah teduh di Merkurius sangat mirip dengan yang terlihat di kawah teduh di Bulan. Peneliti menyatakan bahan yang terkumpul di kawah dangkal di Bulan kemungkinan es juga.

Jika penelitian mereka terbukti benar, artinya ada jutaan ton es di permukaan Bulan, jauh lebih banyak dari pada yang diperkirakan oleh sebagian besar ilmuwan Bulan.

PHYS | NATURE GEOSCIENCE

Berita terkait

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

19 hari lalu

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

Walaupun Indonesia tidak alami gerhana matahari total yang terjadi hari ini, tetapi ini merupakan fenomena menarik di dunia.

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

22 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

39 hari lalu

Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.

Baca Selengkapnya

Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

47 hari lalu

Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pendaratan Odysseus di Bulan, Misi Perdana Pesawat Ruang Angkasa Buatan Swasta

26 Februari 2024

Pendaratan Odysseus di Bulan, Misi Perdana Pesawat Ruang Angkasa Buatan Swasta

Pesawat ruang angkasa besutan Intuitive Machines berhasil mendarat di bulan. Misi yang menentukan kelancaran penerbangan ke bulan di masa depan.

Baca Selengkapnya

AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

23 Februari 2024

AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

Ini merupakan pendaratan pertama AS di permukaan bulan dalam lebih dari setengah abad dan yang pertama dicapai oleh sektor swasta.

Baca Selengkapnya

Sempat Hilang Sinyal, Wahana SLIM Jepang Pulih Usai 9 Hari Tanpa Daya di Bulan

29 Januari 2024

Sempat Hilang Sinyal, Wahana SLIM Jepang Pulih Usai 9 Hari Tanpa Daya di Bulan

Pulihnya perangkat dan panel surya SLIM akibat perubahan arah sinar matahari di bulan.

Baca Selengkapnya

Pendaratan Wahana Antariksa Jepang SLIM di Bulan Bermasalah

22 Januari 2024

Pendaratan Wahana Antariksa Jepang SLIM di Bulan Bermasalah

Panel surya macet, wahana antariksa Jepang SLIM di Bulan bergantung masa hidup baterai. Saat ini sudah hilang sinyal.

Baca Selengkapnya

Mengapa Pendaratan SLIM Milik Jepang di Bulan Penting?

20 Januari 2024

Mengapa Pendaratan SLIM Milik Jepang di Bulan Penting?

Mengapa misi pendaratan 'penembak jitu di bulan' Jepang penting?

Baca Selengkapnya

NASA Tunda Misi Artemis Berawak Pertama ke Bulan hingga September 2025

10 Januari 2024

NASA Tunda Misi Artemis Berawak Pertama ke Bulan hingga September 2025

Artemis 2, yang tadinya dijadwalkan untuk diluncurkan pada November 2024, kini menargetkan September 2025.

Baca Selengkapnya