Arkeolog: Manusia Purba Papua Gunakan Api sebelum Yesus Lahir

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 30 Juli 2019 08:45 WIB

Gua Emok Tum di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. (ANTARA/Dok. Dr Marian Vanhaeren dan Prof Wulf Schiefenhovel)

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog asal Prancis Dr Marian Vanhaeren dan antropolog asal Jerman Prof Wulf Schiefenhovel menemukan aktivitas manusia purba yang dibuktikan dengan arang sisa pembakaran dan tulang hewan kecil sejenis marsupial di Gua Emok Tum, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

"Kami baru datang dari Eipomek, Oksibil dan tahun ini kami tidak lakukan penelitian di sana. Tetapi pada tahun lalu (2018) kami lakukan ekskavasi di Gua Emok Tum di Kabupaten Pegunungan Bintang," kata Wulf Schiefenhovel ditemani Marian Vanhaeren dan Hari Suroto seorang arkelog Papua di Kota Jayapura, Senin, 29 Juli 2019.

Kegiatan ekskavasi tersebut, kata dia, menemukan sisa arang bekas aktivitas manusia purba yang diperkirakan pada 2.140 tahun yang lalu sebagaimana hasil dari penanggalan arang C14.

"Sebenarnya kami kurang berkenan dengan penemuan ini, karena di salah satu tempat di PNG ada penemuan yang lebih lama yakni 8.000 tahun lalu. Tapi penemuan ini cukup membahagiakan bagi penduduk di Oksibil karena nenek moyang mereka telah mengenal api sebelum Yesus lahir," kata Schiefenhovel.

Lebih lanjut Schiefenhovel mengemukakan bahwa di dalam gua tersebut juga ditemukan paruh sejenis burung, selain tulang-tulang hewan kecil sejenis mamalia atau marsupial.

"Jadi, Gua Emok Tum ini seperti tempat persinggahan warga yang akan melintas dari Kampung Okbabe ke Kampung Suntamon yang banyak batu andesit untuk buat kapak batu," katanya.

Gua Emok Tum terletak diantara Gunung Tangop dan Gunung Mandala yang memiliki ketinggian kurang lebih 4.700 MDPL. Untuk ke gua prasejarah tersebut, bisa ditempuh dari Kampung Okbabe dengan menggunakan mobil berpenggerak empat roda karena jalannya yang belum diaspal.

"Kurang lebih sejam lamanya perjalanan itu. Karena Gua Emok Tum terletak di ketinggian kurang lebih 2.500 MDPL," kata Wulf.

Marian Vanhaeren menjelaskan bahwa ketertarikan ia bersama Prof Wulf Schiefenhovel untuk melakukan penelitian di Papua khususnya di Kabupaten Pegunungan Bintang karena ingin mengetahui kehidupan di masa lampau nenek moyang orang Papua.

Di Situs Kuk Lembah Waghi, yang terletak di Papua New Guinea (PNG), ditemukan kehidupan manusia pada 8.000 tahun lalu, yang diduga sebagai orang Papua pertama. Situs ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia, sementara di Papua belum ada.

Di Kelela, Lembah Baliem, seorang peneliti Australia Herbela menemukan jejak pertanian pada 7.000 tahun lalu. Herbela melakukan penelitian serbuk sari, yaitu sisa-sisa tumbuhan pada masa lalu. Dari penelitian ini diketahui bahwa sejak 7.000 tahun yang lalu di pegunungan tengah Papua sudah ada pertanian awal di Lembah Baliem yaitu budidaya buah merah.

Kabupaten Pegunungan Bintang terletak di antara Situs Kuk, PNG dan Kelela, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawiya, Indonesia.

"Hal ini yang membuat saya dan Prof Wulf ingin mengetahui benang merah antara Situs Kuk dan Kelela, karena data etnografi menunjukkan bahwa nenek moyang masyarakat pegunungan tengah Papua berasal dari timur. Jika, data etnografi itu benar maka Pegunungan Bintang yang terletak di paling timur Papua, menjadi jalur migrasi manusia dari timur ke barat," kata Vanhaeren.

Vanhaeren menerangkan bahwa penelitian itu atas kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Papua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Pegunungan Bintang dengan Universitas Bordeaux Perancis dan Max Planck Institute Jerman.

"Kerja sama untuk penelitian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi hasilnya sangat menggembirakan buat orang Papua, khususnya warga dari Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. Kami juga akan terus lakukan penelitian di Papua," kata Vanhaeren.

Migrasi 2 Gelombang

Secara terpisah Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika mengatakan sejak 2017 ada dua orang mahasiswa arkeologi Universitas Bordeux yakni Coralie Girrad dan Fanette Reyjasse melakukan penelitian di kantornya untuk menyelesaikan tugas akhir mereka.

"Kerja sama dengan Universitas Bordeaux ini ke depan diharapkan lebih ke pengembangan SDM yaitu peningkatan kualitas peneliti dari Balai Arkeologi Papua untuk melanjutkan studi di Universitas Bordeaux," katanya.

Terkait penelitian, lanjut dia, Balai Arkeologi Papua pada bulan lalu juga melakukan penelitian di Situs Gua Togece, Kampung Parema, Distrik Wesaput, Kabupaten Jayawijaya. Data hasil penelitian masih dianalisis. Tetapi intinya sama dengan Marian Vanhaeren dan Wulf Schiefenhove.

Balai Arkeologi Papua juga ingin menemukan situs tertua yang menjadi bukti kehadiran hunian manusia pertama di pegunungan tengah Papua. Jika dibandingkan dengan situs-situs arkeologi di pesisir utara Papua, pada umumnya situs-situs di pesisir Papua berumur 2500 hingga 3000 tahun yang lalu, jauh lebih muda dari Situ Kuk dan Kelela yang ada di pegunungan.

"Jadi diperkirakan manusia prasejarah yang pernah beraktivitas di Situs Kuk dan Kelela merupakan nenek moyang pertama Papua yang datang pada gelombang pertama ke Papua. Sedangkan situs-situs arkeologi di pesisir Papua menjadi bukti kehadiran nenek moyang Papua gelombang kedua ke Papua," kata Gusti.

Hari Suroto menambahkan nenek moyang pertama Papua hanya mengenal budaya membuat api dan berburu, kemudian mengenal bercocok tanam keladi, pisang, buah merah dan tebu. Mereka ini hanya mengolah bahan makanan dengan cara dibakar saja, mereka belum kenal babi, anjing dan ayam.

"Ketiga binatang ini dibawa oleh nenek moyang Papua gelombang kedua. Nenek moyang gelombang kedua ini, disebut sebagai orang Austronesia. Orang Austronesia lebih banyak tinggal, bermukim dan menghuni di pesisir Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua, mereka tidak bisa masuk ke pegunungan tengah Papua," katanya.

Salah satu benda yang menjadi ciri khas orang Austronesia ini adalah gerabah (wadah terbuat dari tanah liat) untuk memasak, menyimpan makanan, menyimpan air, merebus ikan atau makanan, bahkan untuk mengolah papeda.

Gerabah ini tdk ditemukan di situs arkeologi dan suku-suku di pegunungan tengah Papua, budaya gerabah hanya di pesisir saja, salah satu masyarakat yang masih membuat gerabah ini adalah masyarakat Kampung Abaar, Kabupaten Jayapura dan masyarakat Kayu Batu, Kota Jayapura.

"Belajar dari PNG, peneliti Indonesia harus berperan lebih banyak melakukan penelitian di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat," katanya.

Berita lain tentang penelitian manusia purba, bisa Anda ikuti di Tempo.co.

Berita terkait

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

5 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

8 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

10 jam lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

15 jam lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

18 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

1 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

1 hari lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

1 hari lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

1 hari lalu

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

Kodam XVII/Cenderawasih membenarkan ada serangan dari TPNPB kepada Satgas Yonif 527/BY yang sedang berpatroli di Kampung Bibida, Paniai, Papua

Baca Selengkapnya